Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PANDEMI Covid-19 melandai, tapi 2022 pergi menyisakan banyak drama, sehimpun bencana. Pembunuhan Brigadir Yosua, tragedi Kanjuruhan, gagal ginjal akut, terbongkarnya penyelewengan dana bantuan, imbas perang Rusia-Ukraina, konflik Papua yang tak kunjung sudah, drama politik perpanjangan masa jabatan presiden, hingga pelbagai bencana hidrometeorologi akibat krisis iklim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Krisis iklim tak hanya melahirkan pandemi semacam wabah Covid-19 yang menghembalang penghuni bumi. Krisis iklim akibat produksi gas rumah kaca berlebih untuk menopang kebutuhan dan keinginan mencapai peradaban juga melahirkan bencana. Menggenjot kemajuan ekonomi seraya tak menimbang daya rusaknya membuat manusia tengah menggali kuburnya sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti krisis iklim, bencana selalu tidak adil. Kita yang tak memakan nangka bisa terkena getahnya karena berada di zona yang rentan dan rawan. Kita yang memproduksi emisi karbon sedikit terimbas bencana dengan dampak lebih hebat dibanding mereka yang meninggalkan dosa lingkungan lebih banyak.
Maka inilah problem kita hari ini: pemanasan global yang membuat bumi kian terancam. Suhu bumi Indonesia bertambah hangat karena tahun ini kita memasuki tahun politik menyongsong pergantian pemimpin nasional tahun berikutnya. Kaleidoskop 2022 mencatat peristiwa penting dan genting yang semestinya menjadi cermin kita menatap 2023 agar tetap memberikan harapan-harapan masa depan.
Selamat menempuh tahun baru.
Salam dari Palmerah 8
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo