SEJO, lelaki kekar berkulit gelap itu, ditangkap. "Saya khawatir ia mengganggu keamanan desa," kata Sakroni, Kepala Desa Karangmulyo, Kendal, Ja-Teng. "Saya terpaksa mengikatnya agar tidak berlarian keluar rumah," tutur Sukisman, ayah tiri Sejo. Pagi awal Februari itu, Sejo, 30, yang sehari-hari buruh upahan disuruh memetik buah kelapa oleh H. Sutamah. Di kebun, Sejo tak menghiraukan komando dari Sumir, yang menyertainya. Ia langsung memanjat pohon nyiur setinggi 12 meter, dengan tangkas. "Lalu ia melompat dari pohon satu ke pohon yang lain. Padahal, jarak pohon-pohon itu 6 meter," tutur Surnir. "Kalau meluncur, ia begitu cepat turun dari pohon. Sejo malah bisa melorot dengan kepala di bawah, persis monyet," tambah Sumir, pembantu H. Sutamah. Sejo juga sudah tak bisa berkomunikasi lagi dengan Sumir. Diperintah memetik kelapa yang tua, yang muda ikut diembatnya berjatuhan. Setelah memanjat 3 pohon, Sejo lalu berlarian keliling desa: telanjang bulat. Sebelum kumat begitu, sudah ada tanda-tandanya. Sejo sering duduk di pematang sawah, menyambar ketam atau yuyu dan mengunyahnya. Mata Sejo berkedip-kedip, celingak-celinguk ke kiri-kanan. Tangannya usil menggaruki tubuhnya, mirip monyet. Kini, berhari-hari Sejo diikat di rumah dan hanya mampu ber-nguk-nguk. Suatu hari, lelaki yang pernah duduk di kelas IV SD itu berhasil keluar rumah. Setelah menyambar kadal, lalu dikremusnya. Nguk-nguk-nguk. Walau demikian, Narsih, istrinya, masih setia menunggui, dan memberi makan suaminya itu. Sejo makan apa saja, termasuk singkong mentah. "Saya sedih melihat tingkah lakunya yang seperti monyet itu," ujar Narsih terisak-isak. Narsih sudah minta bantuan beberapa dukun. Tetapi ayah lima anak itu belum sembuh juga. Kata Pak Dukun, roh Monyet Sakti sedang mengganggu Sejo. Tetangganya? "Hampir tiap malam saya tak bisa tidur. Kami takut, sewaktu-waktu Sejo "ngamuk," kata Darno, tetangga sebelah. Suara nguk-nguk itu turut mengusik, memang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini