Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kuda ranggi di monas

Patroli pasukan berkuda di sekitar monas, oleh unit pasukan berkuda kodak vii metro jaya, jakarta. untuk daerah padat kendaraan, dipandang lebih efektif. (kt)

5 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KUDA-kuda Ranggi. Anggun. Perkasa. Mendepak-depak di kawasan Monas, Jakarta, tiap Sabtu dan Minggu sore. Di atas punggung kuda-kuda Australia itu duduk lurus polisi muda dari Satuan Sabhara. Mereka berpakaian lengkap. "Parade" apa pula itu? Lettu Oegroseno, 26 tahun, Komandan Unit Pasukan Berkuda Kodak VII Metro Jaya mengakui pasukan berkuda itu tak lain dari patroli biasa. Dan karena baru pada tahap permulaan, belum banyak tugas yang harus mereka laksanakan. Baru baru ini mereka diminta untuk mengawal acara PON X. Pernah juga mengawal pawai dan gerak jalan. Tapi pasukan itu belum mendapat kesempatan untuk mengendalikan huru-hara atau demonstrasi, misalnya. Tapi mengapa harus pakai kuda? "Orang sekarang sudah tidak takut lagi dengan senjata maupun kendaraan bermotor," tutur Oegroseno, "kuda ternyata lebih ditakuti. Coba saja, kalau disepak kuda atau melihat kuda binal, orang pasti takut. Menurut perwira lulusan Akabri tahun 1978 itu, pasukan berkuda lebih cocok untuk kawasan yang padat kendaraan seperti Jakarta. Terutama bila daerah padat sudah tidak dapat lagi dimasuki kendaraan beroda. "Jarak pandangan kami juga lebih jauh dan lebih luas bila di atas kuda," kata Oegroseno. Karena masih tahap permulaan, jumlah kuda Ranggi milik Sabhara baru 12 ekor. Dan polisi yang menjadi anggota pasukan berkuda juga hanya 12 orang. Beroperasi di sekitar Monas, agaknya agar mudah ke mana-mana. Didatangkan dari benua selatan, Australia, 11/2 tahun berselang, kuda-kuda tersebut -- yang sebagian besar sudah dikebiri--dilatih dan dijinakkan oleh penunggangnya masing-masing. Kuda-kuda itu dilatih di sekitar kompleks Brimob Kelapa Dua. Pasukan berkuda adalah gagasan Kadapol Anton Sudjarwo. Harga tiap kuda Rp 3 juta, biaya perawatannya per hari sama dengan bensin yang dihabiskan untuk mobil tiap hari. Cip, 19 tahun, seorang polisi penunggang kuda, sambil tersenyum berucap, "Pasukan berkuda mengingatkan kejayaan masa lalu." Maksudnya tentu pasukan berkuda polisi zaman Hindia Belanda. Tapi Lince, 24 tahun, seorang mahasiswa STP (Sekolah Tinggi Publisistik) di Jakarta, agak sinis berkata, "Itu cuma gaya, meniru-niru kota London."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus