Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Warga di Kelurahan Jatipulo, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat, mengeluhkan aliran Sungai Ciliwung yang hitam dan bau anyir selama musim kemarau. "Siang hari bau menyengat karena limbahnya menguap," kata Sumiarti, warga setempat, Jumat 26 Juli 2019.
Ia berkata, aroma busuk yang menyeruak itu dapat tercium lebih kuat saat volume dan debit air sungai berkurang drastis. Ini seperti yang terjadi saat ini karena kemarau. "Sekarang belum seberapa (bau), ada yang lebih dari ini (kemarau panjang)," ujarnya.
Di aliran sungai terbesar di Jakarta itu, sampah plastik dari berbagai merek makanan dan minuman instan juga tampak hanyut terbawa aliran airnya yang hitam pekat—menyatu dengan cairan limbah. Sementara aroma bau tercium hingga radius beberapa puluh meter dari bibir sungai.
Warga lain, Warmin, menuturkan aroma anyir akan berkurang saat hujan turun karena volume dan debit air bertambah. "Musim kemarau air sungai anyir, banyak limbah dan sampah. Baunya akan kurang saat hujan," katanya.
Selain hitam dan bau, air Sungai Ciliwung saat ini juga menimbulkan efek gatal bagi warga yang kontak kulit. Aldo salah satunya. Bocah berusia 12 tahun itu mengaku sering mandi di Ciliwung. "Saya sering mandi saat airnya berwarna cokelat, tapi kalau hitam begini tidak, badan gatal-gatal," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini