Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Maut Putih di Atas Rumania

23 April 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Segelas teh hangat tak bisa mengusir mulas dari perutnya. Perutnya selalu sakit bila disentuh. Ia terus bolak-balik ke toilet: buang-buang air, muntah. Cairan yang muncrat dari mulutnya mirip air beras. Sekitar sembilan jam setelah keberangkatannya dari Singapura menuju Amsterdam, ia mengembuskan napas terakhir. Ia mati muda. Munir mangkat pada usia 39 tahun.

Lembaga Forensik Belanda, yang mengotopsi jenazah Munir, menemukan arsenik dosis tinggi dalam tubuhnya: 450 miligram, empat kali lipat dari dosis mematikan bagi manusia. Di darahnya ada 3,1 miligram per liter atau 31 kali di atas dosis normal. Di urin 4,8 miligram per liter atau 16 di atas batas normal. Bila ditakar, seluruh bubuk arsen yang masuk tubuh Munir kira-kira satu sendok makan penuh.

Lewat otopsi kedua, laboratorium forensik Biro Penyelidik Federal (FBI) Amerika Serikat di Seattle menyimpulkan ada arsenik bervalensi tiga dan lima di dalam lambung dan hati Munir. Arsenik bervalensi tiga alias arsenik trioksida (As2O3) populer disebut arsenik putih. Zat ini dijual dalam bentuk butiran halus, tak berbau, tak berasa, dan tak mengubah rasa bila bercampur dengan makanan atau minuman. Arsenik ini didapat melalui pembakaran mineral arsenopirit menjadi gas yang lalu dipadatkan kembali.

Alkisah, adalah Jabir, seorang ahli kimia Arab, yang memakai bubuk ini pertama kali pada tahun 700-an. Di Eropa arsenik terkenal sebagai poudre de succession—bubuk suksesi, karena seringnya dipakai dalam pembunuhan politik. Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte adalah salah satu kor-bannya. Literatur lain menyebutkan arsenik kerap dipakai untuk pembunuhan bermotif dendam. Korban arsenik umumnya menderita sakit yang luar biasa saat racun ini bekerja. Itulah sebabnya, pada malam jahanam itu, Munir menderita luar biasa.

Efek dehidrasi, mulut kering, dan lemas yang ditimbulkannya sangat mirip gejala kolera, yang berjangkit luas di Eropa kala itu. Hieronyma Spara, pengusaha Kota Roma pada abad ke-17, mengajarkan ibu-ibu muda sebuah resep menjadi janda kaya dalam sekejap. Katanya, gunakan arsenik untuk meracuni suami kalian.

Menurut pakar kimia pangan dari Institut Pertanian Bogor, Fransisca Zakaria, arsenik bervalensi dua atau tiga biasanya berasal dari senyawa anorganik yang didapat dari batuan mineral. Jenis anorganik paling banyak diproduksi dibandingkan organik, karena bahan bakunya tersebar di alam dan gampang dimurnikan. Cukup seujung kuku untuk membunuh satu orang dewasa. Arsenik adalah racun yang sangat efektif karena cepat meresap ke dalam makanan, dan cuma perlu minuman yang masih cukup panas, agar lekas larut.

Dalam dosis rendah, racun arsenik dapat dikeluarkan dari tubuh dengan memberikan susu, agar si penderita muntah-muntah. Susu juga dapat memperlambat penyerapan racun di tubuh, karena proteinnya akan mengikat arsenik. Tetapi, dalam kasus Munir, dosis yang tinggi menyebabkan protein itu tidak bisa bekerja.

Lalu dengan cara apa arsenik masuk ke tubuh Munir, NFI dan FBI tak bisa memastikannya. Tapi diduga bukan kopi, karena Munir dikenal tak suka minuman hitam itu. Ia menderita maag sehingga lebih suka teh manis dan air putih.

I G.G. Maha Adi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus