NAMANYA Isa. Umurnya -30-an, tubuhnya kurus pendek, kulitnya sawo matang. Ia tidak memberontak ketika kena gerebek karena menjual kupon judi buntut. Ia dinaikkan ke mobil dan dibawa ke kantor Polres Bangkalan, Madura. Kapten Madjid Tawil, Dansatserse, langsung memerintahkan Isa ditahan. Ia dibawa menuju sel yang sudah dihuni beberapa tersangka lain. Pintu sel dibuka, Isa diperintah masuk. Di luar dugaan, dia menolak. Meski sudah dipaksa dan didorong-dorong, dia tetap tak mau, malah memberontak. "Tidak!" serunya. Ketika ditanya apa alasannya, Ia menjawab - yang membuat polisi terbengong-bengong. Katanya, "Masa saya mau dikumpulkan dengan laki-laki?" Lho ! Para petugas kaget, tentu saja. Mereka mengawasi tubuh Isa baik-baik. Rambut dipotong pendek, berkemeja, bersarung, juga bercelana pendek. Wajah, suara, juga dadanya - yang kerempeng - turut memberi gambaran kelaki-lakian. Ah, jangan-jangan dia hanya mencari alasan agar memperoleh sedikit kelonggaran. Tapi Isa ngotot. Kapten Madjid bersama Kapolres dan Wakil Kapolres segera berembuk. Diputuskan malam itu juga, minggu pertama Desember lalu, untuk meneliti kebenaran pengakuan Isa. Nyonya Ani Budianto, istri Wakil Kapolres, lalu dimintai tolong memeriksa. Tapi Nyonya menolak. "Ya kalau benar-benar wanita. Kalau dia pria?" tutur Nyonya Ani sambil tertawa. Ia baru mau melaksanakan keputusan itu setelah didampingi istri seorang polisi lain. Tentu saja mereka deg-degan - dan terkejut. Bagaimana pemeriksaan dilakukan, Nyonya Ani tak mau bercerita. "Itu rahasia wanita," katanya. Orang sedesa Isa sendiri tahu persis apa jenis kelamin orang itu, dan bagaimana ia berpakaian sejak kecil. Jadi, laki-laki atau perempuan? Perempuan, tentu saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini