Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Banjir keluhan di jalan thamrin

Untuk menanggulangi banjir di jl thamrin yang terjadi setiap tahun, pemda dki meninggikan jalan tersebut sepanjang 1,2 km. masyarakat penghuni sekitar jalan thamrin protes, khawatir daerahnya tergenang. (kt)

27 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA bebas banjir tampaknya masih setengah angan-angan. Bagi bekas Gubernur DKI Ali Sadikin dalihnya apalagi kalau bukan bab biaya yang konon amat besar. Tapi membiarkan 5 Ha genangan air yang biasa membikin "kiamat" Jalan Husni Thamrin dan sekitarnya, barangkali berarti membiarkan Pemda DKI disorot "mata internasional." Tunggu sampai kiamat? Syukur tidak. Sebab. ternyata menjelang "kiamat kecil" yang pasti bakal datang di musim penghujan mendatang, jalan raya yang pengap oleh gedung-gedung mencuat langit sepanjang 1,2 Km- di Jalan Thamrin itu kini sedang sibuk ditinggikan. Kenapa tak dirombak secara total? "Memang sejak semula cuma akan ditinggikan," kata ir. Bun Yamin Ramto, Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta. Menurut ir. Bun Yarnin ada beberapa cara untuk melaksanakan peninggian itu. Antara lain dengan lapisan batu, tanah batu, sirtu alias pasir batu atau lapisan block base alias aspal hotmix langsung. Masing-masing ada keuntungannya. Dengan sirtu misalnya harga akan lebih murah tapi harus dilakukan penutupan total jalan yang akan diperbaiki. Tapi itu pun tak menutup lalulintas sama sekali. Karena waktu yang 6 bulan itu dibagi 2. Dengan hotmix tak perlu ditutup, tapi lebih mahal. Nah, tutur Bun Yamin, "mengingat keterbatasan biaya, kita memilih yang lebih murah." Sekitar awal Juni sebelum HUT Jakarta 450 diputuskan cara yang makan biaya lebih murah, yakni cuma Rp 848 juta. "Tapi ada reaksi pemakai jalan dan sampai ke Bina Marga/ PUTL. Saya dipanggil, dan diminta supaya jangan ditutup." Bagi kepala DPU yang berkantor megah di Jatibaru itu, tentu saja, kalau memang diminta (kabarnya sampai 3 orang Menteri memintanya) "bisa saja." Tapi harus dipilih cara lain dan lebih mahal yaitu dengan block base alias hotmix. Untuk itu Pemerintah Pusat harus menambah bantuannya. Akhirnya biaya pun perlu ditinggikan jadi Rp 1,2 milyar. Hingga bantuan Pusat jadi sekitar 75%. Tahu-Tahu Tapi urusan belum berarti habis. Peninggian dengan hotmix antara 30-70 Cm itu (dan memubazirkan dinding penghalang yang sudah rapi dipasang) membikin khawatir warga di sekitar Jalan Thamrin di kiri-kanannya. Dan mereka mendatangi Dinas PU untuk menyemprotkan keluhan dan kekhawatiran. Hingga terpaksa Sabtu 2 pekan lalu sekitar 150 warga penghuni rumah sekitar Jalan Thamrin dikumpulkan di Balai Pertemuan DKI oleh Wakil Walikota Jakarta Pusat drs. A. Musyanif dan KepalaDinas PU ir. Bun Yamin Ramto. "Tak ada hujan tak ada banjir kiriman, tahu-tahu kampung kami terendam," tutur seorang warga RW 04 Kebon Kacang. "Karena waduk Setiabudi sedikit saja dibuka, Kebon Kacang banjir. Bagaimana bila Thamrin ditinggikan? "Tahun ini keterlaluan, dalam rumah 2 M di jalan 1,8 M tinggi air," tukas warga Jalan Sumbawa dan Jalan Sumatera. "Apalagi nanti jika Jalan Thamrin jadi tinggi." Pendeknya ramai yang angkat bicara. Sebagian besar nyaris kurang setuju dengan peninggian. Bahkan kepada TEMPO ada warga menganggap "semua rencana dan usaha DKI itu gagal. Karena tanpa dirlkirkan secara matang." Karena menurut para warga itu perbaikan riol-riol dan saluran-saluran . air di kawasan sekitar Jalan Thamrin belum dilakukan. Ada yang menunjuk contoh got-got di Jalan Sumbawa buntu sampai simpang Jalan Sumatera, hingga meski akan dibuat 2 saluran besar yang akan menyedot air di sekitar Jalan Thamrin ke Kali Cideng, toh genangan air tak punya saluran yang baik. Tentu saja Bun Yamin dan Musyanif tak bisa lain kecuali menampung "banjir" keluhan dan usul itu. Bahkan katanya PU dan Kantor Walikota membuka pintu menerima usul-usul. Meski sebelumnya Bun Yamin sudah menjelaskan berbagai tindakan sudah dilakukan sebelum langkah peninggian dilaksanakan untuk menghindarkan "pindahnya genangan." Bahwa akan dibuat 2 saluran besar di dekat Sarinah berdiameter 1,8 M yang akan membuang air ke Kali Cideng. Sementara kali ini pun sudah dibebani dengan menurapnya. "Air tak bisa dihilangkan. Yang jadi soal bagaimana mempercepat air itu hilang," ucap Bun Yamin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus