Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERSIS seperti julukannya, mencapai Halmahera Selatan sama jauhnya jika ke Maladewa dari Jakarta. Bedanya: ke negara kecil di Samudra Hindia yang terkenal dengan pantai-pantai cantik itu ada penerbangan langsung, sedangkan ke Halmahera Selatan, kabupaten di Maluku Utara, perlu dua kali naik pesawat.
Tiga jam 50 menit baru sampai di Bandar Udara Sultan Baabullah di Ternate. Dari sini, perlu 35 menit lagi untuk tiba di Bandara Oesman Sadik di Labuha, dengan satu-satunya pesawat yang terbang ke sana, yang mengudara sekali dalam sehari pada sore, yakni Wings Air. Pesawat yang sama akan terbang kembali ke Ternate esok paginya.
Inilah Ibu Kota Halmahera Selatan yang ada di Pulau Bacan, satu dari tujuh pulau terbesar di kabupaten ini. "Julukan Maladewanya Indonesia itu untuk Pulau Widi," kata Bupati Halmahera Selatan Bahrain Kasuba, tiga pekan lalu. Ini pulau kecil di selatan yang lebih dekat ke Raja Ampat di Papua, yang harus ditempuh sekitar tiga jam lagi dari Labuha dengan kapal motor.
Di ibu kota ini, matahari seperti siput. Waktu berjalan lambat hingga hanya perlu lima menit dari bandara ke Hotel Janisy dengan ojek sepeda motor bertarif Rp 20 ribu. Janisy adalah hotel melati paling mewah dengan tarif Rp 275 ribu semalam. Berada di jantung kota dengan jalan aspal yang bisa menampung empat mobil, hotel ini tak jauh dari pasar dan pusat perkantoran pemerintah.
Toh, meski begitu jauh dan terpencilnya daerah ini, para pengusaha melirik kabupaten ini sebagai daerah investasi yang menjanjikan. Pulau Widi telah berkembang menjadi tujuan wisata baru setelah seorang pengusaha Inggris membangun penginapan di sana. Pengusaha lokal pun menyediakan kapal kecil, dan pelabuhan juga menghidupkan bisnis akomodasi.
Dibanding kabupaten lain di Indonesia timur, perkembangan Halmahera Selatan lumayan pesat. Terutama setelah dua perusahaan nikel datang ke kepulauan ini dua tahun lalu. "Mereka membangun smelter di Pulau Obi," kata Azhar Lubis, Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Pulau Obi memiliki waktu tempuh tiga jam perjalanan dengan kapal dari Labuha. Tak ada pesawat dan listrik, apalagi Internet. Mereka yang membuka usaha di pulau ini harus membangun pembangkit sendiri. Juga tenaga kerja. Dua perusahaan tambang dari Cina itu memboyong pegawai dari negeri mereka. "Investor di Indonesia timur itu harus nekat," kata Azhar.
Kedatangan PT Wana Tiara Persada dan PT Megah Surya Pertiwi itu telah menghidupkan ekonomi Halmahera dengan nilai investasi Rp 3,8 triliun. Bupati Bahrain Kasuba mengklaim, meski pekerja teknis datang dari luar, ada sekitar 5.000 pekerja lokal yang terpapar pembukaan tambang di Obi.
Selain karena tambang, Halmahera Selatan menarik bagi investor lantaran potensi kehutanan dan perikanannya. PT Maluku Utara Fisheries dari Korea Selatan datang ke sini membuka pengolahan ikan lengkap dengan tempat pembekuannya. "Pulau Bacan itu tempat terakhir migrasi tuna dari Samudra Pasifik," kata Mochtar Silangen, juru bicara PT Maluku, tentang alasan perusahaannya tertarik membuka bisnis di sini.
Tuna adalah jenis ikan yang nilai jualnya tinggi di pasar internasional. Adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan yang mencanangkan Bacan sebagai sentra perikanan di timur Indonesia, selain Bitung, Benoa, dan Sorong, pada 2014 setelah melihat produksi ikan di sini mencapai 240 ribu ton setahun. Pencanangan itu mendorong Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan membenahi birokrasi perizinan usaha.
Kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Halmahera Selatan berada di luar kompleks perkantoran pemerintah, sekitar 3 kilometer terpisah. Menempati bangunan satu lantai di bekas kantor Dinas Pekerjaan Umum di belakang Lapangan Merdeka. Loket pelayanan perizinannya hanya sebuah ruangan 6 x 3 meter berpenerangan seadanya dengan satu sofa untuk dua orang.
Menurut Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PM-PTSP) Kabupaten Halmahera Selatan Nasir J. Koda, gedung itu sudah cukup untuk tempat bekerja pegawai-pegawainya. "Hanya memang belum nyaman untuk mengurus izin-izin," ucapnya. "Kami akan bangun gedung lebih bagus tahun depan."
Dengan perizinan satu pintu, semua izin usaha di Halmahera Selatan diterbitkan kantor ini. Sebelum ada Dinas Perizinan Satu Atap, izin usaha dibuat dinas sesuai dengan bidangnya. Belum sempurna, memang, karena cetak biru perizinan satu atap belum kompak disatukan di kantor ini. Nasir Koda menargetkan urusan birokrasi ini selesai tahun depan.
Saat ini PTSP Halmahera Selatan baru bisa melayani enam jenis izin: surat izin tempat usaha (SITU)-surat izin usaha perdagangan (SIUP), izin mendirikan bangunan, tanda daftar perusahaan, izin gangguan, rumah makan, dan perhotelan. Nasir sedang menyusun strategi agar waktu mengurus izin bisa dipersingkat. Untuk mengurus SITU dan SIUP, misalnya, cukup tiga hari. "Asalkan data pengajuannya lengkap," ujarnya.
Selain kemudahan izin, pemerintah Halmahera Selatan memutar otak untuk menghidupkan ekonomi masyarakat agar bisa memasok bahan baku ke perusahaan-perusahaan yang hendak berinvestasi di daerahnya. Pemerintah, misalnya, memberikan kapal kecil berbobot 37 gross ton kepada koperasi-koperasi nelayan. Para nelayan menjaring ikan dan menjualnya ke perusahaan semacam PT Maluku Fisheris.
Masalahnya, ancaman sektor perikanan datang dari kapal-kapal besar dari Bitung dan Gorontalo. Kapal-kapal dengan tonase di atas 100 gross ton masuk ke perairan Bacan dan merenggut nafkah para nelayan. Menurut Rusdi M. Akil, nelayan dari Kelompok Usaha Tri Astuti di Bacan, kedatangan kapal-kapal itu menurunkan hasil tangkapannya dari 2 ton sehari, atau Rp 10 juta sebulan pada tiga tahun lalu, menjadi tinggal 200 kilogram. "Mereka memakai jaring, kami hanya pancing," ujarnya.
Investor pun kena imbasnya. PT Maluku Utara Fisheries merugi Rp 6-7 miliar setahun gara-gara tak mendapat pasokan ikan. Pemerintah setempat kesulitan mendata kapal yang masuk dan keluar Bacan karena urusan izin ada di pemerintah pusat. "Ini masalah sulit, jadi kami benahi dulu urusan lain di perikanan ini," ucap Rusdi. Pemerintah Kabupaten mendirikan Politeknik Halmahera dengan membuka jurusan pengolahan ikan.
Selain perikanan, Bupati Bahrain Kasupa memikirkan pengembangan sektor lain. Investor kelapa sawit, menurut dia, sudah bisa memproduksi minyak mulai tahun depan. Kelapa adalah sektor besar lain investasi di Halmahera Selatan.
Dengan luas lahan 29 ribu hektare, produksi kelapa sawit di sini mencapai lebih dari 20 ribu ton per tahun. Perkebunan kelapa dimiliki industri-industri rumah tangga yang memasok hasilnya kepada perusahaan-perusahaan lokal. Selain itu, masyarakat di sana mengolah kebun cokelat, cengkeh, dan pala.
Untuk mendukung penanaman modal di bidang perkebunan ini, Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan membangun jalan lumayan panjang dan lebar. Di Bibinoi, Kecamatan Bacan Timur Tengah, jalan aspalnya mulus sepanjang 20 kilometer yang terhubung ke kebun-kebun kakao dan pala.
Untuk memudahkan akomodasi, Bupati Bahrain akan menambah panjang landasan Bandara Oesman Sadik, yang kini baru bisa dihinggapi pesawat kecil karena panjangnya cuma 1.200 meter. Ini satu-satunya pintu udara ke kabupaten ini. "Maskapai juga akan ditambah," tuturnya. "Selain Wings, tahun depan sudah beroperasi NAM Air."
Pesawat berkapasitas 70 penumpang itu akan melayani penumpang dengan waktu keberangkatan pagi dan sore. Dengan penambahan ini, perjalanan ke Ternate tak harus menunggu satu hari. Menurut Bahrain, sudah ada pengusaha dari Maluku yang mendatanginya dan berminat membuka hotel berbintang dan pusat belanja di Pulau Bacan.
Seluruh geliat itu akan membutuhkan listrik tak sedikit. Selama ini listrik di ibu kota kabupaten dipasok hanya dari Perusahaan Listrik Negara, yang cuma berdaya 7 megawatt. Bahrain percaya diri bisa memenuhinya karena ia punya cadangan panas bumi di Desa Songa. Kapasitasnya sekitar 149 megawatt, cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik seluruh Halmahera Selatan. Tender untuk pengolahnya baru selesai digelar Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Pemenangnya PLN Geothermal.
Untuk mendorong investasi kian atraktif, Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan berencana memberikan keringanan dan pembebasan retribusi kepada pengusaha-pengusaha di sektor andalan. Bupati Bahrain akan menerbitkan aturan soal ini. "Drafnya sudah siap, tinggal ditandatangani," kata Nasir Koda sambil menunjukkan rancangan itu.
Dengan segala jerih-payah itu, Bahrain berharap investasi ke daerahnya kian mengalir. Para peneliti dan pejabat pemerintah pusat mengakui segala persiapan itu. "Mereka berkeringat menarik investor," ujar Azhar Lubis dari BPKM. l
Saatnya Pengusaha Lokal
DENGAN anugerah alam yang beragam, Kabupaten Halmahera Selatan punya potensi berkembang pesat. Bukan hanya perikanan yang menjadi unggulan di kepulauan ini. Tambang, emas, nikel, batu bara, hingga perkebunan belum tergarap maksimal. Semua investasi yang ada di sini berasal dari modal asing. Pemerintah sedang berbenah agar pengusaha lokal ikut mencicipinya.
Luas daerah
Daratan: 8.779,32 kilometer persegi (22%)
Perairan: 31.484,40 kilometer persegi (78%)
Jumlah penduduk: 219.836 jiwa
Jumlah distrik:
30 kecamatan
249 desa
Penerimaan dan Belanja Daerah
2013
Penerimaan: Rp 668,15 miliar
Belanja: Rp 657,93 miliar
2014
Penerimaan: Rp 723,150 miliar
Belanja: Rp 747,30 miliar
2015
Penerimaan: Rp 912,49 miliar
Belanja: Rp 870,42 miliar
Pertumbuhan ekonomi
2012: 6,78
2013: 6,45
2014: 6,65
2015: 5,78
Realisasi Investasi
2014: 95,03 miliar
2015: 1.268,02 miliar
2016: 3.483,79 miliar
2017 triwulan I: 156,22 miliar
Keterangan: semua merupakan penanaman modal asing (PMA)
Penyerapan tenaga kerja: 5.874 orang
Investor
Pertambangan
1. PT Wanatiara Persada
2. PT Trimegah Bangun Persada
3. PT Megah Surya Pertiwi
4. PT Harita Multi Karya
Perkebunan
5. PT Gelora Mandiri Membangun
Kehutanan
6. PT Poleko Group
7. PT Gane Permai Sentosa
8. PT Celebes Sinar Sentosa
9. PT Kirana Duta Mas
10. PT Telaga Bakti Persada
Perikanan
11. PT Central Utara Pearl
12. PT Maluku Utara Fisheries
Potensi Sumber Daya Alam
Pertambangan
-emas
-nikel
-pasir besi
-batu bara
Perikanan
-ikan tangkap-cakalang dan tuna
-budi daya ikan-kerapu
Perkebunan
-kelapa sawit
-pala
-cengkeh
-kakao
-kelapa
Pariwisata
-pantai
-air terjun
Maladewa Indonesia
BUPATI Halmahera Selatan Bahrain Kasuba punya julukan lumayan bombastis untuk pulau pantai Widi, yang berpasir putih dengan laut jernih menampilkan terumbu karang warna-warni. "Ini Maladewa Indonesia," katanya. Seorang pengusaha Inggris telah membangun penginapan dan sarana wisata di pulau yang lebih dekat ke Raja Ampat di Papua ini.
Nama Pulau Widi mulai terkenal sejak menjadi tempat wisata alternatif di Maluku Selatan. Film Ketika Mas Gagah Pergi mengambil gambar di pulau ini. Pada 25-29 Oktober 2017, Presiden Joko Widodo akan membuka acara Widi International Fishing Tournament di pulau ini. Untuk mencapainya lumayan pegal: lima jam dari Ternate dengan kapal, disambung tiga jam dengan sepeda motor, plus dua jam memakai kapal motor.
Peluang Investasi
Sektor dan Jenis Investasi (Perkiraan Nilai Investasi)
Kehutanan dan Perkebunan
Kelapa Sawit (Rp 500 miliar)
Jarak Pagar (Rp 100 miliar)
Perikanan dan Kelautan
Bandara Kargo (Rp 50 miliar)
Sentra Industri Perikanan (Rp 50 miliar)
Sekolah Berbasis Perikanan (Rp 5 miliar)
Pariwisata
Wisata Bahari di Pulau Widi (Rp 20 miliar)
Wisata Bahari di Pulau Gonone (Rp 10 miliar)
Wisata Bahari di Pulau Guraici (Rp 15 miliar)
Pertambangan dan Energi
Pembangkit Listrik Tenaga Air (Rp 100 miliar)
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (Rp 100 miliar)
Pemukiman dan Infrastruktur
Ring Road Pulau Bacan (Rp 200 miliar)
Jalan Lintas Gane Barat-Gane Timur (Rp 100 miliar)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo