Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERSAUDARAAN itu terjalin jauh di masa lampau, dan bertahan berabad-abad. Dalam nama Konfreria, Ikatan Persaudaraan, mereka bersumpah setia, melayani Tuan Ma. Berbalut opa (jubah putih), berkalung medali Santo Dominikus, membawa panji-panji merah dan salib—mereka mempersembahkan hidup kepada Maria, junjungan Larantuka.
Inilah organisasi laki-laki awam yang bertugas menjaga tradisi devosi, sejak misionaris Dominikan menjejaki kota ini berabad silam. Mereka meneguhkan iman umat, tatkala Belanda, yang beraliran Kalvinis, mengusir para rahib Portugis dari belahan timur Pulau Flores.
Peran mereka kini tak sebesar dulu, anggotanya pun kian banyak yang sepuh. Tapi kesetiaan mereka kepada Tuan Ma tak pernah lekang. Seorang Konfreria pernah berkata: ”Torang ido bua serewi Tuan Deo (kami hidup untuk melayani Tuhan).” Tapi hati mereka sesungguhnya milik Maria: dalam dukacita Tuan Ma, dan dalam kejayaan Reinha Rosari yang mereka arak membelah Larantuka, di bawah cahaya langit Oktober.
Teks: Pramono
Foto: Aryus P. Soekarno
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo