Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kawin-kawinan

442 pasang terjaring sebagai penganut aliran kumpul kebo di kabupaten tuban. oktober 1989 mereka di nikahkan secara masal di tiap kantor pembantu bupati. tapi 263 pasang masih terikat perkawinan sah.

28 Oktober 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KERBAU kumpul orang, bisa diajak membajak sawah. Tapi, kalau orang kumpul kerbau, yang bisa dibilang cuma: wah! Diawali cerita dari mulut ke mulut bahwa di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, ada kerbau, eh, orang yang hidup berpasangan tanpa nikah, para pamong hampir tak percaya. Apalagi jumlahnya ratusan. Dan benar, setelah diteliti di 17 kecamatan, hasilnya memang wah. Ada 442 pasangan terjaring sebagai penganut aliran kumpul kebo itu. Perangai purba ini justru secara mencolok dipraktekkan oleh warga yang terbilang berpendidikan, mengaku beragama pula, dan bermukim di kawasan kota kecamatan. Jumlahnya lebih banyak dibanding yang di pedesaan. Ramin -- kita sebut saja begitu sudah tiga tahun ini serumah lagi dengan jandanya, tanpa merasa perlu ke penghulu kembali. "Untuk nikah lagi kan repot. Harus urus sana urus sini," katanya kepada Zed Abidien dari TEMPO. Jadi, kumpul kebo saja. Begitu pula Anto dan Tini, empat tahun kawin-kawinan, alasannya karena orangtua streng. "Kepalang basah," katanya. Mereka kini punya dua anak. Ada lagi kakeknenek yang punya pengalaman menduda dan menjanda, lalu merasa bosan menikah. "Lebih baik kumpul kebo," kata si kakek senyum menyeringai dengan giginya yang ompong. Bagi aparat pola hidup ala kerbau itu mau tak mau perlu dimanusiakan. Dan akhir Oktober ini mereka dinikahkan secara masal di tiap Kantor Pembantu Bupati. Tapi urut punya urut, lebih dari separuh -- 263 pasang -- belum bisa segera ditolong. "Sebab, mereka masih terikat perkawinan yang sah," kata Drs. Abdul Muin, Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Tuban. Maksudnya, mereka yang kumpul kebo itu punya status sah sebagai suami atau istri orang lain yang bukan kebo-nya. Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus