Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Lelucon Maut di Beranda Bandara

Pembunuhan Kim Jong-nam di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur 2 oleh sekelompok orang yang ditengarai agen rahasia Korea Utara menyeret Siti Aisyah. Bersama seorang perempuan Vietnam, dia didakwa melakukan pembunuhan berencana terhadap abang tiri Presiden Korea Utara Kim Jong-un itu. Kawat rahasia pemerintah Indonesia mengungkap kesaksian Siti dari balik penjara. Tempo menyusuri jejak Siti di Malaysia, sejak dia direkrut hingga proses eksekusi itu.

10 April 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SENYUM lebar Siti Aisyah masih menghiasi laman www.haven4men.com hingga pekan lalu. Situs ini berisi foto-foto dan informasi para perempuan yang menyediakan jasa pijat, spa, dan escort beserta layanan "plus-plus" di berbagai kota di Malaysia. Di sana, Siti menggunakan nama Kelly. Perempuan 25 tahun ini menawari pelanggan memanggilnya ke lokasi yang diinginkan. Tarifnya RM 188-198 atau sekitar Rp 600 ribu untuk 45 menit.

Siti bekerja di Malaysia, tapi dengan status pengunjung. Ia tiap bulan pulang-pergi ke Batam untuk memperbarui cap paspor. Siti kini meringkuk di Penjara Kajang, Selangor, di bagian khusus perempuan. Ibu beranak satu itu ditahan sejak 16 Februari lalu. Ia dituduh membunuh pria yang di paspornya bernama Kim Chol, 47 tahun, di Kuala Lumpur International Airport (KLIA) 2 pada 13 Februari lalu.

Belakangan, pria itu diketahui bernama asli Kim Jong-nam, kakak tiri pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un. Kasus ini mencuat dan menjadi perhatian internasional. Polisi Diraja Malaysia memastikan Jong-nam tewas akibat racun VX atau O-ethyl diisopropylaminoethyl methylphosphonothioate. "Ini racun langka yang terlarang sejak 1993," kata ahli toksikologi dari Universitas Udayana Bali, I Made Agus Gelgel Wirasuta, kepada Tempo.

Kematian Kim Jong-nam disertai cerita adanya operasi spionase agen Korea Utara. Di berbagai rekaman CCTV yang bocor ke media, Siti bersama perempuan lain terlihat membalurkan sesuatu dengan tangannya ke wajah Kim Jong-nam di self check-in counter KLIA 2. Perempuan itu bernama Doan Thi Huong, 28 tahun, warga Vietnam. Ia berprofesi sebagai pekerja salon di Hanoi, ibu kota Vietnam.

Ada empat warga Korea Utara yang turut tertangkap CCTV saat itu. Mereka adalah Hong Song-hac, Ri Jae-nam, O Jong-gil, dan Ri Ji-hyon. Keempatnya dikabarkan sudah kembali ke Pyongyang. Mereka disebut sebagai agen di balik kematian Kim Jong-nam. "Selain mengumpulkan fakta hukum, kami berkoordinasi dengan Badan Intelijen Negara untuk mendalami soal Siti yang disebut terkait dengan intelijen," kata Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi kepada Tempo, Jumat pekan lalu.

Polisi Diraja Malaysia menangkap dan menahan Doan Thi Huong lebih dulu pada 15 Februari 2017. Sel Siti dan Huong berhadapan di Penjara Kajang. Keduanya kini tengah diproses di Mahkamah Rendah Sepang, untuk dilanjutkan ke Mahkamah Tinggi Shah Alam. Siti dan Huong sama-sama dijerat Pasal 302 dan Pasal 34 Undang-Undang Pidana Nomor 574 (Penal Code). Mereka diancam hukuman mati.

Pemerintah Indonesia tak menyerah. Menurut seorang agen madya Tanah Air, tim pendamping kasus Siti Aisyah sudah menemukan orang-orang yang akan meringankan Siti. Mereka adalah dua warga negara Malaysia bernama Saleh dan Kak Lin. Video Siti bersama Kak Lin sehari sebelum kematian Jong-nam sudah beredar di YouTube. Kak Lin, teman curhat Siti, mengetahui segala aktivitasnya. Sedangkan Saleh adalah sopir taksi yang mengetahui pertemuan Siti dan John, sopir taksi lainnya. John adalah warga Malaysia keturunan India yang ditengarai sebagai orang yang menyeret Siti masuk operasi rahasia pembunuhan Kim Jong-nam.

l l l

PINTU masuk Ningo Spa terlihat sepi pada pertengahan Maret lalu. Pusat kebugaran itu berada di lantai dua Hotel Flamingo di Jalan Hulu Kelang, Ampang Jaya, Selangor. Dua lelaki berbadan tegap yang duduk di meja resepsionis setengah berteriak menyambut Tempo yang baru membuka pintu spa. "Kami tutup karena sedang renovasi," kata salah satu dari mereka. Ia juga menyebutkan Ningo Spa sudah berganti pemilik.

Siti menjadi terapis tidak tetap di Ningo Spa. Dengan status freelance itu, Siti acap mengunjungi tempat hiburan untuk mencari pria yang membutuhkan pijatannya. Salah satunya Beach Club, yang jaraknya hanya beberapa ratus meter dari Menara Kembar Petronas, Kuala Lumpur.

Cerita bermula pada Kamis, 5 Januari 2017, pukul 3 dinihari. Saat itu, Siti hendak pulang dari Beach Club sendirian. Sopir bernama John menyapa dan menawarkan jasa taksinya yang berwarna hitam dan putih. "Siti dan John jauh sebelumnya sudah saling kenal," ujar salah seorang anggota tim pendamping Siti.

Perempuan yang hanya lulus sekolah dasar itu menolak tawaran John karena telanjur memesan GrabCar dari telepon selulernya. Namun perbincangan berlanjut. John menawari Siti bertemu dengan kenalannya yang dia sebut menawarkan pekerjaan untuk Siti, dan disepakati.

Pada hari itu juga, sekitar pukul 10 pagi, John mempertemukan Siti dengan Ri Ji-u, 30 tahun, yang mengaku bernama James. Siti memperkenalkan dirinya dengan nama Nidya. Pertemuan itu berlangsung di mal dekat Menara Kembar Petronas.

Komunikasi keduanya berlangsung tidak mulus karena Siti tidak lancar berbahasa Inggris. James menyiasatinya dengan menggunakan aplikasi penerjemah di telepon seluler. Menurut Siti, dalam pengakuan kepada anggota tim yang dibentuk Kementerian Luar Negeri, James menawarinya bermain di acara televisi prank yang tengah dia garap. Tiap kali berperan dalam adegan acara lucu-lucuan itu, ia dibayar RM 400 atau sekitar Rp 1,2 juta.

Dokumen kawat rahasia antara Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur dan Kementerian Luar Negeri menyebutkan Siti sudah 12 kali berperan dalam syuting itu sepanjang Januari-Februari. Surat ini berisi seluruh pengakuan Siti kepada petugas KBRI. Syuting itu dilakukan sembilan kali di tujuh lokasi di sekitar Kuala Lumpur, yaitu di KLIA 1 dan 2, Pavilion Mall, Mandarin Oriental Hotel, Double Tree Hotel, serta KL Central. Perintahnya selalu sama. Siti harus kabur setelah mengusapkan cairan ke wajah targetnya.

Siti juga mengikuti tiga kali pengambilan gambar di Bandara Internasional Phnom Penh, Kamboja. Ketiganya berlangsung pada 21 Januari 2017. Ia pulang ke Kuala Lumpur keesokan harinya. Pegawai KBRI di Kuala Lumpur yang ikut dalam tim pendamping Siti menambahkan, syuting itu selalu berlangsung pada pukul dua-tiga dinihari.

Lokasinya pun dipilih di titik yang tak tertangkap CCTV. Biasanya, ia beraksi sendirian. Itu sebabnya Siti baru mengenal Huong di KLIA 2, saat Kim Jong-nam menjadi targetnya. Dalam kesempatan lain, Menteri Retno memastikan Siti tidak mengenal Jong-nam sebelumnya. "Jawaban Siti sangat konsisten, tidak mengenal Kim Jong-nam," ujarnya.

Di tiap adegan, Siti selalu diberi cairan. Menurut pengakuan Siti, kata anggota tim pendamping itu, bau cairan tersebut bermacam-macam. Ada yang berbau seperti minyak telon, ada pula yang seperti solar. Seluruh cairan itu selalu diusapkan ke wajah target. Namun "korban" sebelumnya tak ada yang mati. "Itu sebabnya dia pede saat beraksi di KLIA 2," ujarnya.

Anggota tim pendamping itu juga menyebutkan James mendampingi Siti selama beberapa kali beraksi di Kuala Lumpur. James pula yang membawa Siti ke Phnom Penh. Setiba di sana, James memperkenalkan Siti kepada anak muda bernama Chang. Pria ini diyakini bernama asli Hong Song-hac, 33 tahun. Ia salah satu pria yang kabur dari Malaysia pada hari kematian Kim Jong-nam.

Setelah perkenalan di Phnom Penh, Chang menjadi sentral dalam pengambilan gambar prank itu. Menurut pengakuan Siti, Chang fasih berbahasa Indonesia. Menurut informasi lain, Chang pernah bertugas di Kedutaan Besar Korea Utara di Jakarta. Ia pun disebut pernah menjalani kuliah singkat di Universitas Bung Karno di Cikini, Jakarta Pusat.

Duta Besar Korea Utara di Jakarta, An Kwang-il, tidak merespons sejumlah pertanyaan yang diajukan Tempo hingga Jumat pekan lalu. Wakil Rektor IV Universitas Bung Karno Teguh Santosa membantah kabar bahwa ada warga Korea Utara yang pernah mengenyam kuliah di kampusnya. Pria yang juga menjabat Sekretaris Jenderal Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea Utara itu menyebutkan sering bertemu dengan warga Korea Utara yang bisa berbahasa Indonesia saat berkunjung ke Pyongyang. "Banyak yang berlatih sendiri menguasai bahasa asing, termasuk bahasa Indonesia," ujarnya.

Pola untuk merekrut Siti ternyata diterapkan pula kepada Don Thi Huong. Salah seorang anggota tim pendamping Siti mengatakan Huong direkrut pria yang fasih berbahasa Vietnam. Pria itu diyakini bernama Ri Ji-hyon, 33 tahun, yang ikut kabur ke Pyongyang.

Dalam berbagai rekaman CCTV, Huong tampak bersama pria yang diduga Ji-hyon di sebuah hotel di kawasan Sepang pada 4 Februari 2017. Selama 11-14 Februari, Huong tiga kali berpindah hotel di kawasan yang sama. Huong ditangkap di KLIA 2. Anehnya, Huong ditangkap dengan masih menggunakan baju bertulisan "LOL" yang digunakan saat beraksi di KLIA 2.

Siti pertama kali melihat Huong di KLIA 2, beberapa jam sebelum keduanya beraksi. Siti hadir lebih dulu, sekitar pukul 8 pagi. Ia tertangkap CCTV nongkrong di Bibik Heritage mengenakan jins yang robek di dua bagian paha, kaus abu-abu tak berlengan, selendang, dan tas hitam kecil. Ia tampak menikmati secangkir kopi sambil tersenyum kepada seseorang.

Anggota tim pendamping Siti mengatakan di sana Siti ditemani Chang. Saat itu, Chang menunjuk seorang perempuan berkaus lengan panjang dengan tulisan "LOL". "Itu pemeran kedua syuting nanti," kata si anggota tim, menirukan ucapan Chang kepada Siti yang didapuk menjadi pemeran pertama.

Kepada tim pendamping, Siti mengatakan Chang yang menunjuk Kim Jong-nam sebagai target mereka pada hari itu. Chang juga yang mengoleskan cairan yang disebut racun VX itu langsung ke tangan Siti. Dalam rekaman CCTV, beberapa saat sebelum aksi itu, Siti terlihat bersembunyi di balik tiang sambil sibuk menelepon.

Beberapa detik setelah Kim Jong-nam melintas di sebelah Siti, Chang terekam kamera menggunakan topi hitam dan menenteng plastik putih melintasi Siti. "Saat itulah Chang mengoleskan cairan yang sudah ada di telapak tangannya ke telapak tangan Siti," ujar anggota tim pendamping itu.

Kamera CCTV mengungkap ada tiga pria yang diduga juga warga Korea Utara yang memantau aksi Siti dan Huong. Pria pertama, yang tampak buncit dan tua, berada di dekat Siti sambil sibuk menelepon. Pria kedua mengikuti Jong-nam dari belakang sambil menyeret troli. Pria ketiga berada di Bibik Heritage, sekitar 20 meter dari lokasi Siti dan Huong mengusapkan cairan ke wajah Jong-nam. Pria keempat adalah Chang, si pria bertopi hitam. Merekalah yang kabur pada hari itu juga ke luar Malaysia. Salah satunya sempat singgah di Jakarta, lalu pergi lagi enam hari berikutnya.

Setelah beraksi, Siti berlari-lari kecil menuju Bibik Heritage. Kawat rahasia lain menyebutkan Siti kembali ke tempat tinggalnya setelah beraksi. Seorang warga Malaysia bernama Muhammad Farid Jalalludin, 26 tahun, mengantarnya pulang. Farid disebut Siti sebagai lelaki yang "menaksir"-nya. Keesokan harinya, ia bekerja seperti biasa di Ningo Spa, sampai ditangkap tiga hari setelah eksekusi maut itu. Farid juga ditangkap, tapi dibebaskan beberapa hari kemudian.

Rangkaian cerita ini, kata Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal, secara konsisten dikatakan Siti sejak kontak pertama hingga ketujuh, pertemuan terakhir tim gabungan Kementerian Luar Negeri. Timnya percaya Siti hanyalah korban. "Sejauh ini, kami melihat Siti hanya korban," ujarnya kepada Tempo.

Pemerintah juga tengah mengusahakan penjelasan yang independen tentang racun VX dari lembaga internasional. I Made Agus Gelgel Wirasuta menegaskan, manusia akan tewas jika tersentuh atau menghirup VX. Ia tak percaya nyawa Siti selamat jika menyentuh racun itu. Ada sejumlah teori yang menyebutkan gabungan cairan yang diusapkan Siti dan Huong ke wajah Kim Jong-nam menghasilkan racun VX. Gelgel menampik analisis itu. "Tidak mungkin racun VX dihasilkan dengan cara itu," katanya.

Seorang anggota tim gabungan itu mengatakan hambatan utama yang dihadapi adalah sikap pemerintah Malaysia yang melepaskan tiga warga Korea Utara--salah satunya Ri Ji-u alias James--ke Pyongyang dua pekan lalu. Tindakan itu, menurut dia, bakal merugikan Indonesia karena akan menghilangkan mastermind pembunuhan Kim Jong-nam. Pemerintah dia sebut belum percaya bahwa Siti seorang agen karena aksi itu dilakukan di bawah kamera CCTV bandara. "Ini operasi yang jorok," ucapnya.

Duta Besar Malaysia Datuk Seri Zahrain Mohamed Hashim mengakui pengadilan di Malaysia hanya akan menyidangkan kasus pembunuhan Kim Jong-nam dengan terdakwa Siti dan Huong. "Mahkamah Malaysia hanya menyidangkan pembunuhan dan tidak menelusuri motif," ujarnya saat ditemui Tempo, pertengahan Maret lalu. Zahrain mengatakan tak bisa memberikan komentar lebih banyak karena kasus ini sudah masuk pengadilan.

Kasus ini masih menyisakan persoalan. Kawat rahasia mengungkapkan, saat ditangkap, Siti membawa uang US$ 2.200. Polisi Malaysia menyita US$ 300 sebagai barang bukti. Polisi lain mengambil sisanya, US$ 1.900. Menurut Siti, seperti tertulis dalam kawat rahasia itu, sang polisi berjanji akan mengirimkan uang tersebut kepada Benah, ibu Siti, yang tinggal di Kampung Rancasumur, Serang. Namun dua penyerahan uang itu sama sekali tak menggunakan tanda terima.

Kepada seorang anggota tim yang menemuinya di penjara, Siti memohon uang yang dikumpulkan dengan susah payah itu dapat diterimanya kembali. "Agar bisa saya kirimkan ke kampung dan dinikmati Ibu," kata pejabat itu menirukan Siti.


Penanggung Jawab: Setri Yasra Pemimpin
Proyek: Mustafa Silalahi Penyunting: Setri Yasra, Yosep Suprayogi
Penulis: Mustafa Silalahi, Rusman Paraqbueq, Pramono
Penyumbang bahan: Setri Yasra (Kuala Lumpur), Mustafa Silalahi, Rusman Paraqbueq, Pramono, Mahardika Satria Hadi, Maria Rita, Anton Aprianto
Bahasa: Uu Suhardi, Sapto Nugroho, Iyan Bastian
Desain: Eko Punto Pambudi, Kendra Paramita, Moerat Sitompul Foto: Jati Mahatmaji

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus