Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Wuling meminta Moeldoko membantu meloloskan charger GB/T ke dalam SNI.
Moeldoko menyurati sejumlah kementerian, meminta charger GB/T diadopsi dalam SNI.
Regulasi melarang penggunaan perangkat yang tidak memenuhi syarat SNI.
KEPALA Staf Kepresidenan Moeldoko geleng-geleng. Sudah lima bulan lebih sejumlah surat yang ia layangkan ke beberapa kementerian dan lembaga pemerintah tak berbalas. Salah satunya surat untuk Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif. “Sudah lama,” mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia itu bercerita kepada Tempo pada 21 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam surat bertanggal 17 Juli 2023 itu, Moeldoko sebagai Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) meminta Menteri Arifin membantu menambahkan jenis saluran pengisi daya atau charging port mobil listrik. Moeldoko meminta charging port jenis GB/T dimasukkan ke Standar Nasional Indonesia (SNI). Alasannya, hal itu sesuai dengan rencana pengembangan ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai serta sejalan dengan program percepatan elektrifikasi kendaraan. Surat itu ditembuskan kepada Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi serta Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN).
Surat itu adalah tindak lanjut keluhan anggota Periklindo, antara lain Wuling Motors Indonesia. Produsen otomotif asal Cina itu tengah menghadapi masalah karena charger atau alat pengisi daya untuk produk kendaraan listriknya belum masuk SNI. “Di lapangan (Wuling) banyak dipakai, tapi kenapa charger GB/T tidak masuk SNI?” kata Sekretaris Jenderal Periklindo Tenggono Chuandra Phoa. Tenggono adalah pengurus Periklindo yang juga mewakili Wuling.
Charger mobil listrik model GB/T di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) milik Utomo Charger di Jakarta, September 2023. Tempo/Tony Hartawan
Charger GB/T atau Guóbiāo/Tuījiàn banyak digunakan di Cina. Sedangkan di Indonesia, charging port yang tersedia di stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) adalah tipe 2 AC charging yang umum digunakan di Eropa. Dua jenis port lain yang tersedia di SPKLU adalah DC charging CHArge de MOve atau CHAdeMO, yang biasa dipakai untuk kendaraan listrik di Jepang, dan DC charging combo tipe combined charging system 2 atau CCS2 yang digunakan mobil listrik buatan Eropa, seperti BMW.
Agar mobil listrik buatannya bisa diisi di SPKLU, Wuling melengkapi konsumennya dengan alat penghubung atau charging connector. Alat ini menjadi semacam perantara port atau soket GB/T dengan CCS2 atau port lain. Tapi pemakaian alat tersebut membuat pengisian daya tidak optimal karena ada daya listrik yang hilang. Karena itu, Wuling berupaya keras agar port GB/T bisa masuk atau diakui dalam daftar SNI sehingga akan banyak SPKLU yang menyediakan pengisi daya tipe ini.
Untuk memuluskan langkah tersebut, Wuling melambung ke Moeldoko. Pada 6 Juli 2023, Presiden Direktur PT SAIC General Motors Wuling (SGMW) Motor Indonesia Shi Guoyong mengirim surat kepada Moeldoko karena upaya yang sudah mereka lakukan untuk menembus SNI tak membuahkan hasil.
Wuling pernah mengajukan permohonan agar charging port GB/T masuk SNI kepada Badan Standardisasi Nasional pada Januari 2022. Tapi, setelah permohonan melalui pengujian oleh Komite Teknis, BSN menolak proposal Wuling pada Juli 2022. Wuling meminta konfirmasi kepada Komite Teknis dan mendapat informasi alasan penolakan adalah perlunya sejumlah dokumen penguat.
Wuling mengklaim charging port GB/T sudah lolos dan menjadi standar nasional di Cina. Standar untuk GB/T dikeluarkan dan dipublikasikan oleh Standardization Administration of China (SAC). Wuling mengklaim pengecas tipe GB/T telah terbukti kualitas dan keamanannya. Hal ini terbukti dari populasi GB/T tipe DC atau arus searah di Cina yang mencapai 76.507 unit dan GB/T tipe AC atau arus bolak-balik yang memiliki 1.036.496 pengguna. Adapun jumlah charger jenis lain, menurut Wuling, hanya 485 unit.
Soal populasi produk di Indonesia juga menjadi alasan Wuling meminta pemerintah memasukkan charger GB/T ke SNI. Menurut Tenggono, angka penjualan mobil listrik Wuling jenis Air ev telah mencapai sekitar 20 ribu unit, terbanyak dibanding kendaraan listrik berbasis baterai lain. Dia juga menyebutkan produk baru Wuling, yaitu Binguo EV, telah dipesan lebih dari 3.000 konsumen dalam waktu sebulan sejak diperkenalkan pada pertengahan November 2023.
Direktur Penjualan dan Pemasaran Wuling Motors Dian Asmahani mengelak jika upaya menyurati Moeldoko itu disebut sebagai bentuk lobi perusahaan kepada pemerintah melalui Kepala Staf Kepresidenan tersebut. Menurut dia, langkah itu ditempuh selayaknya anggota asosiasi yang menyampaikan pemikiran tentang solusi pengisian daya. “Ini hal yang lumrah bagi anggota asosiasi untuk menyampaikan aspirasinya,” katanya pada 22 Desember 2023.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menjajal mobil listrik Wuling pameran Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2022, Jiexpo Kemayoran Jakarta, 22 Juli 2022. Wuling.id
Menurut Dian, alat pengisi daya adalah satu dari beberapa aspek penting dalam ekosistem kendaraan listrik. Saat ini, dia menambahkan, sebanyak 90 persen pengguna mobil listrik Wuling mengisi daya di rumah dengan fasilitas easy home charging. Namun ada juga pengguna yang mengisi daya mobil listriknya di SPKLU. Kelompok ini yang paling terpengaruh jika pengecas jenis GB/T tak masuk SNI dan tak bisa disediakan di SPKLU.
Sedangkan Moeldoko mengatakan upayanya bersurat kepada sejumlah kementerian dilakukan untuk kepentingan yang lebih luas. "Kita harus realistis. Populasi Wuling sudah sekian banyak, nanti kita juga bisa dikomplain banyak orang. Ingat, karena populasinya banyak."
•••
TERNYATA bukan hanya Wuling yang mengadu. Direktur Utama PT Mobil Anak Bangsa (MAB) Kelik Irwantono juga menyurati Moeldoko pada 12 Juli 2023, meminta hal yang sama dengan Wuling. Untuk diketahui, MAB adalah perusahaan pembuat kendaraan listrik niaga seperti bus dan truk yang didirikan Moeldoko pada 2017.
Dalam suratnya, Kelik mengatakan MAB menjual produk bus sejak 2019 dengan alat pengisi daya standar GB/T. Menurut dia, biaya investasi untuk charger baterai tipe ini lebih murah ketimbang tipe standar lain. Apalagi saat ini sudah berkembang teknologi yang bisa menyatukan dua standar charging port berbeda tanpa mempengaruhi fungsinya.
Ditanyai tentang surat ini, Kelik memberi konfirmasi. Dia menjelaskan, mayoritas kendaraan listrik di dunia saat ini menggunakan standar GB/T. MAB menjual bus listrik ke sejumlah perusahaan sebagai kendaraan pengangkut karyawan. Perusahaan ini juga sedang menyiapkan truk listrik untuk memenuhi kebutuhan perusahaan sawit. Produk lain yang ditawarkan MAB adalah truk listrik pengangkut sampah. “Beberapa pemerintah daerah sudah tertarik pada produk ini,” tuturnya pada 19 Desember 2023.
Satu lagi produk baru yang sedang dirancang MAB adalah kendaraan listrik pengangkut anjungan tunai mandiri keliling atau semacam kantor kas keliling bank. Kelik mengatakan ada dua bank—salah satunya bank pelat merah— yang sudah memesan kendaraan jenis ini. Dengan berbagai produk tersebut, dia menambahkan, MAB sebenarnya bisa menyiapkan alat pengisi daya standar GB/T ataupun CCS2. “Tergantung permintaan konsumen,” katanya.
Pengaduan Wuling dan MAB kepada Moeldoko akhirnya mendapat respons dari pemerintah. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, melalui Sekretaris Jenderal Kementerian Dadan Kusdiana, memerintahkan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jisman P. Hutajulu mengkaji kembali peluang memasukkan charger standar GB/T ke SNI. Namun Kementerian Energi menekankan bahwa pengkajian harus tetap mengutamakan jaminan kelayakan dan kualitas standar produk. “Serta mempertimbangkan jenis charging yang digunakan pada kendaraan bermotor listrik di Indonesia,” demikian isi surat yang ditandatangani Dadan tertanggal 4 Agustus 2023.
Bus listrik Mobil Anak Bangsa (MAB) di pameran Periklindo Electric Vehicle Show 2022 di JIExpo Kemayoran, Juli 2022. Tempo/Tony Hartawan
Tak sampai dua pekan, tim teknik ketenagalistrikan Kementerian Energi dan tim dari Badan Standardisasi Nasional turun ke lapangan. Dalam kunjungan ke fasilitas milik PT SGMW Motor Indonesia, tim itu mendapat informasi bahwa Wuling akan meluncurkan model baru mobil listrik pada akhir 2023 atau awal 2024. Produk baru ini akan menggunakan konektor pengisi daya standar GB/T 20234.3-2015. Wuling mengklaim standar tersebut mengacu pada standar global IEC 62196-3-2022, yang diadopsi Indonesia sebagai SNI IEC 62196-3-2014 tipe BB.
Karena itu, Kementerian Energi meminta SGMW Motor Indonesia segera menyampaikan dokumen standar tersebut untuk dievaluasi oleh Komite Teknis BSN. Wuling juga diminta menjalani pengujian di lembaga sertifikasi produk di bidang SPKLU yang terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional.
Dadan tak merespons permintaan konfirmasi Tempo tentang suratnya. Demikian pula Jisman. Kementerian Perindustrian, yang turut dalam pengembangan kendaraan listrik, pun bungkam. Tak ada respons dari Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier. Juru bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri, hanya menjawab singkat. "Kami belum bisa memberikan jawaban karena masih dibahas di internal."
Surat Kepala Staf Kepresiden Moeldoko, sebagai Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia, kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Moeldoko meminta charger GB/T yang banyak digunakan di Cina masuk ke dalam Standar Nasional Indonesia (SNI)
Sedangkan Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian Energi Agus Cahyono Adi mengatakan pemerintah telah membuat ketentuan mengenai standar pengisi daya kendaraan listrik yang mengacu pada standar global. "Pada saat penyusunan standar ini, ada perwakilan komunitas global yang datang ke sini," ujarnya.
Ketentuan standar pengisi daya tertuang dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1 Tahun 2023 tentang Penyediaan Infrastruktur Pengisian Listrik untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai. Peraturan yang terbit pada 9 Januari 2023 ini mengatur teknologi pengisian daya lambat, menengah, cepat, dan sangat cepat, yang terdiri atas AC charging system tipe 2, DC charging system, dan CCS.
Deputi Bidang Pengembangan Standar BSN Hendro Kusumo mengatakan aturan tentang charging port serta konektor kendaraan listrik di Indonesia merujuk pada standar International Electrotechnical Commission (IEC). Dalam konteks pengisi daya kendaraan listrik, standar IEC 62196-3 diadopsi menjadi SNI IEC 62196-3 dengan empat jenis konfigurasi konektor, yaitu tipe AA, BB, EE, dan FF.
Hendro mengatakan regulasi juga mengatur kemungkinan badan usaha menambah tipe pengisi daya dan konektor selain yang sudah disebutkan. Tapi ada syaratnya, yaitu tipe perangkat tersebut harus sesuai dengan SNI, standar internasional, atau standar yang disepakati bersama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah negara produsen.
Dalam perkara charger GB/T, pihak yang mewakili pemerintah Indonesia dan Cina adalah kementerian energi masing-masing. Adapun dalam konteks badan standardisasi, Indonesia diwakili BSN, sementara wakil Cina adalah Standardization Administration of China (SAC). “Bukan negosiasi antara produsen dan pemerintah,” ucap Hendro.
Di luar itu, Hendro mendengar kabar bahwa SAC juga menyusun standar GB/T 20234.3 yang mengacu pada IEC 62196-3 tipe BB. Karena itu, SGMW Motor Indonesia meminta Komite Teknis menganalisis perbedaan antara SNI IEC 62196-3 dan GB/T 20234.3 untuk memvalidasi apakah kedua standar tersebut sama atau berbeda.
Wuling dan MAB boleh saja mengklaim charger GB/T lebih murah. Namun penyedia SPKLU menyatakan sebaliknya. Menurut Direktur Delta Indonesia Johnny Tam, jika hendak mengubah pengecas standar GB/T ke standar CCS2, produsen perlu mengubah beberapa komponen di dalam kendaraan listrik yang akan membuat harga jualnya lebih mahal. Delta adalah perusahaan pembuat SPKLU asal Thailand dan mayoritas SPKLU milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dibangun perusahaan tersebut.
Johnny menambahkan, Delta dan kebanyakan pembuat kendaraan listrik menggunakan standar internasional (IEC) atau standar CCS2. "Hanya sebagian kecil kendaraan listrik Jepang menggunakan standar CHAdeMO, tapi mereka beralih ke CCS2 juga."
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Tersengat Lobi Wuling"