Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Jembatan di Babakan Madang Bogor Ambruk Karena Pergerakan Tanah, Ribuan Warga Desa Terisolir

Pemerintah desa telah memberitahu Dinas PUPR tentang potensi ambruknya jembatan di Kampung Cicadas Babakan Madang. Karena pergerakan tanah.

22 September 2022 | 20.51 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kondisi jembatan perbatasan Kecamatan Sukajaya dan Kecamatan Nanggung yang terputus di Desa Urug, Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa 7 September 2021. Ambruknya jembatan yang disebabkan banjir bandang aliran Sungai Cidurian itu mengakibatkan akses jalan warga antar Kecamatan terputus. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Jembatan di Kampung Cicadas, Babakan Madang, Kabupaten Bogor ambruk pada Kamis pagi tadi akibat adanya pergerakan tanah dan terkikis aliran sungai.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Desa Babakan Madang, Deni Nugraha menerima laporan tentang ambruknya jembatan itu dari warga pada pukul 7 pagi. "Jembatan ini satu-satunya akses jalan bagi warga Kampung Cicadas," kata Deni, Kamis, 22 September 2022. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Deni, sebelum jembatan benar-benar ambruk tadi pagi, pihak pemerintah desa sudah mendeteksi adanya potensi jembatan tersebut ambruk sejak tiga hari lalu. Ia mengatakan, tanah penahan jembatan sedikit demi sedikit terlihat terkikis oleh aliran sungai.

“Tiga hari yang lalu, saya sudah laporan ke dinas terkait," katanya. 

Deni mengatakan dirinya telah memberikan laporan kepada Dinas PUPR melalui Bidang Jalan dan Jembatan, bahwa jembatan di Kampung Cicadas mengalami pergerakan tanah.

Setelah jembatan akhirnya ambruk, Ia langsung melaporkan peristiwa itu ke Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor untuk meminta pembangunan jembatan baru.

“Desa sedang mendata agar mendapatkan pembangunan jembatan baru bagi warga kampung Cicadas,” kata Deni menutup. 

Akibat jembatan ambruk, sebanyak 417 keluarga dengan 1.464 jiwa penduduk terisolir. Kini warga harus menyeberangi sungai untuk menuju daerah seberang. "Tapi kalau curah hujan tinggi, kita minta warga untuk tidak nekat melintasi aliran sungai tersebut,” kata Deni. 

M.A MURTADHO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus