Don mafia Amerika itu kini dalam bahaya. Seorang mafioso yang tertangkap polisi, beberapa lama lalu, kini bekerja sama dengan para pemburu mafia, mengumpulkan bukti untuk menahan Gotti, yang sudah sering lolos. The New York Times menuturkan si "pengkhianat", jasanya dan kejahatannya. John Gotti: Biang mafia New York Dikhianati John Gotti, bos mafia New York yang kebal hukum itu, sekarang mati kutu. Ia dikhianati oleh Leonetti, orang kedua mafia Philadelphia yang memutuskan membongkar isi perutnya daripada dihukum 45 tahun penjara. INI berita besar. John Gotti, kepala keluarga mafia Gambino New York, akan ditendang dari singgasananya. Dalam lima tahun terakhir ini, sang godfather yang perlente itu sudah keluar-masuk pengadilan. Semua kisah persidangannya menjadi santapan segar setiap orang. Pers hampir tak melewatkan setiap jengkal sepak terjangnya. Bagaimana ia berjalan dengan angkuh. Bagaimana ia berkelakar dengan pers. Bagaimana ia mengolok-olok penuntut umum. Termasuk apa motif dasi sutera dan kaus kakinya yang tipis itu. Tiga kali berita persidangan "reinkarnasi" Al Capone itu ditutup dengan kalimat yang sama: John Gotti dibebaskan. Tak cukup bukti, kurang saksi yang bisa membawanya ke kerangkeng seumur hidup. Ganjaran seumur hidup dianggap paling pantas untuk pemimpin bisnis kejahatan mukibat itu. Bayangkan, keuntungannya 500 juta dolar per tahun hasil dari pemerasan, narkotik, lintah darat, dan perjudian. Ia juga dituduh menggelapkan pajak dan mendalangi empat pembunuhan, termasuk eks kepala Gambino, Paul Castellano, pada 1985. Setelah rentetan kegagalan kali ini, pengadilan Federal bersorak. Sebentar lagi Gotti bukan Don yang tak terjamah. Dan kalau borok kejahatan Gambino terbongkar, bukan mustahil kedok empat keluarga mafia New York lainnya- Genovese, Bonanno, Colombo, dan Lucchese- bisa dipreteli. Optimisme muncul setelah jaksa menemukan saksi mematikan bernama Phil Leonetti, 38 tahun. Ia seorang underboss semacam direktur operasional, tangan kanan bos keluarga bandit Philadelphia, New Jersey Selatan. Leonetti diadili pada November 1988, bersama sang bos, pamannya sendiri, Nicodemo Scarfo- makhluk keji dan sang pembalas dendam- serta 15 anggota lainnya. Pada Mei 1989, tak tanggung-tanggung, Leonetti dan Scarfo dijatuhi hukuman 45 tahun penjara. Membayangkan sisa hidupnya akan habis di balik terali, Leonetti melanggar sumpah Sisilia, omerta- tutup mulut. Ia, ayah seorang anak, memutuskan untuk bekerja sama dan siap menjadi saksi. Siapa tahu, ada peluang menghirup udara bebas. Leonetti tampil dalam sidang memberi kesaksian kejahatan anggota mafia di tiga pengadilan: Pennsylvania, Connecticut, dan New York. Ia mulai menyebut-nyebut pada gran jury Manhattan, New York, bahwa Gotti memang merencanakan pembunuhan Paul Castellano- yang membuat Gotti naik tahta puncak Gambino. Leonetti juga mulai membongkar praktek-praktek Gotti sebagai kepala keluarga dengan anggota sekitar 500 orang. Roman muka Leonetti, yang dibingkai ketampanan seorang aktor, tak menyiratkan ekspresi apa pun. Ia menceritakan detail-detail kejahatan mafia dengan nada datar, tanpa emosi dan tak berpihak. Dengan kedua tangan bertumpu di dada- mirip seorang yang berdoa- mata Leonetti menatap jury dengan rasa hormat. Tampaknya tak ada yang ia sembunyikan. Kemarahannya memang sempat terpancing ketika jaksa menanyakan mengapa seorang Katolik seperti dia tega membunuh orang. Leonetti dipandang sebagai saksi yang paling mematikan kelompok mafia, semenjak Joseph Valachi- mofioso pertama yang membelot, 1962. Leonetti, lelaki berdarah Italia ini, seperti ditakdirkan untuk tak punya pilihan selain menjadi mafioso. Di keluarganya, akar Mafia menjalar dari generasi ke generasi. Eyangnya, Philip Scarfo, resminya pedagang roti dan kue, bersama istrinya, Catherine, dan keluarganya tercatat sebagai aktivis bandit Philadelphia Selatan. Sang kakek yang punya tubuh "kelas bantam" itu punya anak dua. Yang lelaki bernama Nicodemo, seorang lagi Nancy. Dari perkawinan Nancy dengan pemilik restoran dan penjual berlian Pasquale Leonetti, lahirlah Philip Leonetti. Tapi takdir tak mengizinkan Philip Scarfo menapak bisnis bersih seperti bapaknya. Ayah ibunya bercerai, dan tak lama kemudian ayahnya meninggal selagi Leonetti masih anak-anak. Abang Nancy, Nicodemo atau biasa dipanggil Paman Nick oleh Leonetti, mengisi peran sebagai ayah. Jaksa: Kapan pertama kali kamu terlibat dunia hitam dengan pamanmu? Leonetti: Sepuluh, sebelas tahun. J: Peristiwa apa yang kamu ingat? L: Ya, dia, paman saya, baru saja membunuh seseorang. Dia angkut mayat itu dengan truk untuk membuangnya. Setelah itu, dengan truknya, dia kembali ke Atlantic City. Saya ada dalam truk itu. Makudnya supaya kehadiran anak kecil dalam truk itu membuat ia tidak dicurigai. Bahkan pengetahuannya tentang organisasi mafia tumbuh lebih dini. "Mungkin sekitar enam atau tujuh tahun," kata Leonetti. Ia ingat ketika buyutnya- ibu neneknya- meninggal, ia begitu terkesan pada seorang pelayat. Karena orang itu datang dengan dua pengawal di kiri-kanannya. Ia kelihatan seperti presiden Amerika Serikat. "Siapa dia, Paman?" tanya Leonetti kecil pada Paman Nick. "Itu Angelo Bruno," jawab pamannya pendek. Ketika itu, tahun 60-an, Angelo Bruno adalah godfather setempat. Pada 1963, keluarga Scarfo terpaksa pindah ke Atlantic City. Itu hukuman dari Angelo Bruno karena Scarfo tua yang penaik darah itu membunuh seorang buruh pelabuhan. Ketika itu Atlantic City dianggap tempat buangan, kering untuk menggarap kejahatan. Daerah tepi pantai yang mati, dengan tingkat pengangguran tinggi, penduduk sedikit dan miskin-miskin. Keluarga Scarfo tinggal di sebuah kompleks apartemen kecil di daerah Georgia Utara. Mereka hanya bisa bisnis serba kecil-kecilan: penerbitan buku, lintah darat, dan pelacuran. Di masa remaja, Leonetti menonjol sebagai bintang basket di klub sekolahnya dan di organisasi Gereja Katoliknya. Waktu Nick lepas SMA dan mulai mendaftar ke akademi, Paman Nick membelokkan dunianya. Nick Scarfo melatihnya, dengan menjadikan keponakannya sebagai kurir, saat Nick di penjara karena tuduhan penghinaan pada 1971. "Sedikit demi sedikit," kata Leonetti, "saya disuruh menyampaikan pesan-pesan dari penjara ke underboss dan anggota lain." Selepas dari penjara, dua tahun kemudian, Nick dan beberapa calon anggota mulai diajak "masuk" ke dunia hitam itu: menyaksikan bagaimana kelompok Nick membunuh dan menyiksa lawan. Tak ada yang mengerikan buat Leonetti. Ia bangga pada pamannya, yang dianggap sebagai ayahnya. Apalagi sang paman adalah orang yang dihormati di lingkungannya. Ayah tak mungkin mengajari anak berbuat salah, pikir Leonetti. Ibu Leonetti- Nancy- dan neneknya tak ikut campur urusan laki-laki. Mereka hanya mendorong, menganggap itu sebagai proses regenerasi secara alamiah dalam keluarga. Sebenarnya, Nick sendiri punya tiga anak lelaki. Tapi di saat Leonetti menjadikan kemenakannya sebagai putra mahkota, anak-anaknya masih di bawah umur. Dan tampaknya dua anak Nick benci pada pekerjaan ayahnya. Anak sulungnya memutuskan hubungan sama sekali dengan Nick dan ia lebih suka mengganti namanya untuk mengaburkan asal usul. Mark Scarfo, yang bungsu, menggantung diri karena tak tahan diejek teman-temannya, ketika ayahnya masuk penjara pada November 1988. Tidak mati tapi koma sampai sekarang. Hanya anak kedua tampaknya mewarisi bakat mafioso. Tapi pada 1989 Nicky Junior pun mati tertembak di sebuah restoran, selagi ia dicari-cari sebagai tersangka pemeras di New Jersey. Anak bungsu Scarfo itu tidak mengakrabi gaya hidup mafia semenjak remaja, sebagaimana dialami Leonetti. Masa remaja Leonetti diisi anak-anak muda jalanan dengan julukannya, yang merupakan identitas masing-masing sebagaimana lazimnya dalam kelompok mafia. Ada Pat si Kucing, si Pisau Nick, Harry Bungkuk, si Batu Kali Sam, si Dua Jari Brown. Anak-anak jalanan itu sudah lihai di luar kepala, bagaimana merobohkan orang di sudut jalan, menghajar lawan yang bajingan, mengantar "pesan" dengan pukulan baseball. Hampir 90% waktu mereka dihabiskan dengan berkeliaran di restoran, di pinggir pantai, di klub-klub, dengan tangan tersembunyi di kantung atau dicantolkan ke ikat pinggang. Malam hari semuanya memeras pedagang keliling. Mereka semua juga terlatih: bagaimana membujuk korban, di mana membunuhnya, senjata apa yang digunakan, bagaimana mendapatkannya, apa yang akan dilakukan dengan mayat itu, bagaimana membawanya, siapa sopirnya. Pendeknya, 1.001 cara kekerasan dikuasai. Jaksa: Jadi, apakah La Cosa Nostra atau mafia itu? Leonetti: Well, sebuah organisasi kejahatan rahasia. J: Apa tujuan organisasi? L: Cari uang. J: Caranya? L: Segala cara. Mengancam, memeras, judi, membunuh. Jaksa: Bung Leonetti, menurut Anda berapa orang yang sudah Anda bunuh? Leonetti: Saya sendiri? J: Ya, sendiri. L: Dua, Pak. Yang pertama, pada 1976, korban bernama Louis DeMarco. Kesalahan Marco karena merebut rumah-rumah perjudian dan pelacuran yang menjadi jatah atasan kelompok Scarfo. "Jadi, kami menyeretnya ke sebuah motel," kata Leonetti. "Lalu saya bunuh dia." Leonetti menembaknya lima kali. Korban berikutnya, tiga tahun kemudian, adalah teman Leonetti sekaligus bapak baptis anak bungsu Scarfo, Vincent Falcone, seorang kontraktor semen. Dosa Falcone: menyebut sepupu Scarfo "gila" dan melucu bahwa ia perlu upah 500 dolar seminggu sebagai upah menjaganya. "Waktu paman saya mendengar itu, ia ingin membunuhnya," ujar Leonetti dalam kesaksiannya. Paman dan keponakan itu kemudian mencari Falcone di apartemennya di kawasan Margate, NewJersey. Jaksa: Ceritakan bagaimana setelah kamu masuk ke apartemennya Leonetti: Paman saya menonton TV, lalu membuat minuman. Saya menembaknya. J: Kemudian pamanmu memeriksa apakah ia masih bernapas? L: Betul, Pak. J: Apa katanya? L: Tembak lagi dia. J: Lalu apa yang kamu lakukan? L: Saya tembak lagi dia. Belakangan Leonetti mengawini bekas pacar Falcone. Mereka punya seorang putra. Keluarga Leonetti kini disembunyikan dalam Program Perlindungan Saksi. Leonetti dilantik sebagai mafia keluarga Philadelphia pada Juni 1980. Ia dianggap berprestasi dan sudah memamerkan keberaniannya. Mengatur pembunuhan dua pengacau yang menyulut "perang saudara" dalam kelompoknya- masih di bawah pimpinan Angelo Bruno. Keributan itu menyangkut perdagangan obat bius di wilayah mereka di Atlantic City. Di akhir tahun 70-an, kota itu telah berubah menjadi lahan "basah" untuk operasi mafia, antara lain dengan tumbuh suburnya perjudian. Tapi Bruno, yang telah memimpin selama 21 tahun, tetap menomorduakan perdagangan obat bius. Putusan yang ditentang anggotanya sendiri dan memicu perang antar-bandit dengan korban- dalam perkiraan Leonetti- 20 sampai 30 orang, termasuk Bruno dan consigliere, penasihatnya. Leonetti dinobatkan sebagai anggota "La Cosa Nostra" (milik kita). Upacara pelantikan Leonetti dipimpin ketua baru Philip "Chicken Man" Testa, pengganti Bruno. Dan Scarfo naik ke peringkat dua, sebagai consigliere. Testa memanggilnya ke tengah bandit-bandit Philadelphia yang berdiri dalam lingkaran sebuah rumah milik capo (mandor) di utara Philadelphia. Testa menunjuk sebuah pistol dan sebilah pisau. "Dapatkah kamu menggunakan senjata ini untuk menolong siapa pun jika mereka punya masalah?" tanya Testa. "Ya, tentu saja," jawab Leonetti. "Ya, saya tahu kamu akan melakukannya. Saya kenal kamu sejak masih bayi," sambut sang godfather Testa. Scarfo kemudian mengambil penjepit dasi bermata berlian dan menusuk ujung jari telunjuk keponakannya. Ia menghapus darah di telunjuk itu dengan selembar tisu dan meletakkan lembaran itu dalam genggaman Leonetti, seakan-akan itu gambar seorang suci. Scarfo kemudian membakar tisu itu . "Saya akan mati seperti orang suci ini jika saya mengkhianati kawan-kawanku," katanya, lalu menggosok abunya dalam telapak tangan anggota baru itu. Saat itu Leonetti berumur 27 tahun dan ia telah terbentuk sebagai mafia sejati. Tak sampai setahun Paman Nick naik takhta. Pendahulunya tewas dihajar bom di serambi rumahnya. Nick, atau dijuluki Litlle Nicky, cukup licin menyejahterakan kelompoknya. Anak buahnya memeras para pedagang narkotik independen, lintah darat, dan petugas pembukuan. Sumber penghasilan utamanya berasal dari Local 54, serikat kerja hotel dan restoran yang merupakan persatuan terbesar dan paling berkuasa dalam industri kasino. Semua transaksi, pekerjaan, kartu pegawai, dan urusan lain, harus melalui tangan Scarfo. Scarfo juga menggunting dana kesejahteraan pegawai 20 ribu dolar per bulan. Scarfo pun meneruskan praktek Angelo Bruno. "Membuka" Atlantic City sebagai lapangan bisnis keluarga mafia yang lebih berpengaruh, yakni mafia New York dari clan Gambino dengan Paul Castellano di puncak singgasananya. Sebagai pemimpin baru, Scarfo ingin bertemu Godfather Gambino Castellano. Untuk itu, Scarfo kerap terbang ke New York menemui mitra bisnisnya, bertukar informasi dan keluhan. Saat itu, Scarfo selalu ditemani orang kepercayaannya, Leonetti. Pasangan ini bagai bapak dan anak: ke mana pun Scarfo pergi, siapa pun yang ditemuinya, Leonetti berada di sisinya. Membisu bagai batu tapi menyerap habis semuanya. Paling sedikit ada lima kali pertemuan Scarfo dan Castellano, sebelum berita besar mencuat: Pemimpin Gambino tewas di depan sebuah rumah makan di tengah Kota Manhattan, Desember 1985. "Kini John Gotti-lah bosnya," kata prajurit Gambino, Gravano. "Seperti kau juga, Nick, Gotti benar-benar bandit." Sebutan "bandit" itu? kata Leonetti, artinya "ia tidak seperti Paul Castellano". Castellano lebih dianggap sebagai pengusaha. "Sedangkan John Gotti bandit, karena, ya, begitulah, ia membunuh orang. Kalau kamu salah, dan itu tetap kamu lakukan, kamu akan mendapat persoalan besar dengannya." Dua bulan setelah pembunuhan Castellano, bos Gambino baru mengundang Scarfo untuk suatu pertemuan antara "kepala-kepala keluarga". Dan apa yang dikatakan Leonetti terbukti. Itulah pertemuan pertama Scarfo dan Gotti. "Nick, ini bos kami, John Gotti", ujar Gravano. "John, ini Nicky Scarfo. Dia bos keluarga Philadelphia." Kalimat pertama yang keluar dari mulut John Gotti, bahkan sebelum Scarfo sempat duduk, adalah, "Saya mendapat izin dari komisi untuk membunuh Castellano." Lalu dia menambahkan, "Saya ingin kamu tahu itu, Nick. Saya melakukan segalanya dengan benar." Menurut Leonetti, kebencian Gotti pada bekas atasannya karena Castellano sering menelikungnya. Ia punya tipe yang sama dengan Angelo Bruno. Kata Gotti, kalau ia meminta persetujuannya untuk suatu bisnis baru, selalu dijawab, "Tidak, itu gagasan buruk." Tapi kemudian di belakang kita, ia mengirim orang-orangnya untuk negosiasi. "Itulah tipe Castellano," kata Gotti. "Dia juga melakukan itu kepada kami. Dia tak membiarkan kami makmur, dan lebih dari itu, ia ingin membunuhku," ujar Gotti, seperti ditirukan Leonetti. Namun, celakanya, ketika Leonetti berada di puncak kariernya, ia- dan anggota keluarga Philadelphia lain- merasa pamannya mengidap penyakit yang sama dengan Gotti: paranoia. Bahkan untuk bercakap-cakap dengan Leonetti, Scarfo perlu menyalakan dua buah televisi dan sebuah radio. Di samping radio itulah ia bercakap dengan Leonetti, dengan berbisik-bisik. Ia tak sudi punya telepon, dengan alasan yang sama: takut pembicaraannya disadap. Scarfo mulai membunuh bukan hanya karena alasan bisnis lagi. Ia membunuh untuk memperingatkan orang. Pernah Scarfo membunuh ayah seorang saksi yang memberatkannya di persidangan sebelumnya, dan bukan saksi itu sendiri. Ia juga menghabisi nyawa musuhnya di hadapan ibu dan keluarganya. Begitu sadistisnya, sampai-sampai seorang musuh yang didatangi Scarfo memilih bunuh diri lebih dulu. Tak terkecuali, kata Leonetti, istrinya sendiri, Dominica, akan dibunuhnya. Alasannya, karena Dominica sedikit demi sedikit merampok suaminya, sampai 400 ribu dolar AS, untuk main judi di Trump Plaza. Akhirnya, menurut seorang informan mafia, kegemaran Scarfo membunuh hanya dengan satu alasan: karena ia suka melakukannya. Dengan sifat seperti itu, anggota keluarga Philadelphia mulai gelisah: jangan-jangan "aku" korban berikutnya. Satu-satu mereka- semuanya anggota generasi yang dilantik tahun 80-an- mulai menyeberang dan memberi informasi tentang kelompoknya. Diawali dengan laporan Wilard G. Rouse dan Caramandi ke FBI. Mereka membongkar isi perut organisasinya sendiri. Berdasarkan kesaksian itu, pada November 1988, keluarga Philadel- phia digerebek. Scarfo, Leonetti, dan 15 anggota keluarga itu diajukan ke meja hijau dengan dakwaan pembunuhan dan pemerasan. Rantai kukuh mafia tampaknya akan segera terputus. Anak buah Scarfo menyeret pimpinannya. Lalu dari Leonetti, akan terseret Gotti. Dari kelompok Gambino ini, siapa tahu, akan terungkap kejahatan keluarga-keluarga mafia New York lain. Menyusul pembelotan Leonetti, Gotti ditangkap Desember lalu. Ia menunggu di selnya di Pusat Lembaga Pemasyarakatan Metropolitan, di Manhattan. Sederet dakwaan menunggunya. Kali ini, kemungkinan besar, berita koran akan lain bunyinya di akhir sidang. BSU
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini