Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kisah Jalan Muara Baru, Penjaringan Dijuluki Gang Sampahan

Tumpukan sampah di Jalan Muara Baru Raya Penjaringan, meningkat sejak tiga hari lalu, bersamaan dengan konflik dana hibah DKI Jakarta dan Bekasi

23 Oktober 2018 | 09.04 WIB

Truk Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengangkut sampah di TPS Muara Baru, Penjaringan, yang menggunung usai kisruh dana hibah Bekasi, Senin 22 Oktober 2018. Tempo/Imam Hamdi
Perbesar
Truk Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengangkut sampah di TPS Muara Baru, Penjaringan, yang menggunung usai kisruh dana hibah Bekasi, Senin 22 Oktober 2018. Tempo/Imam Hamdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Tumpukan sampah di Jalan Muara Baru Raya RW17 Penjaringan, Jakarta Utara, meningkat volumenya sejak tiga hari lalu, bersamaan dengan konflik dana hibah DKI dan Bekasi.

Baca: Numpang Buang Sampah di Bekasi, DKI Hargai Oksigen Rp 200 Ribu

Lantaran dana hibah kemitraan yang dikucurkan DKI, Kota Bekasi mencegat puluhan truk sampah DKI yang hendak ke Bantargebang. Diduga tumpukan sampah yang menggunung di Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) Muara Baru itu adalah imbas dari kisruh dana kompensasi tersebut.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Menurut warga RW17 Kelurahan Penjaringan, Sunarto, 60 tahun, jika sampah sehari saja tidak diangkut, gunungan sampah langsung terlihat dari jauh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Sebab TPS Muara Baru itu lokasi pembuangan sampah warga sekecamatan Penjaringan," kata Sunarto saat ditemui di rumahnya yang berada tidak jauh di belakang lokasi pembuangan sampah tersebut, Senin, 22 Oktober 2018.

Menurut Sunarto, lokasi itu sudah lama menjadi tempat penampungab sampah warga sekitar. Bahkan, TPS Muara Baru telah ada sejak puluhan tahun lalu di pinggir Jalan Muara Baru Raya, tepatnya di RT16 RW17 Penjaringan.

Bahkan, kata dia, saking melekatnya lokasi pembuangan sampah di sana, warga menjuluki Jalan Muara Baru dengan nama Gang Sampahan. "Lebih terkenal Gang Sampahan daripada Jalan Muara Baru," ucapnya.

Ia mengingat nama Gang Sampahan di Jalan Muara Baru sudah dikenal sejak lebih dari 30 tahu lalu. Adapun Sunarto telah 43 tahun tinggal di kawasan tersebut.

Selain lokasi pembuangan sampah, kata dia, Muara Baru juga dikenal sebagai tempat menanam tebu dan kangkung. Sehingga sebagian kawasan Muara Baru ada yang disebut sebagai Kampung Kebon Tebu. "Termasuk tempat tinggal saya juga ada yang menamai sebagai Kampung Kebon Tebu," ujarnya.

Sunarto mengatakan sebagian warga lebih memilih nama Kebon Tebu dibandingkan dengan sebutan Gang Sampahan. Alasannya, nama Gang Sampahan mempunyai dampak negatif terhadap perkampungan warga.

"Jadi image-nya warga kami jorok karena banyak sampahnya."

Warga lainnya, Saharudin, 41 tahun, juga sepakat untuk mengubah nama agar kawasannya tidak disebut Gang Sampahan. "Lebih baik disebut Kampung Kebon Indah, agar warganya jadi mempunyai pandangan untuk menjaga kebersihan karena ada nama indahnya," ucapnya.

Menurut dia, sebagian warga kurang nyaman karena kampungnya sering disebut sebagai Gang Sampahan. "Sedikit-sedikit kami mau memperbaiki diri agar kawasan kami tidak kumuh. Warga juga butuh peran pemerintah untuk membantu warga membenahi kampung yang kumuh ini."

Baca: Rahmat Effendi - Anies Kompromi, Warga Bantargebang Tuntut Naik Uang Bau

Saat Tempo menyusuri kawasan RW7 Penjaringan terlihat banyak sampah berserakan di sepanjang gang yang ada di perkampungan tersebut. Bahkan, keberadaan kali selebar 3-4 meter yang berada di tengah permukiman warga Jalan Muara Baru pun telah tertutup sampah.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus