Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kenali Faktor Risiko Alergi Obat pada Anak

Meski siapa pun dapat mengalami alergi obat, namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko anak Anda terkena alergi obat

30 Juli 2019 | 15.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi anak alergi. fearlessparent.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Anak yang mengalami alergi, tubuhnya akan bereaksi ketika terpapar udara dingin, debu, zat kimia, atau hal lainnya. Reaksi alergi yang muncul biasanya berupa ruam kemerahan, gatal, batuk, dan pusing. Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh faktor risiko yang dimilikinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Faktor risiko tersebut bisa meningkatkan kemungkinan alergi pada anak, tak terkecuali alergi obat. Sebagian anak memang bisa mengalami alergi ketika mengonsumsi atau menggunakan obat-obatan tertentu. Alergi obat merupakan reaksi tidak normal yang ditunjukkan sistem kekebalan tubuh terhadap paparan suatu obat. Kondisi ini dapat dipicu oleh jenis obat apa pun, baik bebas resep, dengan resep, oral, injeksi, maupun herbal.

Kondisi terjadi ini ketika sistem kekebalan tubuh anak mengenali paparan obat yang masuk ke dalam tubuh secara keliru. Obat pun dianggap sebagai zat berbahaya, seperti virus ataupun bakteri. Setelah sistem kekebalan tubuh mendeteksinya sebagai zat berbahaya, tubuh akan mengembangkan antibodi khusus untuk menyerang obat tersebut sampai timbul reaksi alergi. Namun, beberapa reaksi alergi bisa terjadi akibat proses yang berbeda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Alergi obat pada anak lebih banyak terjadi dengan penggunaan obat-obatan berupa antibiotik, seperti amoxicillin, ampisilin, penisilin, dan tetrasiklin. Obat anti-inflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen dan naproxen, aspirin, insulin, obat kemoterapi, obat belerang dan obat HIV, seperti abacavir dan nevirapine. Selain itu, obat antikejang, seperti carbamazepine, lamotrigine, feniotin, obat pelemas otot yang disuntikkan, terapi antibodi monoklonal, seperti cetuximab dan rituximab.

Jika anak menunjukkan reaksi alergi yang ringan setelah penggunaan obat-obatan di atas, berikan anak Anda obat antialergi. Namun, bila reaksinya parah, segera cari bantuan medis agar mendapat penanganan yang tepat.

Faktor risiko alergi obat pada anak

Meski siapa pun dapat mengalami alergi obat, namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko anak Anda terkena alergi obat. Beberapa risiko alergi obat pada anak, yaitu:

#1. Riwayat alergi lain
Jika anak Anda memiliki riwayat alergi lain, misalnya alergi makanan, maka anak Anda bisa berisiko terkena alergi obat juga. Antibodi yang dikembangkan dari alergi sebelumnya dapat menyerang zat yang terkandung dalam obat.

#2. Riwayat keluarga yang memiliki alergi obat (faktor keturunan)
Adanya riwayat keluarga yang memiliki alergi obat, terutama orangtua, dapat membuat anak lebih berisiko terkena alergi obat juga. Jika hanya salah satu orangtua yang memiliki alergi, risiko anak mewarisi alergi diperkirakan sebesar 30-50 persen. Sementara, jika kedua orangtua memiliki alergi, risiko anak mewarisi alergi mencapai 60-80 persen. Tidak hanya alergi obat, alergi lain juga bisa dikembangkan.

#3. Peningkatan paparan obat
Peningkatan paparan obat pada anak juga bisa menimbulkan risiko anak terkena alergi obat. Peningkatan paparan ini bisa terjadi karena dosis obat tinggi, obat sering digunakan, atau obat digunakan dalam jangka waktu yang lama.

#4. Menderita penyakit-penyakit tertentu
Penyakit tertentu bisa memengaruhi perkembangan reaksi alergi obat pada anak dengan mengubah metabolisme dan respons kekebalan tubuhnya terhadap obat. Alergi obat sering ditemukan pada penderita infeksi HIV, terutama dalam penggunaan obat nevirapine, abacavir, dan kotrimoksazol. Bukan hanya HIV, anak yang terinfeksi virus Epstein-Barr (penyebab demam, sakit tenggorokan, radang kelenjar getah bening) juga memiliki faktor risiko terkena alergi obat.

Alergi obat pada anak bisa dicegah dengan menghindari penggunaan obat yang memicu reaksi alerginya. Anda perlu mengeyahui dan mencatat obat apa saja yang menyebabkan reaksi alergi untuk mencegah pemberian obat tersebut. Konsultasikan pada dokter mengenai hal yang harus dilakukan agar alergi obat yang anak Anda miliki tidak muncul, seperti mengganti obat atau tindakan lain yang perlu dilakukan. Ketika berobat ke klinik atau rumah sakit, beri tahu dokter atau tenaga medis bahwa anak Anda memiliki alergi obat tertentu

 
 
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus