MESKI terlihat santai, Bill Wilkinson menerbangkan pesawat Piper
Cherokee seharga US$ 10 ribu itu dengan penuh kesungguhan.
Lanit berwarna Perak. Di bawah terbentang Kot Louisiana.
Bertubuh gempal dengan kebiasaan mengunyah cerutu, Bill
merupakan gabungan sifat keras dan jenaka seorang yang penuh
sukses dari Selatan. Usia-nya 38 tahun. Dan "tahun ini saya
melampaui 200 jam terban " katanya sembari mendaratkan pesawat
itu di Ryan Field, lapangan udara pribadi di Baton Rouge.
Kecuali Bill dan seorang penumpang, pesawat dengan empat
tempat duduk itu membawa beberapa lembar The Klansman, surat
kabar yang "Diterbitkan oleh Kerajaan Bayangan Para Kesatria Ku
Klux Klan." Halaman depannya dihiasi potret tokoh bertopeng
mengacungkan salib terbakar, dengan bercak-bercak merah
melambangkan tetesan darah. "Saya sendiri tidak menghela salib
ke sana ke mari," ujar Bill Wilkinson sembari tertawa kecil.
Jabatannya ialah 'Andalan Kerajaan Bayangan' kelompok paling
maju dari gerakan Ku Klux Klan yang terkenal itu.
Bill dan para pengikutnya yang bertopeng belakangan ini memang
agak mendapat angin. Di North Carolina enam orang anggota Klan
dan 'Partai Nazi' baru saja dibebaskan. Padahal merekalah yang
tahun lalu mencoba membunuh lima anggota Partai Pekerja Komunis
di Greensboro.
"Apa yang diperkirakan lima tahun lampau, kini merupakan fakta
yang tak terbantah tulis Wayne King, koresponden The New York
Times yang bermarkas di San Francisco. 'Kerajaan Bayangan'
benar-benar sedang mengalami kelahiran kembali. Jumlah
anggotanya bertambah. Kegiatannya meningkat. Demikian pula
kekerasannya.
Salib berapi yang menyala garang satu dasawarsa silam, kini
marak kembali melintasi langit Selatan, dari Carolina sampai
Texas. Dalam percikan sporadis, nyalanya mulai merambat ke San
Bernardino, California, Denver, Colorado, Middleton, Ohio dan
Barnegat, New Jersey.
Menurut perkiraan, jumlah anggota Klan ini berkisar sekitar 10
ribu orang. Di luar itu terdapat simpatisan--sekitar 100
ribu--yang siap menghadiri rapat-rapat Klan, membaca
siaran-siarannya dan menyumbang.
Meski jumlah itu sudah sangat merosot ketimbang tiga-empat juta
anggota pada zaman keemasan Klan di tahun 1920-an, ia
memperlihatkan kenaikan 100% dibanding 1978. Sebuah studi
Departemen Kehakiman Amerika Serikat menyimpulkan, agenagen
Federal harus lebih kuat memonitor Klan. 'Kerajaan Bayangan'
Wilkinson dinilai efektif mengumbar kekerasan, terutama di
negara-negara bagian Selatan.
Memang agak aneh menyaksikan kebangkitan kembali sebuah mesin
rasialisme yang haus darah di Amerika-justru saat sekarang ini.
Setelah perjuangan pahit hampir tiga puluh tahun,
sekolah-sekolah di Selatan dewasa ini merupakan yang paling
terintegrasi di seluruh negeri. Tokoh-tokoh hitam memerintah di
New Orleans dan Atlanta.
Tapi sementara itu, orang-orang seperti Wilkinson menyebarkan
kebencian ke seluruh tanah air. Dalam 'daftar fakta' yang
disiarkan sebuah liga yang memonitor kelompok-kelompok ekstrim,
Klan disebutkan punya kegiatan di 24 negara bagian. Terutama di
Selatan, memang.
September lalu, serombongan piket berjubah berbaris di depan
stasiun Union 76 di Southington, Connecticut. Tak lama kemudian,
hampir 800 orang berkumpul dalam sebuah rapat umum Klan yang
berlangsung dua malam berturut-turut.
Rapat yang disemarakkan dengan pembakaran salib itu merupakan
penghormatan atas ditunjuknya Gary Piscottano sebagai 'Naga
Raksasa' (gelar jabatan dalam organisasi Klan) yang pertama
untuk negara bagian tersebut. Tokoh 26 tahun asal New Britan ini
segera memaklumkan: latihan para militer bagi "pasukan keamanan"
sedang dipersiapkan di wilayah itu.
Dalam pada itu Bill Wilkinson ditangkap polisi. Di dalam
mobilnya kedapatan sepucuk pistol otomatis kaliber 45. Tapi,
entah bagaimana juntrungannya, tokoh itu kemudian dilepaskan
kembali.
Di California, Biro Federal yang mematai-matai aktivitas
kriminal dan kejahatan terorganisasi juga menyiarkan laporan
yang tak begitu sedap. Organisasi Klan ternyata memelopori
tumbuhnya sejumlah kelompok para militer.
Mereka mengumpulkan senjata, menghimpun dana, dan membeli
perlengkapan. Buat apa? "Mempersiapkan diri untuk sebuah perang
rasial yang menurut mereka segera akan meletus," kata George
Deukmejian, jaksa penuntut umum Negara Bagian California.
Dalam kampanye perluasan anggota bahkan beberapa organissi Klan
sekarang membuka pintu untuk para wanita dan penganut Katolik.
Hal ini agak bertentangan dengan keadaan di masa lampau.
Sementara perubahan taktik ini memperlihatkan hasil di luar
wilayah Selatan, beberapa lokasi mencatat kemajuan yang tidak
stabil. Misalnya New York. Beberapa tahun lalu keanggotaan Klan
di kota ini mencapai sekitar 400 orang. Kini tinggal
seperempatnya.
Begitu pula di New Jersey. Perselisihan antarklik dan
penangkapan yang berulang-ular lantaran perkara senjata,
memerosotkan jumlah anggota. Meski begitu, kegiatan Klan ala
kadarnya tetap saja mengusik masyarakat.
Sampai saat terakhir Ku Klux Klan terdiri dari tiga kelompok
utama-yang saling terpisah bahkan bersaingan keras. Bill
Wilkinson tetap mengepalai 'Kerajaan Bayangan, Para Kesatria Ku
Klux Klan'. Robert M. Shelton memimpin 'Perserikatan Klan-Klan
Amerika'. Sedang bulan Juli, David Ernest Duke dikukuhkan
sebagai Andalan Agung 'Para Kesatria Ku Klux Klan' yang
bermarkas di New Orleans. Jabatan itu sudah dipegangnya sejak
1974. Ketiga gembong ini saling mengintai dan mengakali,
terutama dalam memperebutkan anggota- dan rezeki.
Sejarah mutakhir kebangkitan kembali Ku Klux Klan penuh
kekacauan dan kekerasan. DI Negara Bagian Maryland, tiga orang
dinyatakan bersalah dalam percobaan mengebom sebuah sinagog di
Kota Lochearn--Juli 1977. Menurut polisi orang-orang ini juga
merencanakan mendinamit rumah Parren J. Mitchell, tokoh kulit
hitam anggota Kongres.
Di Negara Bagian Michigan, polisi menangkap lima orang yang
didakwa melancarkan serangkaian penembakan di Detroit dan
Romulus. Tiga di antaranya anggota Klan.
Mereka dilaporkan menembak seorang kulit hitam yang sedang
memasuki sebuah bar di Detroit, kemudian menembaki rumah orang
tersebut dengan senjata semitomatii. Juga menyerang penjaga
setel memberi peringatan untuk tidak meladeni orang kulit
hitam.
Di Negara Bagian Alabama, sembilan orang Klan dinyatakan
bersalah membuat huru-hara. Mereka membangkitkan teror rasial
di Talladega Country yang terpencil, dengan cara yang agak unik
juga.
Mula-mula seorang Klan yang berlagak sebagai agen FBI memukul
seorang kulit putih--yang menerima tamu kulit hitam di rumahnya.
Bahkan agen FBI gadungan ini sesumbar akan melakukan
penangkapan.
Sementara itu, konco-konconya menembaki rumah tokoh-tokoh kulit
hitam, juga rumah-rumah pasangan campuran. Pemerintah Negara
Bagian Alabama juga memperkarakan tiga teroris bertopeng
lainnya, lantaran menganiaya seorang wanita kulit putih yang
banyak bergaul dengan pria hitam.
Februari 1979, Dewan Kota Decatur, Alabama, mengeluarkan
larangan membawa senjata api ke dekat-dekat demonstrasi umum.
Tapi larangan ini ternyata membangkitkan amarah orang-orang
Klan.
Sembari mengacung-acungkan bedil, mereka mendatangi rumah Bill
Dukes, Walikota Decatur. Dengan tulisan besar-besar mereka
mengibarkan spanduk yang berbunyi: "Walikota, kalau mau senjata,
kemari! " Sudah tentu sang walikota tidak gegabah.
Di kalangan militer konon Klan juga mulai melebarkan sayap. Ada
pertanda ketiga kelompok Klan yang disebut tadi berusaha
membangun jaringan KKK di basis tentara maupun di kapal-kapal.
Mereka berusaha menjalin hubungan yang didasarkan pada
pandangan rasial dan persiapan kekerasan sewaktu-waktu,
Demikian pula apangan politik. Memboncengi reaksi rasial dan
ekonomis terhadap merembesnya pendatang asing di California
Selatan, bekas 'Naga Raksasa' Tom Metzger mempersalahkan
golongan Demokrat. Tom sendirimenyebut dirinya "orang Klan abad
ke-21".
Ia membawahkan sepasukan "garda keamanan" berseragam hitam,
dengan sistem pengawasan perbatasan untuk membendung masuknya
pendatang asing. Ia sendiri mempersenjatai dirinya dengan
Colt-45.
Namun keterlibatan politis Klan sebenarnya masih sangat
terbatas. Apalagi bila dibanding periode 1920-an, tatkala KKK
merembes sampai ke Senat. Perlu diingat ucapan salah seorang
tokoh Klan, James Venable, bahwa tak kurang dari Presiden AS
Warren G. Harding merupakan satu di antara "pengikut rahasia"
mereka. Pada 1923, sekelompok Klan memang menyelenggarakan acara
peringatan di makam Harding.
KENDATI tak dilengkapi bukti, ada pula kelompok Klan yang
mengakui Presiden Woodrow Wilson memihak mereka. Anggapan ini
dikait-kaitkan dengan pertunjukan Birth of Nation yang
diselenggarakan di Gedung Putih di masa kekuasaannya.
Pertunjukan itu memang bernada pro-Klan.
Nada yang sama juga menyangkut Presiden Harry S. Truman, yang
kerap mengutip bagian Kitab Suci dengan tafsiran yang
merendahkan kaum kulit berwarna. Di segi lain, hingga matinya
Truman selalu menggunakan istilah nigger untuk kaum hitam. Nada
ejek ucapan ini barangkali sama dengan yang terasa pada ucapan
inlander-yang digunakan penjajah Belanda dulu untuk penduduk
pribumi kita. Masih banyak pejabat tinggi Amerika yang
didesas-desuskan punya hubungan dengan Klan, meski--tentu
saja--dibantah berulang kali.
Menoleh kepada sejarah, Ku Klux Klan dimulai dari pertemuan enam
orang veteran tentara Konfederasi-yakni pihak Selatan dalam
perang saudara pembebasan budak di zaman Abraham Lincoln.
Tempatnya di sebuah kantor pengacara di Pulaski,
Tennessee--sehari menjelang Natal 1865. Mereka menamakan diri Ku
Klux Klan --diilhami oleh perkataan Yunani kuklos, yang kurang
lebih berarti kelompok. Kata Klan sendiri diambil dari bahasa
Scot, asal-usul anggota kelompok ini.
Mereka mengambil salib menyala sebagai lambang, menetapkan
sejumlah gelar dan tata hirarki, serta bergerak menuju senjata
dan kekerasan. Bahkan menciptakan sandi untuk menyebut secara
rahasia nama hari dan bulan.
Jenderal Nathan Bedford Forrest merupakan pemimpin besar Klan
yang pertama. Dalam empat tahun, anggotanya mencapai jumlah
setengah juta.
Mulanya--konon--organisasi ini sekedar menjalin tali
persaudaraan, dan melakukan beberapa "kenakalan" tak lebih dari
"maksud melucu". Tapi lama kelamaan "lelucon" itu makin tak
senonoh.
Mereka mulai memelihara kelompok-kelompok teror yang gentayangan
di malam hari. Membakar, menganiaya, bahkan membunuhi
budak-budak negro yang baru dibebaskan. Pada 1869 Wizard Forrest
secara resmi membubarkan Klan. Tapi, seperti yang diungkapkan
tokoh Klan Venable seabad kemudian, "mereka terus bergerak di
bawah tanah".
Pada 1915, Ku Klux Klan muncul kembali di Stone Mountain,
Georgia. Lebih bersifat 'jawaban' terhadap emigrasi
besar-besaran penduduk Yahudi, Katolik, dan sosialis dari Eropa
Timur dan Selatan ke Amerika Serikat.
Tapi meski cepat tersebar, jumlah keanggotaannya tak begitu
mengejutkan. Apalagi disusul oleh masa depresi yang melanda
Amerika. Hingga 1930, kumpulan itu mempunyai tak lebih dari 30
ribu orang.
Baru pada 1961 klik yang terpecahbelah membentuk Perserikatan
Klan Amerika. Sebagai pimpinan tertingginya dipilih Robert M.
Shelton, buruh pabrik karet dengan wajah rajawali. Ia memiliki
pasukan keamanan yang kuat, dan ribuan pengikut di Alabama.
Merasa 'ditampar' oleh beberapa kemenangan kalangan negro--di
lapangan hak-hak sipil--sekitar 1960-an itu, kaum rasialis putih
berbondong-bondong mengikuti Shelton. Mereka menyumbangkan uang,
mobil-mobil Continental dan Cadillac, bahkan sebuah pesawat
terbang bermotor kembar. Teror besar pun mulai.
Di Neshoba County, Missouri, tiga orang pejuang hak-hak sipil
dibunuh. Di Birmingham mereka bahkan mengebom gereja. Hingga
sekitar 1967 jumlah anggota Klan diperkirakan 17 ribu orang.
Tapi pada 1974, FBI memperkirakan anggota aktifnya tinggal tak
lebih dari 1.500.
SEJAK medio 1970-an itu tampak gejala baru. Gerombolan bertopeng
tersebut rupanya membutuhkan seorang pemimpin yang tidak hanya
pintar pidato dan jago berkelahi. Melainkan juga mampu menguasai
teknik abad elektronika sembari tetap dalam fanatisme kuno yang
berkobar-kobar.
Dan salah seorang tokoh Klan yang menonjol sejak 1975 adalah
David Ernest Duke. Lulusan Louisiana State University ini hanya
kadang-kadang mengenakan jubah Klan. Bahkan tak pernah memakai
topeng ia dilukiskan "bijak, tampan, dan sexy. " Ia malah tidak
menyebut diri anti-hitam. Melainkan "pro-putih".
Ia merekrut anggota ke seluruh negeri, bahkan menerima
pendaftaran melalui surat. Dan bepergian sampai ke Kanada. Ia
membentuk "patroli perbatasan" yang mencegah masuknya pendatang
gelap dari Meksiko.
Juga menggalakkan usaha penerbitan. Buku-buku di sekitar
kebesaran Hitler dan Partai Nazi, merupakan favoritnya nomor
satu.
Didukung oleh personalitasnya yang luar biasa, Duke membangun
Klan hingga mencapai sekitar 3.000 anggota. Hal ini membuat iri
gembong Klan yang lain. Pada 1975 itu juga Wilkinson memisahkan
diri dari Duke-dan menegakkan 'Kerajaan Bayangan'.
Banyak belajar dari kepemimpinan Duke, Wilkinson malahan tumbuh
menjadi pemimpin kelompok Klan yang paling berbahaya saat ini.
Ia bekas kontraktor listrik, dan pernah bekerja sebagai pembaca
sandi di sebuah kapal selam nuklir.
Namanya mulai terkenal sejak 1976, ketika ia bersama dua Klan
lainnya muncul di Gereja Baptis Kota Plains. Di kota kelahiran
Jimmy Carter itu mereka memprotes dukungan si calon presiden
terhadap orang kulit berwarna.
pengan bantuan 'orang dalam', Wilkinson bisa masuk ke dalam
gereja, dan duduk hanya beberapa kursi dari tokoh yang tak lama
kemudian dilantik jadi presiden AS itu.
Keluar dari gereja, mereka mengenakan iubah Klan, kemudian
berarak di pekarangan disaksikan para wartawan dan juru potret
yang terbodoh-bodoh.
Pada 26 Mei 1979, giliran serombongan orang hitam--sekitar 50
sampai 75 orang--berbaris di jalan utama Kota Decatur, Alabama.
Mereka memprotes tuduhan pemerkosaan yang dijatuhkan kepada
salah seorang negro.
Nah. Di ujung jalan itu sudah menunggu 100 lelaki berjubah.
Membawa kapak, pentung dan pipa-pipa besi.
Perkelahian segera berkobar. Senjata berletusan. Seorang Klan
patah kaki, dua orang negro cidera. Sungguh ajaib, tak ada
korban Jiwa.
Wilkinson sedikit pun tak berusaha menyembunyikan fakta, bahwa
ia sedang mempersiapkan diri untuk sebuah "perang rasial".
Berlindung di perbukitan sekitar Alabama Utara, kaumnya berlatih
perang gerilya. Sebagian mereka membawa istri.
September lalu, tiga orang wartawan berhasil mencapai salah satu
kamp latihan itu--yang dinamakan My Lai, nama sebuah desa di
Vietnam yang penduduknya pernah dibantai serdadu Amerika. Mereka
bertiga diterima Wilkinson--yang melantamkan juga berbagai
senjata otomatis kepunyaan mereka.
"Kami mempersiapkan rakyat membela dan mempertahankan diri,"
ujar Roger Handley, 35 tahun, orang kedua 'Kerajaan Bayangan'.
"Kami sedang mempersiapkan revolusi di negeri ini," sambungnya.
"Bukan kami yang memulai. Melainkan orang-orang komunis--melalui
negro-negro itu."
Tapi sementara bersiap melancarkan perang, tokoh-tokoh Klan
sesumbar membela perdamaian. "Kami tidak galak," ujar seorang
gadis Klan bernama Linda, 19 tahun. "Tapi kalau kami diserang,
apakah kami tak "berhak melawan?" tanyanya sendiri.
Bau amis darah, Api, teror. Sebatang salib terbakar dan
sosok-sosok memakai jubah dan topeng bergentayangan mencari
korban. Setan-setan putih Amerika abad ke-20. Iblis-iblis dari
jenis yang asli.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini