Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Stirling, Skotlandia, akhir November.
Di kota kecil ini, musim dingin belum sepenuhnya tiba, tapi gelap datang terlalu cepat. Waktu baru menunjukkan pukul empat sore tapi matahari sudah menyelinap di balik perbukitan. Dingin menusuk tulang. Di layar telepon pintar, suhu menunjukkan angka minus 5 derajat.
University of Stirling merupakan universitas termuda di Skotlandia, didirikan pada 1967. Pusat kampus Stirling terletak di Kastil Airthrey, yang pada abad ke-19 dikelilingi perkebunan anggur. Sejak Stirling berdiri, halaman kastil ditanami ribuan bunga dan aneka jenis pohon. Di samping kastil terdapat lapangan golf 19 hole. Gedung kampus dibangun di lereng perbukitan, mengelilingi Danau Airthrey. Layaknya kota di Skotlandia lainnya, panorama dan gedung berarsitektur klasik menjadi daya tarik mahasiswa untuk bersekolah di kota tersebut.
Dari Cottrell Building di University of Stirling, tempat jamuan makan siang, saya dan rombongan wartawan Indonesia menyusur jalur pejalan kaki sejauh 300 meter. Tujuan kami Gedung Fakultas Ilmu Kesehatan dan Olahraga di seberang jalan. Kepala Perekrutan Mahasiswa Beverley Whitehead menemani kami berjalan melewati pinggir Danau Airthrey. Saya melihat ke rerumputan yang dipenuhi bulir es. "Salju belum turun, hanya sesekali hujan es," kata Whitehead.
Beverley Whitehead menunjuk satu gedung di kaki perbukitan. "Itu dormitori untuk mahasiswa," ujarnya. Setelah berjalan selama lima menit, kami tiba di pintu Fakultas Olahraga. Manajer Departemen Olahraga Raleigh Gowrie menyambut kami, "Halo, bagaimana cuacanya?" Dia tersenyum melihat kami yang menggigil menahan dingin.
Gowrie memandu kami ke sejumlah fasilitas olahraga di kampus tersebut. Mula-mula dia membawa kami ke lapangan tenis dalam ruangan. Sewaktu kami datang, lapangan ini dipenuhi ribuan kursi dengan sebuah panggung di bagian depan. "Besok akan dipakai wisuda," kata Gowrie. Selanjutnya, ia mengantar kami ke pusat kebugaran. Puluhan mahasiswa asyik dengan kegiatan masing-masing. Ada yang berlari di treadmill, rebahan di lantai, latihan angkat berat, ataupun senam aerobik.
Di samping gedung, terdapat lapangan rumput seluas dua kali lapangan sepak bola yang dikelilingi lintasan lari. Rumputnya hijau dan amat terawat. Lapangan ini digunakan untuk berlatih atletik, sepak bola, dan rugby. Di sampingnya, ada dua lapangan tenis tanah liat.
Dari lapangan bola, Gowrie mengantar kami ke National Swimming Academy. Ada satu kolam sepanjang 50 meter yang suhunya bisa diatur. Sejumlah mahasiswa sedang berlatih renang aneka gaya. Dari kampus inilah perenang Olimpiade Inggris, Todd Cooper, dilahirkan. Fakultas Keolahragaan menjadi salah satu unggulan di University of Stirling. Kampus ini meraih penghargaan untuk Sporting Excellence di Skotlandia dan posisi ketiga untuk Sport Sciences versi The Guardian University Guide 2016.
Universitas ini juga bekerja sama dengan penyelenggara Pekan Olahraga Nasional 2020 di Papua. Tahun depan, sepuluh anggota panitia PON 2020 bakal dikirim untuk menempuh pendidikan master di bidang sport management. Tahun berikutnya, panitia kembali menyekolahkan sepuluh orang berbeda. "Mereka mempelajari manajemen olahraga untuk mendukung panitia penyelenggara," kata Wakil Dekan Fakultas Keolahragaan Leigh Robinson.
Selain keolahragaan, jurusan unggulan lain adalah Institute of Aquaculture. Wakil Direktur Institute Herve Migaud mengatakan ada sejumlah program magister yang cocok untuk Indonesia sebagai negara maritim. Misalnya bioteknologi kelautan, perikanan budi daya berkelanjutan, dan keamanan pangan. Migaud pun mengantar kami mengelilingi sejumlah laboratorium di institut tersebut. "Kami berfokus pada riset untuk mengembangkan budi daya perikanan berkelanjutan," katanya.
Migaud mempertemukan kami dengan seorang research fellow, Francis Murray, di kampus ini. Murray pernah tinggal di Malaysia dan Sri Lanka selama enam tahun. Di Malaysia, dia berkolaborasi dengan World Fish Center untuk penelitian mengenai sistem irigasi di sektor perikanan. Dia juga bekerja sama dengan CARE International di Sri Lanka untuk penelitian di sektor budi daya perikanan. Di Indonesia, Murray sempat kerja bareng dengan Institut Pertanian Bogor untuk riset di Waduk Jatiluhur dan sejumlah danau di Sumatera.
Dia mengatakan kolaborasinya bertujuan meningkatkan kapasitas petani ikan, terutama pemberantasan penyakit. "Kami ingin meningkatkan kualitas lingkungan dan standar produk perikanan," kata Murray. Kami juga bertemu dengan seorang mahasiswa Indonesia, Miftahul Fikar Ultira, yang sedang mengambil program veterinary medicine. "Kampus ini tempat terbaik untuk belajar budi daya perikanan," ujar pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo