INDOMILK, lambang persahabatan antara Indonesia-Australia,
dikocok krisis. Hampir saja perusahaan patungan antara
Australian Dairy Corporation dengan PT Marison, swasta
Indonesia, pecah. Setelah 13 tahun menjajakan susu yang populer
dengan iklan Rudy Hartono, sang kampiun bulutangkis itu, keadaan
perusahaan susu di Jalan Raya Jakarta-Bogor itu sedang tidak
"sedaap" lagi.
Yang jadi gara-gara adalah datangnya tawaran menggiurkan: PT
Kebun Bunga, sebuah perusahaan susu PMDN milik Raj Kumar Singh
di Jakarta, menyatakan siap membeli saham partner asing ADC
sebanyak so% dengan harga US$ 10 juta (sekitar Rp 6 milyar).
Partner Indonesia, yaitu Marison yang diketuai Nahar Zahiruddin
Tanjung, diberi kesempatan dua minggu mulai 13 Oktober, untuk
menyamai tawaran yang dilemparkan oleh Kumar Singh. Tapi Nahar
yang juga Dirut PT Indomilk menolak keras pengalihan saham
begitu.
Melihat gelagat yang kurang baik itu, pemerintah pun memberikan
uluran tangan kepada Nahar. Baik Menteri PAN Sumarlin sampai
Ketua BKPM Suhartoyo menyatakan pengalihan saham kepada pihak
ketiga hanya bisa berlangsung kalau mendapat persetujuan dari
partner Indonesia. Pemerintah Australia rupanya juga menghimbau
pihak ADC, agar tidak "mengguncang kapal". Akibatnya, keinginan
Raj Kumar untuk menguasai PT Indomilk itu nampaknya menjadi
buyar.
Tapi ketika ditemui TEMPO di kantornya pekan lalu, Raj Kumar
Singh, Dirut PT Kebun Bunga, nampak cerah saja. Mengenakan
celana cokelat, hem lengan panjang berbintik-bintik cokelat
dengan dasi krem, pengusaha susu turunan India itu tak lupa
melilitkan surban sutera merah di kepalanya. "Australian Dairy
Corporation rupanya telah mendapat petunjuk dari pemerintahnya,
agar untuk sementara go slow (alon-alon)," katanya.
"Alon-alon" nampaknya bukan tempo Raj Kumar. Dialah yang ramai
disebut-sebut sebagai penawar yang paling berani terhadap saham
pihak ADC dalam PT Indomilk. "Saya berani bertaruh tak ada orang
lain yang akan bersedia membeli saham ADC sejumlah US$ 10 juta,"
katanya.
Kumar, salah seorang putra dari Partap Singh, pemimpin perguruan
Khalsa di Medan itu, memang bukan orang kemarin dulu dalam
bisnis susu. Pengusaha yang suka bicara lantang ini--kini baru
berusia 42 tahun dan masih bujangan-melihat keuntungan besar
bisa dia raih kalau saja pemerintah mengizinkan dia menguasai
separuh dari saham PT Indomilk. Dia membayangkan akan bisa
merebut pasaran susu PMA di Indonesia dalam waktu yang tak
terlalu lama Omong besar? "Tidak," katanya. "Kalau saya sampai
menguasai Indomilk akan saya turunkan harganya paling tidak
10%." Kumar, yang juga Ketua Umum Asosiasi Industri Susu
Indonesia menilai harga eceran Rp 450 untuk satu kaleng susu
kental manis itu kelewat mahal. Dia membandingkan dengan harga
di Singapura yang katanya cuma seringgit (Rp 300) sekaleng, atau
di Malaysia yang sekitar Rp 320 per kaleng.
Pihak Marison, partner utama dan satu-satunya dari Australian
Dairy Corporation rupanya kurang berkenan, kalau 50% saham ADC
itu sampai dijual kepada PT Kebun Bunga (PMDN). Untuk itu Dirut
PT Indomilk Nahar Zahiruddin Tanjung cukup repot.
Tak lama setelah ia diberitahu pihak ADC tentang tawaran dari
Kebun Bunga itu, tak ayal lagi Nahar melayangkan surat ke alamat
Menko Ekuin Widjojo Nitisastro pertengahan Oktober. Secara
panjang lebar ia jelaskan apa sebabnya ia sampai keberatan kalau
ada orang lain yang masuk ke halaman PT Indomilk yang sudah
diasuhnya sejak tahun 1976 itu. "ADC telah berunding dan
bersepakat lebih dahulu dengan Tuan Raj Kuma' Singh/PT Kebun
Bunga tanpa pengetahuan dan pemberitahuan kepada partner
Indonesia mereka, Marison. Tindakan ini terang-terangan
melanggar etika dalam hubungan p,lrtnership," katanya.
Nahar, Dirut PT Marison, penyalur tunggal PT Indomilk, menilai
tawaran selama dua minggu baginya sebagai "ultimatum secara
terbuka dan terang-terangan terhadap partner Indonesia. "
Demikian pula harga yang diminta "adalah sewenang-wenang dan
terlalu tinggi, yaitu 26,66 kali harga nominal saham," katanya.
Masih ada sejumlah keberatan yang dikemukakan Nahar. Tapi yang
pasti, Nahar minta agar pihak Marison "diberikan waktu yang
cukup untuk mencari partner pribumi Indonesia (koperasi dan
peternak susu, lembaga-lembaga keuangan dan
perusahaan-perusahaan yang berkepentingan lainnya) yang dapat
membeli saham ex ADC tersebut bersamasama dengan Marison."
Keinginannya terkabul rupanya. Dalam rapat umum pemegang saham
24 November, dihadiri Ketua Dewan Direksi ADC, Malcolm Vawser
dan dibuka Dirut PT Indomilk, Nahar Tanjung, rapat di Jakarta
itu setuju tidak melakukan pengalihan saham dulu. "Mereka
memutuskan untuk status quo," kata Ketua BKPM Suhartoyo kepada
TEMPO akhir pekan lagi.
Adalah Suhartoyo yang berkeras, bahwa penjualan saham itu harus
melalui prosedur seperti ini: partnernya akur, pemerintah
Indonesia setuju, demikian pula pemerintah Australia, menginat
ADC didirikan berdasarkan undang-undang pemerintah Australia.
"Jadi seperti Bulognya susu, begitu," katanya.
Raj Kumar Singh juga segera diberitahu. "Semalam sebelum rapat
umum itu, Vawser telah memberitahukan kepada saya, bahwa mereka
tak akan menggunakan saham' bernomor 113 ," kata Kumar. Saham
113 adalah semacam senjata pamungkas yang membuat kedudukan ADC
memiliki suara mayoritas, sekalipun jumlah saham adalah
seimbang. Menurut Kumar, pihak Australia hanya bersedia
menaikkan posisi saham Marison dari 40% menjadi 50%, dengan
syarat Marison menandatangani perjanjian di bawah tangar untuk
selembar sertifikat saham bernomor 113, yang menjamin hak suara
berada di pihak ADC.
Kenapa tidak go public? Keinginan untuk go public atau
memasyarakatkan 10% saham ADC itu, menurut Kumar. pada mulanya
memang menjadi kehendak partner Australia. "Tapi pihak Marison
menolaknya, sehingga lahirlah persetujuan fifty-fifty dengan
ikatan saham nomor 113 itu," katanya. Betulkah? Dari pihak
Marison sendiri selama ini tak terdengar suara apa pun. Dirut
Nahar, setelah beberapa kali dihubungi TEMPO, nampak terus
menghindar. "Mungkin karena dia sudah merasa di atas angin,"
kata seorang di Kadin.
Kemenangan sampai sekarang memang berada di sisi Nahar. Tapi
yang jadi pertanyaan: Apakah produksi Indomilk berada di anak
tangga paling atas? Selama 1979 penjualan Indomilk mencapai Rp
16,7 milyar. Tahun berikut meningkat dengan Rp 7,3 milyar lebih,
suatu kenaikan yang hampir mencapai 44%. Maka dengan
memperhitungkan laju inflasi di Indonesia, yang katakanlah 20%
buat orang bisnis, PT Indomilk masih menikmati suatu pertumbuhan
(growth) sebanyak 24%. Tapi bila dibandingkan dengan empat
perusahaan susu PMA yang beroperasi di Indonesia, maka PT
Indomilk berada di urutan nomor tiga (lihat grafik).
Indomilk, yang membuat susu kental manis dalam kaleng, susu
encer dalam karton (pasteurized), mentega Orchid dan es krim
Peters, memang masih paling unggul sampai akhir tahun 1979, dan
mulai menurun ketikaPT Friesche Vlag, saingan utamanya, membeli
PT Foremost Indonesia, yang mulai bekerja belakangan dan sulit
menembus pasaran.
Direktur Pelaksana PT Indomilk, D.I. Gillies, dalam suatu
wawancara, menaksir produksi keseluruhan susunya masih naik pada
tahun 1980. Tapi dia melihat tanda-tanda menurun selama tahun
1981 yang sebentar lagi akan berakhir ini.
Apa yang sebenarnya membuat Indomilk ingin menjual sahamnya
sampai awal pekan ini belum begitu jelas. Salah satu kemungkinan
adalah munculnya tawaran dari Raj Kumar, yang dia lemparkan
dalam suatu pertemuan dengan pucuk pimpinan ADC di Hotel oberoi
di Bali, Agustus lalu.
Tapi di tengah sengketa Indomilk itu diam-diam Menteri Muda
Urusan Koperasi Bustanil Arifin merasa tertarik ikut serta.
Teringat untuk memperbesar saham koperasi, Menmud Bustanil pun
mengajukan permohonan 20 Oktober kepada Presiden agar "koperasi
diberi kesempatan untuk dapat memiliki saham yang akan dijual
dan diharapkan Pemerintah dapat membantu memberikan kredit lunak
kepada koperasi." Kalau permohonannya itu.sampai disetujui, maka
Bustanil menyarankan agar "nilai pabrik atau saham yang akan
dibeli oleh koperasi dinilai dulu oleh tim penilai yang diakui
oleh Departemen Keuangan."
Bukan mustahil permintaan Menteri Muda Bustanil yang lagi asyik
dengan koperasi -- dan Bulog juga memiliki suatu ranch yang luas
di Sulawesi Selatan --akan dikabulkan oleh Presiden.
Sementara itu Dirut PT Kebun Bunga itu menyatakan akan menuntut
ADC, yang dianggapnya telah melanggar janji. "Di samping itu,
saya juga sudah menyetor uang sebanyak US$1 juta ke rekening
bank mereka di Hongkong," kata Kumar. Apakah anak Medan yang
fasih bicara Inggris itu akan minta uang damai dari ADC,
sebanyak sejuta dollar juga? Sembari menggelengkan kepalanya,
Raj Kumar minta dicatat "Saya bukan orang yang main dengan
sejuta dollar. Saya akan menuntut mereka jauh lebih besar dari
itu." Seberapa jauh kebenaran ucapan Kumar itu, kita saksikan
saja nanti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini