Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Hari-Hari Sesudah Insiden

Sesudah insiden rasial, terjadi aksi-aksi pengacauan di banda Aceh. Selebaran dan bingkisan yang menghasut tersebar luas. Banyak warga keturunan Cina mengungsi ke Medan.

5 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INSIDEN rasial Oktober lalu di Banda Aceh rupanya masih berekor. Kejahatan berupa pemaksaan maupun penghasutan banyak terjadi. Karena itu Pangdam I Iskandar Muda Mayjen R.A. Saleh, cepat-cepat mengingatkan warga keturunan Cina, "agar tidak menghongkongkan Banda Aceh." Maksudnya tentulah, agar warga keturunan Cina di sana lebih membuka diri terhadap masyarakat sekitarnya. Selama ini memang terlihat misalnya, mereka menolak ronda kampung. Anak-anak mereka dikirimkan ke sekolah khusus. Begitu pula para nonpri itu sering berbahasa Cina dalam pergaulan sehari-hari. Mereka juga menghindari pergaulan dengan penduduk asli. Pembauran agaknya belum berjalan lancar, setidak-tidaknya terbukti dengan terjadinya pertentangan rasial belum lama ini, 25 Oktober berselang (TEMPO, 7 November). Insiden itu sempat merembet ke seantero Kota Banda Aceh. Penghancuran rumah dan toko, diseling pembakaran mobil dan motor kepunyaan warga nonpri. Sesudah kejadian itu dapat diatasi, pekan-pekan berikutnya terjadi aksi-aksi pengacauan. Para remaja berbondong masuk ke toko milik warga keturunan Cina, membeli ini itu, tapi cuma membayar setengah harga atau tidak membayar sama sekali Pedagang nonpn tidak berdaya. "Nanti dikira saya mengadaada dan bisa diserbu," kata seorang pemilik toko. Mendengar tindakan yang menjurus pada kejahatan ini, Danres Banda Aceh, Letkol Pol. Sudarmaji, nampak kesal sekali. "Tak enak kriminalitas itu dibiarkan," ujarnya seraya tak lupa mengingatkan para pedagang agar jangan lupa melapor ke polisi kalau ada apa-apa. Bingkisan Berbahaya Sementara itu, ribuan pamflet dan selebaran tersebar luas ke segala penjuru tanpa bisa diketahui sumbernya. "Isinya nampak terjurus dan menimbulkan kebencian yang sangat," kata sebuah sumber TEMPO di Banda Aceh. Dari 100 tersangka yang diduga terlibat dalam kerusuhan rasial itu, 20 orang masih mendekam di RTM (Rumah Tahanan Militer). Sebagian mengaku tidak tahu menahu sumber pamflet, sebab begitu saja memungutnya di pinggir jalan. Di samping itu banyak sekolah menerima bingkisan berisi selembar kutang dan celana dalam wanita berikut sepotong surat berbunyi, "Apakah kalian hanya sebagai wanita yang lembek?" Hasutan terencana seperti ini benarbenar mengejutkan Laksusda Aceh. "Ini cara tidak sehat dan membahayakan sekali," kata seorang staf Laksusda. "Pengirimnya belum diciduk. Tapi sebuah sumber lain mengatakan pengirimnya adalah orang-orang iseng," sambungnya. Tak urung beberapa orang dan kantor yang menerima buletin atau majalah dari kedutaan negara-negara komunis ditelusuri. "Hanya ingin tahu apakah ada tanda-tanda yang mencurigakan," kata seorang petugas sembari menegaskan bahwa sebegitu jauh tak seorang pun ditangkap. Tapi sementara itu diam-diam banyak warga keturunan Cina mengungsi ke Medan, semacam pelarian kecil-kecilan. Yang berduit menginap di hotel, yang kurang mampu menumpang di rumah sanak keluarganya di Tanjung Mulia, kawasan Pulau Brayan, Medan. Daerah ini sejak tahun 1966 berkembang menjadi pemukiman orang Cina yang terusir dari Aceh. Di antara mereka banyak yang ragu akan kembali ke Aceh atau tidak. "Nantilah kami pikirkan," ujar A Siong, salah seorang pengungsi. Dalam usaha membina kembali pembauran, Pangdam I Mayjen R.A. Saleh, memberikan pengarahan di bioskop Gajah 20 November silam. "Pengarahan yang pertama kali sejak kerusuhan," kata Letkol Hamli, Kapendam I Iskandar Muda. Adapun prakarsa untuk pertemuan itu berasal dari Tommy, seorang pemuda keturunan Gina yang aktif sebagai pengurus Bakom PKB (Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa). Tujuan utama pengarahan adalah mengingatkan penduduk keturunan Cina akan "sikap Hongkong" mereka yang tentu saja dirasakan tak sesuai dengan masyarakat di Banda Aceh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus