Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kisah Tenaga Pemulasaraan Jenazah Covid-19: Disuruh Tanggung Jawab Dunia Akhirat

Seorang petugas pemulasaraan jenazah Covid-19 mengisahkan keresahan saat harus berhadapan dengan keluarga pasien yang meninggal saat isolasi mandiri.

22 Juli 2021 | 14.55 WIB

Pemakaman jenazah dengan protokol pasien Virus Corona. REUTERS/Willy Kurniawan
Perbesar
Pemakaman jenazah dengan protokol pasien Virus Corona. REUTERS/Willy Kurniawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Menjadi anggota pemulasaraan jenazah Covid-19 saat ini punya tantangan yang cukup berat. Achmad Mustofa, seorang tenaga pemulasaraan jenazah Covid-19 mengisahkan, mereka harus berhadapan dengan masyarakat yang masih kukuh memegang ajaran agama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Padahal, tata laksana untuk jenazah Covid-19 berbeda dengan jenazah lainnya. "Kemarin di RW05 ya, kami disuruh tanggung jawab dunia akhirat," kata Mustofa di Kelurahan Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu, 21 Juli 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Saat itu, Mustofa berkisah, mereka menangani pasien Covid-19 yang meninggal ketika melakukan isolasi mandiri di rumah. Keluarga pasien itu, kata dia, seperti tak mau tahu prosedur penanganan terhadap jenazah Covid-19.

"Kami disuruh tanggung jawab dunia akhirat kalau proses jenazahnya itu tidak sesuai dengan kaidah-kaidah Islam," kata dia.

Keluarga jenazah menginginkan petugas memandikan jenazah layaknya bukan pasien Covid-19. Padahal sesuai prosedur operasional penanganan jenazah yang diterbitkan oleh Majelis Ulama Indonesia, itu cukup melakukan tayamum saja.

Namun keluarga beralasan, jenazah tersebut meninggal saat sedang masa nifas karena pernah keguguran. Sehingga perlu dilakukan mandi jenazah sesuai aturan syariat Islam.

Kepada keluarga itu, Mustofa mengatakan bahwa petugas hanya bisa menjalankan sesuai prosedur yang ada.

"Sebelumnya kami sudah mempersilakan kepada keluarga apabila memang mau memandikan jenazah, akan kami pakaikan alat pelindung diri, tapi mereka tidak mau," kata dia.

Selain soal prosedur yang diatur tadi, Mustofa mengatakan alasan dia tak mau memandikan jenazah seperti biasa karena khawatir air di lingkungan tersebut tercemar. "Kami tidak berani mengambil risiko itu," ujar dia.

Beruntung saat itu datang seorang ustad dari Dewan Masjid Indonesia yang kemudian menerangkan kepada pihak keluarga tentang prosedur jenazah Covid-19.

"Dengan bantuan dari ustad DMI itu akhirnya kami mengerjakan sesuai prosedur penanganan jenazah Covid-19," kata Mustofa.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus