Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Keranjang Gila Dusun Empeh

Di Dusun Empeh, Sungai Penuh, ada permainan magis tapi “jenaka”. Benda seperti keranjang atau bubu bisa bergerak sendiri setelah diberi mantra.

19 Januari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK ada yang istimewa dengan keranjang rotan itu. Tingginya satu meter. Biasanya digendong di punggung para lelaki untuk tempat kopi, pisang, jeruk, atau durian dari ladang. Keranjang itu disebut ambung.

Sore itu Sofyan, 50 tahun, pawang Ambung Gila di Dusun Empeh, mendemonstrasikan bagaimana keranjang itu bisa bergerak-gerak sendiri. Keranjang itu dipasangi bekas bakul nasi untuk sosok kepala dan topinya. Dan didandani baju-baju silat berwarna hitam. Penampilannya seperti pendekar.

Permainan dimulai. Dua lelaki menadahkan tangan menopang ambung. Dua meter di depannya, Sofyan memegang sebilah bambu yang lalu dipukulkan ke lantai. Ia mengucapkan mantra.

Ya sila ya sila lubang batu sendo
ka lurah
Paja seratus sembilan puluh
Layang-layang di tengah sawah
Sehingga berenti meraut rotan
Untuk menjalin si ambung gila
Gila-gila si ambung serta baju pulih pinjam
Serta tuguk boleh pinjam
Ya Allah ya allah, ya sila ya sila….

Keranjang di tangan dua orang yang menahannya tiba-tiba bergoyang keras ke depan ke belakang. Mantra itu kembali dibacakan keras-keras diiringi lecutan bambu di atas tikar.

Keranjang itu terlihat semakin liar bergoyang, lalu terlempar ke lantai setelah tangan kedua pria itu tak mampu lagi menahannya. Bahkan baju si ambung terlepas dan topi bakulnya terlempar mengenai muka penonton. Semua penonton tertawa menyaksikannya, dan berebutan ingin memegang si ambung.

Asung ambung artinya menghasut roh keranjang agar marah. Diyakini, roh yang ada dalam keranjang itu roh rotan dan roh buluh karena dulunya mereka tumbuhan yang bernyawa. Sofyan yang menjadi si pengasung ambung lewat mantra-mantranya harus membuat ambung marah agar bisa bergoyang.

Si ambung marah karena dalam mantra itu asal-usulnya yang dari rotan itu disebut-sebut.

Sehingga berenti meraut rotan
Untuk menjalin si ambung gila

Roh si ambung semakin keki ketika mantra terakhir diucapkan.

Gila-gila si ambung serta baju
pulih pinjam
Serta tuguk boleh pinjam
Ya Allah ya allah, ya sila ya sila…

Mantra ini menghina si ambung karena mengatakan bajunya pinjaman, topinya juga pinjaman. ”Siapa yang tidak marah dikatakan barang-barang yang melekat di badan barang pinjaman semua?” kata Sofyan. Karena marah, keranjang menjadi gila dan liar bergoyang ke sana-kemari.

Sofyan mulai memainkan Ambung Gila sejak usia 20 tahun, setelah khatam belajar silat, yang diturunkan dari pamannya, Bujang Buruk. Malamnya, seperti ada yang membisikkan kepada Sofyan bahwa ia bakal menjadi si pengasung Ambung Gila. Karena penasaran, pagi itu diturunkannya Ambung Gila milik pamannya dari atas loteng, dan ia meminta temannya memegang. ”Saya coba memantrai ambung itu, ternyata bisa,” kata Sofyan.

Walau sulit diterima logika ada keranjang rotan yang bisa bergerak sendiri, Saya mencoba memainkan ambung gila itu. Bersama seorang warga, keranjang saya tahan dengan telapak. Mungkin karena saya tidak percaya, roh ambung jadi enggan datang. Ambung hanya bergoyang pelan hingga mantra selesai diucapkan.

Setelah berulang kali mantra dibacakan, saya mulai pasrah dan mencoba percaya pada roh ambung. Tiba-tiba ambung di tangan mulai terasa berat seperti ada orang di dalamnya. Keranjang rotan yang tadinya bergoyang pelan itu makin keras goyangannya sehingga tangan saya harus mencengkeramnya ku-at agar tidak terjatuh.

Gerakan ambung makin liar, bergerak ke sana-kemari, tangan saya kesakitan dan tidak kuasa lagi menahannya. Ambung terpental di udara dan bajunya terlepas mengenai muka penonton yang bersorak gembira. ”Permainan ini biasanya ditampilkan untuk membuat suasana gembira seperti pada saat pesta perkawinan,” kata Sofyan. Permainan itu membuat terpingkal-pingkal karena bila keranjang terlempar mengenai wajah orang di dekatnya.

Selain ambung, di Kerinci ada permainan Lukah Gila. Lukah ini adalah alat penangkap ikan yang dipegang beberapa orang, diberi mantra, lalu menjadi liar dan sulit dipegang. Di Dusun Empeh dulunya ada permainan Lesung Gila. Ini lebih seru karena alu atau penumbuk padinya, setelah dimantrai, konon bisa menumbuk sendiri tanpa mesti dipegang. Namun kini sudah tidak ada lagi orang yang bisa memainkannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus