Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kisah Longsor, Makam Si Kabayan, dan Ular Bertanduk

Warga Ciputih Tonggoh, Desa Jayaraharja, menyebut longsor di Gunung Handarusa sama sekali tidak merusak kuburan tokoh legenda Sunda, Si Kabayan.

21 Januari 2020 | 05.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Didi Petet, aktor yang pernah memerankan tokoh Kabayan dalam film layar lebar tahun 90'an turut "tampil" dalam pementasan Kabayan Jadi Presiden di Sabuga, Bandung, Jawa Barat. Kamis (7/2) malam. Beberapa artis dan komedian seperti Peggy Melati Sukma, Tisna Sanjaya, Joe P-Project dll, ikut mengisi pertunjukan ini. TEMPO/Aditya Herlambang Putra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bogor - Bencana tanah longsor Gunung Handarusa yang melanda Ciputih Tonggoh di Desa Jayaraharja meninggalkan kisah menarik tentang makam tokoh legenda masyarakat Sunda, Si Kabayan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh warga setempat, Odang, 78 tahun, mengatakan dia heran mengapa pemakaman Lebak wangun di tengah gunung tidak tersentuh longsor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia mengatakan kemungkinan besar itu karena terjaga oleh makam Si Kabayan.

"Kan, kalau orang soleh atau baik mah dijaga ya meskipun (dari) dalam kuburnya juga," ucap Odang di kediamannya, Jayaraharja, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, pada Senin, 20 Januari 2020.

Odang mengatakan ketokohan Si Kabayan sudah menjadi cerita turun temurun bagi warga Ciputih Tonggoh. Kabayan diyakini sebagai orang pertama mengajarkan cara bertani dan beternak di tempat itu.

Si Kabayan diceritakan berasal dari Bandung lalu menikah dengan eyang buyut warga bernama Oyot Marinah binti Eyang Sakri.

"Nah, kuburan Kabayan dan Oyot Marinah berdampingan. Namun makam Eyang Sakri tidak ada. Menghilang," kata Odang.

Dia menyatakan lahir pada 1942, pada saat tentara Jepang masuk Indonesia.

Makam Si Kabayan di Lebak Wangun pun dikeramatkan oleh warga setempat. Odang mengatakan jika ada warga yang hendak berziarah atau sekedar lewat, mereka diminta mipit amit (jangan sompral).

Keanehan juga terjadi di makam Si Kabayan sehari sebelum bencana longsor terjadi.

Menurut Odang, pada Selasa petang itu kira-kira sehabis salat maghrib terdengar suara seruling khas Kabayan. Setelah suara seruling hilang, terdengar suara desisan ular besar.

Beberapa warga mengaku melihat seekor ular besar yang memiliki tanduk di kepalanya keluar menampakkan diri. Ular itu melotot ke arah kampung.

"Ular itu penunggu gunung dan menampakkan diri mungkin niatnya memberi tahu warga bahwa akan longsor ini."

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus