TAMPANG Kota Medan sekarang merupakan potret kota besar yang
sedang tumbuh. Hingar-bingar kendaraan bermotor serta munculnya
proyekproyek industri bagai berkejaran dengan pertambahan
penduduk. Sementara itu jalan raya berdebu, sebah aspalnya
nyaris bagai dipoles saja di permukaan jalan. Apa boleh buat,
maka Medan pun terasa menyesakkan.
Kalau di Jakarta suasana sesak itu diusahakan menjadi rada
longgar dengan menciptakan sejumlah paru-paru kota alias taman,
maka di Medan sebenarnya langkah ini sudah dirintis semasa
Walikota Syurkani tempo hari. Namun kerinduan warga Kota Medan
pada taman belum seluruhnya terpenuhi.
Taman yang ada ialah Taman Ahmad Yani di depan rumah sakit
Elizabeth di arah jalan menuju bandar udara Polonia. Lalu ada
taman dan air mancur "Beringin," kemudian taman di depan Stadion
Teladan, di samping taman yang sudah ada sejak zaman Belanda:
yaitu Taman Sri Deli yang dibangun Sultan Deli di depan masjid
raya "Al Mansun" di Jalan Sisingamangaraja. Juga ada beberapa
taman atau air mancur mini, yang menghias kota alakadarnya di
Polonia, di depan gereja Jalan Sudirman. Di persimpangan Jalan
Merdeka dan Jalan Masdulhak, juga ada taman kecil-kecilan.
Kawasan pertamanan itu banyak dimanfaatkan oleh warga kota untuk
membunuh waktu luang, bersantai-santai. Cuma sayangnya taman
seperti Taman Yani atau Beringin tak begitu leluasa dimasuki.
Pintunya baru dibuka sore sekitar jam 17. Sedangkan kalau ada
pengunjung mau masuk ke Taman Sri Deli, sering kena cukai pula.
Terutama bila ada keramaian, seperti pertunjukan musik dan
hiburan lainnya, pengunjung dikenakan Rp 50 (dewasa) dan Rp 25
untuk anak-anak.
Tempat santai yang sering dimanfaatkan adalah Taman Beringin.
Mungkin karena terletak di depan gubernuran, atau lantaran ada
air mancurnya, meski tak bisa menari atau menyanyi seperti di
Taman Monas Jakarta. Tapi lumayan juga semaraknya. Di samping
anak-anak, kelihatan pula sejumlah perempuan hamil makan angin
di sini. Tentu saja tak ketinggalan pasangan muda-mudi yang
sedang kasmaran.
Kacang & Sate Padang
Kecuali menonton air mancur itu, para pengunjung Taman Beringin
juga bisa cuci mata ke alamat orang-orang yang memang sengaja
pasang gaya. Selebihnya, tak ada hiburan laim Maka makan kacang
goreng pun sudah terbilang nikmat, atau makan sate Padang. Atau
bagi yang sedikit iseng, melihat-lihat orang mandi mungkin bisa
terhibur juga. Taman itu berada di tepi Sungai Babura dan tak
jauh dari sebuah toapekong Cina.
Sudah jelas daerah terbuka yang berupa lapangan pertamanan itu
amat berguna bagi warga kota. Namun sebaliknya ada lapangan yang
biasanya digunakan sebagai tempat senam pagi, kini malah ada
bangunan berdiri di atasnya. Itulah lapangan bola Garuda, tak
jauh dari Rumah Sakit Dr Abdul Malik. Padahal Gubernur Marah
Halim mengingatkan pentingnya menyediakan daerah taman bagi
warga Kota Medan, seperti diutarakannya ketika meresmikan
pembangunan studio mini untuk film di Sunggal.
Ketika ihwal lapangan Garuda itu ditanyakan ke Balaikota Medan,
tak diperoleh keterangan jelas. "Itu di luar wewenang kanli,"
kata seorang pejabat kotamadya. Sementara itu ada yang
mengatakan, bangunan yang dikerjakan itu kabarnya di luar
pengetahuan tata kota. Ini tentu gawat. Tambahan pula ada
penggundulan pepohonan, seperti di Jalan Patimpus, selain ada
yang menebang di beberapa tempat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini