BAGI Nudji, minum jamu adalah juga seperti makan: hukumnya wajib. Penduduk Desa Karangsalam, Banjarnegara, Jawa Tengah ini, kalau belum nenggak jamu, belum srek. Soal khasiat, dia tidak ragu. Lihat saja, kendati umurnya sudah 60 tahun, Nudji masih tampak gagah. Nudji dan jamu, keduanya menyatu, bak kata iklan. Namun, lantaran cintanya pada jamu itulah yang menyebabkan nama Nudji jadi buah bibir. Awal September lalu, seperti biasa, ia bersiap-siap minum jamu. Celaka, tak ada jamu seduh. Lalu ia beralih ke jamu tablet, yang kini lagi mode di Jawa Tengah. Lagi pula, "Ada yang bilang, jamu yang berbentuk pil itu lebih manjur," katanya. Nah, persis di saat menelan pil jamu itu, tiba-tiba matanya melotot. Ada sesuatu yang ikut tertelan, tak cuma pil jamu. Dan sesuatu itu ternyata nyangkut di tenggorokan. Nudji meringis, lalu teriak-teriak dengan napas tersengal. Duh, Gusti ! Yang menyumbat tenggorokannya itu ternyata keempat gigi emasnya. Ia kalang kabut. Anak dan cucu si kakek ini akhirnya ikut kalang kabut. Pertolongan segera dilakukan. Nudji disuruh nungging, punggungnya dipukul-pukul. Gigi emas itu tetap setia di kerongkongannya. Orang semakin banyak datang. Mobil dicarter. Kakek Nudji yang merintih kesakitan akan dibawa ke RS Emmanuel, Klampok, Banjarnegara. Setelah diperiksa, ternyata petugas kesehatan di rumah sakit ini angkat tangan. "Mereka tidak sanggup mengeluarkan empat buah gigi yang nyantol di tenggorokan itu," ujar Budi, cucu Nudji. Korban disarankan dibawa ke RS Purwokerto, yang punya peralatan lebih lengkap. Meluncurlah rombongan dari Desa Karangsalam ini ke Purwokerto. Nudji semakin rebah tak berdaya. Kesialan masih berpihak pada Nudji. Di RS Purwokerto ini, lagi-lagi ia ditolak dengan alasan yang sama. Tak ada petugas medis yang berani menangani kasusnya. Sasaran kini dialihkan ke RS dr. Kariadi, Semarang. Tubuh Nudji semakin lemah. Di perjalanan menuju Semarang, tubuh Nudji kian lemah. "Badan saya rasanya pegel linu," cerita kakek 16 cucu ini. Saat itu ia masih ingat punya pil jamu lagi. Ia telan pil itu. Eh, ternyata perutnya jadi mual. Nudji kemudian muntah. Di antara muntahan itu terdapat benda berwarna kuning keemasan, dan itulah gigi emas yang nyangkut tadi. Plong. Akhirnya, rombongan ini putar haluan dan kembali ke Desa Karangsalam. "Kami semua bersyukur karena Kakek tidak jadi dioperasi," ujar Budi terkekeh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini