KERBAU kumpul orang, bisa diajak membajak sawah. Tapi, kalau orang kumpul kerbau, yang bisa dibilang cuma: wah! Diawali cerita dari mulut ke mulut bahwa di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, ada kerbau, eh, orang yang hidup berpasangan tanpa nikah, para pamong hampir tak percaya. Apalagi jumlahnya ratusan. Dan benar, setelah diteliti di 17 kecamatan, hasilnya memang wah. Ada 442 pasangan terjaring sebagai penganut aliran kumpul kebo itu. Perangai purba ini justru secara mencolok dipraktekkan oleh warga yang terbilang berpendidikan, mengaku beragama pula, dan bermukim di kawasan kota kecamatan. Jumlahnya lebih banyak dibanding yang di pedesaan. Ramin -- kita sebut saja begitu sudah tiga tahun ini serumah lagi dengan jandanya, tanpa merasa perlu ke penghulu kembali. "Untuk nikah lagi kan repot. Harus urus sana urus sini," katanya kepada Zed Abidien dari TEMPO. Jadi, kumpul kebo saja. Begitu pula Anto dan Tini, empat tahun kawin-kawinan, alasannya karena orangtua streng. "Kepalang basah," katanya. Mereka kini punya dua anak. Ada lagi kakeknenek yang punya pengalaman menduda dan menjanda, lalu merasa bosan menikah. "Lebih baik kumpul kebo," kata si kakek senyum menyeringai dengan giginya yang ompong. Bagi aparat pola hidup ala kerbau itu mau tak mau perlu dimanusiakan. Dan akhir Oktober ini mereka dinikahkan secara masal di tiap Kantor Pembantu Bupati. Tapi urut punya urut, lebih dari separuh -- 263 pasang -- belum bisa segera ditolong. "Sebab, mereka masih terikat perkawinan yang sah," kata Drs. Abdul Muin, Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Tuban. Maksudnya, mereka yang kumpul kebo itu punya status sah sebagai suami atau istri orang lain yang bukan kebo-nya. Ed Zoelverdi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini