Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Jurus Menaklukkan Hollywood

Sejumlah pesilat terjun mengenalkan pencak silat melalui medium film. Karyanya bahkan sampai ke Hollywood.

8 September 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Jurus Menaklukkan Hollywood

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seorang pria terlihat memakai sandal jepit dan baju pangsi di dalam sebuah bioskop jaringan di Kabupaten Garut, Senin lalu. Meski terlihat berpenampilan sederhana, pria ini dikerumuni para penonton bioskop yang mayoritas para remaja. Mereka mengajak pria ini berfoto bersama atau sekadar bersalaman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hari itu memang tengah diadakan acara menonton bareng film Wiro Sableng. Para penonton ingin melihat akting pria bernama Cecep Arif Rahman. Pria berusia 46 tahun itu merupakan seorang pesilat yang membawa keahliannya ke medium lain, yaitu film.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cecep begitu mahir menunjukkan akting dengan kemampuan pencak silatnya. Beberapa film yang sudah dibintanginya adalah The Raid 2, Alif Lam Mim, dan Star Wars: The Force Awakens bersama Iko Uwais dan Yayan Ruhian. Proyek terbarunya adalah film John Wick 3, yang dibintangi Keanu Reeves. Namun Cecep enggan merinci perannya dalam film itu.

Cecep mulai mendalami pencak silat sejak umur 8 tahun karena sering melihat pertunjukan silat di kampung halamannya. Ia sempat berguru kepada kakek dan pamannya. Setelah dewasa, ia melanglang buana hingga ke Bandung, salah satunya ke tokoh silat Eni Rukmini Sekarningrat. "Aliran silat yang saya dalami Panglipur," ujarnya kepada Tempo, Senin lalu.

Menurut Cecep, silat sudah tak lagi dipandang sebelah mata. Bahkan peminatnya semakin banyak. Ini tak lepas dari publikasi yang cukup luas, salah satunya melalui film. Efeknya, peminat bela diri ini tidak hanya dari dalam negeri, namun juga dari luar negeri.

Padepokan yang diasuh Cecep juga terkena dampaknya. Awalnya, padepokan silat bernama Kasundan itu hanya memiliki 20 murid. Namun sekarang sudah membuka cabang di berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Brasil, Inggris, dan Belgia. Hal tersebut setelah banyaknya film yang mengangkat seni bela diri.

Cecep mengungkapkan, pencak silat tak sulit diaplikasikan di dunia film. Bila terjadi kesalahan, bisa diperbaiki saat syuting. "Kesulitannya, bila disatukan dengan orang yang di luar pencak silat dan menerjemahkan visi sutradara."

Sampai hari ini Cecep masih mengajar anak-anak di padepokannya di Garut, Jawa Barat, yang berjumlah sekitar 100 orang. Ia mengatakan ilmu pencak silat tak hanya soal gerakan, tapi juga mengajarkan ilmu tentang kehidupan. Semua gerakan dalam pencak silat mengandung arti dan makna, yaitu belajar memecahkan masalah.

Saat hadir di pemutaran film Wiro Sableng, Cecep ditemani oleh Yayan Ruhian. Yayan merupakan aktor yang memiliki dasar pesilat. Ia belajar dari komunitas silat-silat di kampungnya di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 1985. Sampai akhirnya ia menemukan perguruan silat bernama Kateda Internasional yang sekarang bernama Pencak Silat Tenaga Dasar (PSTD) Indonesia.

Sederet film yang pernah dibintanginya adalah Merantau, The Raid 1, The Raid 2, Star Wars: The Force Awakens, dan Yakuza Apocalypse. Ia merasa dalam film Merantau pertama kalinya silat diperkenalkan ke medium film layar lebar. Meski sebelum film Merantau terdapat sejumlah film pencak silat, ia menilai film-film itu hanya menjadikan silat sebagai bungkus. "Di dalamnya bukan silat," katanya kepada Tempo, Kamis pekan lalu.

Namun satu hal yang sulit terlupakan: saat Yayan dan Iko memperkenalkan silat melalui film Merantau yang dirilis pada 2009, protes pun berdatangan. Mereka mengira adegan laga dalam film itu bukanlah pencak silat. "Saya tanya, Anda sudah kenal silat? Silat itu banyak sekali."

Bagi Yayan, medium film merupakan cara memperkenalkan pencak silat kepada khalayak yang cukup efektif agar seni bela diri ini makin dikenal. Sebab, film ditonton oleh berbagai kalangan yang sangat luas, bukan hanya komunitas pencinta bela diri. Ia berharap, ke depannya, generasi muda bisa lebih mencintai silat dan mengembangkan silat dengan cara berlatih silat.

Yayan mengatakan, sementara Hong Kong memiliki Jackie Chan dan Donnie Yen sebagai simbol kemajuan seni bela diri, Indonesia memiliki Iko Uwais sebagai simbol bela diri pencak silat. "Semoga bersama suksesnya Iko, bisa mengangkat silat tetap mendunia."

Karier Iko di dunia film memang moncer. Ia baru saja meluncurkan film berjudul Mile 22. Dalam film ini, ia beradu akting dengan aktor Mark Wahlberg dan juga pegulat WWE Ronda Rousey.

Pria 35 tahun ini mengawali karier di bidang film dengan membintangi film Merantau dan The Raid bersama Yayan Ruhian. Ia juga terlibat dalam satu film bersama bintang film The Matrix, Keanu Reeves, pada film Man of Tai Chi.

Sejak kecil, Iko mempelajari pencak silat dari pamannya. Ia mengikuti perguruan Tiga Berantai. Berkat keahliannya, Iko berhasil menjadi juara ketiga Kejuaraan Daerah Antar-Perguruan Silat se-DKI Jakarta pada 2003. Beberapa tahun kemudian, pada 2007, ia bertemu dengan sutradara Gareth Evans yang mengajaknya berakting di Merantau. SIGIT ZULMUNIR | DIKO OKTARA


Sejumlah pesilat terjun mengenalkan pencak silat melalui medium film. Karyanya bahkan sampai ke Hollywood.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus