SEMUA undangan sudah datang. Ada Bupati, Dandim, Ketua DPD Golkar Tingkat II, tokoh masyarakat, dan alim ulama se-Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Kalau ditotal, kira-kira 150 orang hadir di lantai 2 kantor Pepabri (Persatuan Purnawirawan ABRI), di Jalan Panglima Sudirman, Pasuruan. Hari itu, pertengahan September lalu, para sepuh Pepabri merayakan ulang tahun ke-29. Ketika Bupati Pasuruan Kol. Drs. H.M. Sihabudin memberi sambutan, semua perhatian tercurah padanya. Maklum, Pak Bupati ini suka menghadiri undangan sambil menyerahkan sejumlah kado. Benar juga, pada akhir sambutannya itu, Bupati memberikan kado, bahkan kali ini tak sembarang kado. Kain kafan. Lho, apa Pak Bupati mendoakan agar 2.369 anggota Pepabri Pasuruan itu cepat mati? "Oh, tidak. Anggap saja bantuan ini sebagai rasa simpati saya kepada purnawirawan ABRI," ujar Sihabudin, 48 tahun, yang masih segar bugar. Kok, memberi kado kain kafan? "Lha, semua orang akan mati. Itu sebagai peringatan agar kita siap-siap menghadapi maut. Apalagi kondisinya sudah 'senja'. Bukan berarti saya suruh cepat mati, lho." Bahkan bukan cuma kain kafan. Pak Bupati juga menjanjikan "perlengkapan mati" lainnya. Termasuk, tentu saja, biaya penguburan. "Pokoknya, biaya kematiannya saya ganti. Tapi bukan untuk biaya selamatan. Sekadar keperluan mereka yang meninggal," katanya lagi. Harap dicatat, kado kain kafan ini baru betul-betul diserahkan bila ada anggota Pepabri yang meninggal. Ndilalah, tak sampai sebulan dari acara itu, Pak Sahir dan Pak Katiran -- dua anggota Pepabri Pasuruan -- tutup usia. Namun, keluarga yang ditinggal agaknya enggan menagih kado Bupati. Begitu pula pengurus Pepabri. "Bupati 'kan banyak urusannya kami tak mau ngrusuhi. Dari dulu kami memang tak pernah minta bantuan siapa pun," ujar keluarga yang berduka. "Kalau tak diberikan sendiri, kami tak mau mengambil. Kami memang tak mengharap-harap bantuan itu." Ketua Pepabri Pasuruan pernah mengusulkan, niat Sihabudin menolong keluarga Pepabri yang meninggal supaya diganti dengan uang saja. Kain kafan dianggap kado yang tak lazim. Niat menolong tapi tak kesampaian. Bagaimana usul itu, Pak Bup?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini