Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Lalu lintas itu

Kota cirebon yang memiliki jalan sepanjang 121 km, masih kurang dalam penyediaan sarana lalu lintas. lampu pengatur jalan sering macet. terminal khusus truk yang akan membongkar muatan tidak ada. (kt)

27 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LALU-LINTAS di kota Cirebon belum dapat dikatakan rapi. Jalan-jalan yang ada memang sudah dilebarkan di beberapa tempat. Bahkan untuk ukuran kota seluas 3.609 hektar dengan memiliki jalan sepanjang 121 Km dipandang sudah memadai. Tapi bersamaan dengan itu jumlah kendaraan bermotor setiap tahun bertambah ramai. Bahkan menurut catatan pihak Komres 851 Cirebon, kenaikan jumlah itu di tahun 1977 ini hampir dua kali lipat dibanding tahun lalu. Belum lagi terhitung jumlah beca walaupun beberapa wilayah telah dibebaskan dari kendaraan ini. Namun menurut Lettu Pol. Soemardi, Kasi Polantas Komres 851, faktor pemakai jalan juga menjadi penyebab masih belum tertibnya lalu-lintas di kota ini. Sebagai contoh Soemardi mencatat, dengan jumlah kendaraan bermotor sebanyak 10.161 tahun lalu, jumlah pemilik SIM (surat izin mengemudi) hanya 3.512. Meskipun kota ini terkenal selalu ramai oleh lalu-lalangnya kendaraan dari Jawa Barat ke Jawa Tengah dan sebaliknya, tapi di bidang sarana lalu-lintas ternyata masih banyak kekurangan. Cirebon memiliki 4 buah lampu pengatur jalan, tapi 3 buah di antaranya sejak beberapa bulan lalu macet. Padahal lampu-lampu - yang konon bikinan ITB itu -- justru berada di persimpangan yang cukup gawat. Seperti Kejaksaan, Pagongan dan Pasuketan. Untung bahwa lampu persimpangan di jalan pintas (by pass) yang selalu sarat oleh bus dan truk cepat masih suka menyala walau tersendat-sendat. "Insyaallah tak lama lagi menyala, sudah disediakan biaya Rp 1,25 juta" ujar drs. M. Jufri Pringadi, Sekretaris Kotamaya Cirebon. Kebiasaan truk-truk membongkar muatan di sembarang tempat juga menambah ketertiban lalu-lintas di kota ini sering terganggu. Ini misalnya dengan mudah dapat dilihat di sepanjang jalan Pekalipan, Pekiringan sampai Pasuketan. "Idealnya memang harus ada sebuah terminal khusus truk, sehingga barang-barang dibongkar di terminal lalu dikirim dengan mobil-mobil kecil" kata Jufri Pringadi. Tapi tak usah ditanya mengapa terminal khusus itu tak dibuat: jawabnya tentu akan menyangkut biaya yang belum ada.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus