Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Masih Mengandalkan Batang Hari

Baru 4% warga kota Jambi yang menikmati air bersih dari PDAM. Selebihnya mengambil dari sungai batang hari dan sumur galian. Usaha perluasan jaringan terhambat oleh pipa yang sudah tua. (kt)

7 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUNGAI Batang Hari yang membelah dua kota Jambi kerap banjir. Tapi kesulitan akan air minum tetap saja merupakan masalah bagi sebagian besar penduduknya. Tentu saja maksudnya air minum yang bersih. Sebab kalau untuk sembarang minum, aliran sungai itu tak akan kering walau dihirup sekitar 175.000 warga kota terus menerus. Hingga akhir tahun 1976 yang lalu pihak Perusahaan Daerah Air Minum (PAM) Jambi, mencatat baru sekitar 4% saja warga kota ini yang dapat dilayaninya. Selebihnya minum dari sumur-sumur yang dibangun sendiri di samping tak sedikit yang langsung menimba dari Batang Hari. Sumur-sumur di kota ini rata-rata mempunyai kedalaman di atas 10 meter. Memang sejak 2 tahun lalu PAM Jambi ada menerima anggaran dari Pelita Nasional untuk merehabilitasi dan perluasan jaringan. Kemampuan pun diingkatkan: dari 6 liter/detik menjadi 6 liter/detik. Tapi peralatan belum semuanya dapat diperbarui, rata-rata masih harus dipakai sisa-sisa warisan zaman Belanda 45 tahun lampau. Karena itu pula, Dachlan Achmad, direktur administrasi dan keuangan PAM Jambi mengeluh, bahwa sekitar 20% air bersih perusahaannya hilang tiap hari. Dachlan menunjuk penyebabnya, "pipa-pipa itu telah berusia lanjut". Artinya air ang hilang itu telah dicegat oleh bocoran-bocoran pipa yang terdapat di sana sini di dalam tanah. Perbaikan memang dilakukan. Tapi ini hanya menyangkut pada bagian pipa yang bocor. Selebihnya, kata Dachlan, belum mampu. Dan adalah karena pipa-pipa yang sepuh itu pula terhambatnya rencana untuk memperluas jaringan PAM ke berbagai pelosok kota. Misalnya, tak lama setelah rehabilitasi tadi, perusahaan daerah ini mencoba mentargetkan kemampuannya untuk mensuplai 3.000 langganan dalam tahun lalu. Tapi kemudian disadari pipa-pipa sudah begitu banyak yang harus diganti, sehingga tahun itu air bersih hanya mampu diterima oleh 1.295 langganan. Padahal tambah Dachlan, persediaan air masih berlebih. Diendapkan Sumber air sebenarnya tak begitu jadi soal bagi PAM Jambi. Sungai Batang Hari tentu jadi andalan pokok. Bahkan agar suplai air tetap lancar, terutama di musim kemarau, intik yang semula ada di tepi sungai Batang Hari telah digeser ke tengah sejauh 60 meter. Tapi walaupun air yang disedot itu kemudian diendapkan, keluhan dari para pemakai tetap saja terdengar. Yaitu warna air yang keluar dari pipa penerima di rumah-rumah penduduk tak seberapa jauh berbeda dengan warna air yang masih mengalir di sungai Batang Hari. Tentu kekurangan akan obat-obat penjernih adalah penyebabnya pula. Tapi warga kota Jambi agaknya tak perlu risau benar. Ternyata Jambi termasuk salah sebuah kota di Indonesia yang mendapat bantuan Bank Dunia untuk membangun proyek air minum. Kabarnya persiapan-persiapan ke arah ini sudah dimulai beberapa waktu lalu. Tinggal menunggu dimulainya, tahun ini juga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus