Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MA’RUF Amin berada dalam barisan ulama yang mengecam pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pada akhir September 2016 yang menyinggung Surat Al-Maidah ayat 51. Beberapa hari kemudian, Ma’ruf meneken surat berkop Majelis Ulama Indonesia yang isinya menyatakan Basuki menghina Al-Quran dan ulama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam demonstrasi "212", Ma’ruf dijadwalkan mengisi khotbah pada salat Jumat yang diselenggarakan di Monas. Belakangan, Ma’ruf batal menjadi penceramah dan digantikan pemimpin Front Pembela Islam, Rizieq Syihab.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ma’ruf mengatakan dia mundur setelah mendengarkan saran para ulama. "Saya rais am di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Ketua MUI. Mereka ingin posisi saya netral," ujar Ma’ruf ketika itu.
Setelah itu, Ma’ruf kerap terlihat berada di sisi Presiden Joko Widodo. Terakhir, Ma’ruf hadir dalam acara "Zikir dan Doa untuk Bangsa" di Istana Merdeka pada Rabu pekan lalu. Mereka duduk bersebelahan. "Saya sudah lama akrab dengan beliau," ujarnya kepada wartawan Tempo, Ahmad Faiz.
Apa yang dibicarakan Presiden saat makan bersama ulama sebelum acara zikir?
Itu makan malam biasa. Saya duduk di sebelah Pak Jokowi. Pembicaraan ringan, ngobrol-ngobrol bagaimana mengutuhkan bangsa dan menjaga bangsa ini.
Anda makin akrab dengan Jokowi....
Saya sudah lama akrab sama beliau.
Anda mengajak ulama lain mendukung Jokowi?
Iya, pastilah. Memang dari dulu. Saya mengenal Pak Jokowi. Saya tahu dia itu agamanya bagus, bacaannya bagus. Tadi zikir di sebelah saya. Dia fasih melafalkan Ayat Kursi.
Bagaimana tanggapan ulama yang Anda ajak mendukung Jokowi?
Enggak ada masalah.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo