Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Siapa yang bakal "sedaaap"?

Tercapai status qou dalam sengketa indomilk, pihak australia mengurungkan niatnya menjual saham. kumar singh dari pt. kebun bunga akan menuntut. ada dugaan bustanil arifin (koperasi) akan masuk.

5 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INDOMILK, lambang persahabatan antara Indonesia-Australia, dikocok krisis. Hampir saja perusahaan patungan antara Australian Dairy Corporation dengan PT Marison, swasta Indonesia, pecah. Setelah 13 tahun menjajakan susu yang populer dengan iklan Rudy Hartono, sang kampiun bulutangkis itu, keadaan perusahaan susu di Jalan Raya Jakarta-Bogor itu sedang tidak "sedaap" lagi. Yang jadi gara-gara adalah datangnya tawaran menggiurkan: PT Kebun Bunga, sebuah perusahaan susu PMDN milik Raj Kumar Singh di Jakarta, menyatakan siap membeli saham partner asing ADC sebanyak so% dengan harga US$ 10 juta (sekitar Rp 6 milyar). Partner Indonesia, yaitu Marison yang diketuai Nahar Zahiruddin Tanjung, diberi kesempatan dua minggu mulai 13 Oktober, untuk menyamai tawaran yang dilemparkan oleh Kumar Singh. Tapi Nahar yang juga Dirut PT Indomilk menolak keras pengalihan saham begitu. Melihat gelagat yang kurang baik itu, pemerintah pun memberikan uluran tangan kepada Nahar. Baik Menteri PAN Sumarlin sampai Ketua BKPM Suhartoyo menyatakan pengalihan saham kepada pihak ketiga hanya bisa berlangsung kalau mendapat persetujuan dari partner Indonesia. Pemerintah Australia rupanya juga menghimbau pihak ADC, agar tidak "mengguncang kapal". Akibatnya, keinginan Raj Kumar untuk menguasai PT Indomilk itu nampaknya menjadi buyar. Tapi ketika ditemui TEMPO di kantornya pekan lalu, Raj Kumar Singh, Dirut PT Kebun Bunga, nampak cerah saja. Mengenakan celana cokelat, hem lengan panjang berbintik-bintik cokelat dengan dasi krem, pengusaha susu turunan India itu tak lupa melilitkan surban sutera merah di kepalanya. "Australian Dairy Corporation rupanya telah mendapat petunjuk dari pemerintahnya, agar untuk sementara go slow (alon-alon)," katanya. "Alon-alon" nampaknya bukan tempo Raj Kumar. Dialah yang ramai disebut-sebut sebagai penawar yang paling berani terhadap saham pihak ADC dalam PT Indomilk. "Saya berani bertaruh tak ada orang lain yang akan bersedia membeli saham ADC sejumlah US$ 10 juta," katanya. Kumar, salah seorang putra dari Partap Singh, pemimpin perguruan Khalsa di Medan itu, memang bukan orang kemarin dulu dalam bisnis susu. Pengusaha yang suka bicara lantang ini--kini baru berusia 42 tahun dan masih bujangan-melihat keuntungan besar bisa dia raih kalau saja pemerintah mengizinkan dia menguasai separuh dari saham PT Indomilk. Dia membayangkan akan bisa merebut pasaran susu PMA di Indonesia dalam waktu yang tak terlalu lama Omong besar? "Tidak," katanya. "Kalau saya sampai menguasai Indomilk akan saya turunkan harganya paling tidak 10%." Kumar, yang juga Ketua Umum Asosiasi Industri Susu Indonesia menilai harga eceran Rp 450 untuk satu kaleng susu kental manis itu kelewat mahal. Dia membandingkan dengan harga di Singapura yang katanya cuma seringgit (Rp 300) sekaleng, atau di Malaysia yang sekitar Rp 320 per kaleng. Pihak Marison, partner utama dan satu-satunya dari Australian Dairy Corporation rupanya kurang berkenan, kalau 50% saham ADC itu sampai dijual kepada PT Kebun Bunga (PMDN). Untuk itu Dirut PT Indomilk Nahar Zahiruddin Tanjung cukup repot. Tak lama setelah ia diberitahu pihak ADC tentang tawaran dari Kebun Bunga itu, tak ayal lagi Nahar melayangkan surat ke alamat Menko Ekuin Widjojo Nitisastro pertengahan Oktober. Secara panjang lebar ia jelaskan apa sebabnya ia sampai keberatan kalau ada orang lain yang masuk ke halaman PT Indomilk yang sudah diasuhnya sejak tahun 1976 itu. "ADC telah berunding dan bersepakat lebih dahulu dengan Tuan Raj Kuma' Singh/PT Kebun Bunga tanpa pengetahuan dan pemberitahuan kepada partner Indonesia mereka, Marison. Tindakan ini terang-terangan melanggar etika dalam hubungan p,lrtnership," katanya. Nahar, Dirut PT Marison, penyalur tunggal PT Indomilk, menilai tawaran selama dua minggu baginya sebagai "ultimatum secara terbuka dan terang-terangan terhadap partner Indonesia. " Demikian pula harga yang diminta "adalah sewenang-wenang dan terlalu tinggi, yaitu 26,66 kali harga nominal saham," katanya. Masih ada sejumlah keberatan yang dikemukakan Nahar. Tapi yang pasti, Nahar minta agar pihak Marison "diberikan waktu yang cukup untuk mencari partner pribumi Indonesia (koperasi dan peternak susu, lembaga-lembaga keuangan dan perusahaan-perusahaan yang berkepentingan lainnya) yang dapat membeli saham ex ADC tersebut bersamasama dengan Marison." Keinginannya terkabul rupanya. Dalam rapat umum pemegang saham 24 November, dihadiri Ketua Dewan Direksi ADC, Malcolm Vawser dan dibuka Dirut PT Indomilk, Nahar Tanjung, rapat di Jakarta itu setuju tidak melakukan pengalihan saham dulu. "Mereka memutuskan untuk status quo," kata Ketua BKPM Suhartoyo kepada TEMPO akhir pekan lagi. Adalah Suhartoyo yang berkeras, bahwa penjualan saham itu harus melalui prosedur seperti ini: partnernya akur, pemerintah Indonesia setuju, demikian pula pemerintah Australia, menginat ADC didirikan berdasarkan undang-undang pemerintah Australia. "Jadi seperti Bulognya susu, begitu," katanya. Raj Kumar Singh juga segera diberitahu. "Semalam sebelum rapat umum itu, Vawser telah memberitahukan kepada saya, bahwa mereka tak akan menggunakan saham' bernomor 113 ," kata Kumar. Saham 113 adalah semacam senjata pamungkas yang membuat kedudukan ADC memiliki suara mayoritas, sekalipun jumlah saham adalah seimbang. Menurut Kumar, pihak Australia hanya bersedia menaikkan posisi saham Marison dari 40% menjadi 50%, dengan syarat Marison menandatangani perjanjian di bawah tangar untuk selembar sertifikat saham bernomor 113, yang menjamin hak suara berada di pihak ADC. Kenapa tidak go public? Keinginan untuk go public atau memasyarakatkan 10% saham ADC itu, menurut Kumar. pada mulanya memang menjadi kehendak partner Australia. "Tapi pihak Marison menolaknya, sehingga lahirlah persetujuan fifty-fifty dengan ikatan saham nomor 113 itu," katanya. Betulkah? Dari pihak Marison sendiri selama ini tak terdengar suara apa pun. Dirut Nahar, setelah beberapa kali dihubungi TEMPO, nampak terus menghindar. "Mungkin karena dia sudah merasa di atas angin," kata seorang di Kadin. Kemenangan sampai sekarang memang berada di sisi Nahar. Tapi yang jadi pertanyaan: Apakah produksi Indomilk berada di anak tangga paling atas? Selama 1979 penjualan Indomilk mencapai Rp 16,7 milyar. Tahun berikut meningkat dengan Rp 7,3 milyar lebih, suatu kenaikan yang hampir mencapai 44%. Maka dengan memperhitungkan laju inflasi di Indonesia, yang katakanlah 20% buat orang bisnis, PT Indomilk masih menikmati suatu pertumbuhan (growth) sebanyak 24%. Tapi bila dibandingkan dengan empat perusahaan susu PMA yang beroperasi di Indonesia, maka PT Indomilk berada di urutan nomor tiga (lihat grafik). Indomilk, yang membuat susu kental manis dalam kaleng, susu encer dalam karton (pasteurized), mentega Orchid dan es krim Peters, memang masih paling unggul sampai akhir tahun 1979, dan mulai menurun ketikaPT Friesche Vlag, saingan utamanya, membeli PT Foremost Indonesia, yang mulai bekerja belakangan dan sulit menembus pasaran. Direktur Pelaksana PT Indomilk, D.I. Gillies, dalam suatu wawancara, menaksir produksi keseluruhan susunya masih naik pada tahun 1980. Tapi dia melihat tanda-tanda menurun selama tahun 1981 yang sebentar lagi akan berakhir ini. Apa yang sebenarnya membuat Indomilk ingin menjual sahamnya sampai awal pekan ini belum begitu jelas. Salah satu kemungkinan adalah munculnya tawaran dari Raj Kumar, yang dia lemparkan dalam suatu pertemuan dengan pucuk pimpinan ADC di Hotel oberoi di Bali, Agustus lalu. Tapi di tengah sengketa Indomilk itu diam-diam Menteri Muda Urusan Koperasi Bustanil Arifin merasa tertarik ikut serta. Teringat untuk memperbesar saham koperasi, Menmud Bustanil pun mengajukan permohonan 20 Oktober kepada Presiden agar "koperasi diberi kesempatan untuk dapat memiliki saham yang akan dijual dan diharapkan Pemerintah dapat membantu memberikan kredit lunak kepada koperasi." Kalau permohonannya itu.sampai disetujui, maka Bustanil menyarankan agar "nilai pabrik atau saham yang akan dibeli oleh koperasi dinilai dulu oleh tim penilai yang diakui oleh Departemen Keuangan." Bukan mustahil permintaan Menteri Muda Bustanil yang lagi asyik dengan koperasi -- dan Bulog juga memiliki suatu ranch yang luas di Sulawesi Selatan --akan dikabulkan oleh Presiden. Sementara itu Dirut PT Kebun Bunga itu menyatakan akan menuntut ADC, yang dianggapnya telah melanggar janji. "Di samping itu, saya juga sudah menyetor uang sebanyak US$1 juta ke rekening bank mereka di Hongkong," kata Kumar. Apakah anak Medan yang fasih bicara Inggris itu akan minta uang damai dari ADC, sebanyak sejuta dollar juga? Sembari menggelengkan kepalanya, Raj Kumar minta dicatat "Saya bukan orang yang main dengan sejuta dollar. Saya akan menuntut mereka jauh lebih besar dari itu." Seberapa jauh kebenaran ucapan Kumar itu, kita saksikan saja nanti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus