Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kios-kios di pekan lama

Kompleks perbelanjaan pekan lama telah diratakan dengan tanah. sebagai gantinya, dengan dana inpres & swasta kini didirikan kios-kios yang ternyata dikuasai oleh toke-toke non pribumi.(kt)

28 Januari 1978 | 00.00 WIB

Kios-kios di pekan lama
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
PUSAT kota ibukota kabupaten Labuhan Batu (Sumatera Utara). Rantau Prapat sudab berubah. Kompleks perbelanjaan yang dikenal dengan sebutan Pekan Lama sudah diratakan dengan tanah. Ini sesuai dengan kehendak Bupati Asrol Adam yang mengidam-idamkan agal pasar yang selama ini semraut dan jorok berganti wajah - sesuai dengan selera kota zaman ini. Sebagai gantinya sejak akhir 1976 lalu di sana sudah berdiri kios-kios sebanyak 78 pintu dari dana Inpres. Pertengahah tahun lalu kios-kios baru bertambah lagi. dibangun dengan sebutannya didirikan dan dibiayai oleh swasta, sekaligus menguasainya selama 25 tahun. Selama waktu itu ia memungut sewa dari para pedagang. Lewat waktu tadi kios-kios menjadi milik Pemerintah Daerah Labuhan Batu. Bukan Menolong Sejak 1 Desember tadi di bagian Pekan Lama yang masih kosong, di pinggir Jalan Sudirman, mulai dikerjakan lagi 29 pintu toko dan 28 kios. Juga dengan sebutan proyek partisipasi. Tapi hampir bersamaan dengan itu, keluhan para pedagang pun mulai berhamburan ke alamat DPRD Labuhan Batu. "90O kios di pasar Inpres Rantau Prapat itu dikuasai toke-toke non pribumi" ungkap Husni Hasibuan, Anggota DPRD Labuhan Batu kepada TEMPO. Padahal, tambah Husni, sebelum ada Pasar Inpres itu, 65% lebih pedagang di sana adalah pribumi. Karena itu, menurut Husni, "proyek ini lebih cenderung mencari keuntungan, bukan menolong rakyat kecil." Anggota DPRD itu memang tak menjelaskan siapa yang mencari keuntungan itu. Tapi cerita burung di kalangan warga Rantau Prapat menyebutkan bahwa kios-kios di pasar itu hanya dapat dimiliki jika berani mengeluarkan jumlah uang yang cukup banyak. Sehingga mereka yang mampu-mampu belaka yang dapat kesempatan. Selain itu, isteri seorang pejabat penting di kota itu disebutkan telah menjual jatah kios yang dimilikinya seharga Rp 500.000 kepada seorang pedagang non pribumi. Dan banyak lagi kisah yang menyangkut kios-kios di Pekan Lama itu. Tapi yang pasti para pedagang modal lemah tetap banyak yang terus gigit jari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus