Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Medali untuk kembang gula

Pameran seni memasak international di frankfrut, dan bisa disebut olimpiade masakan internasional. masakan tidak dinilai dari segi rasa, melainkan penampilannya. (sel)

20 Maret 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YANG ini sebuah olimpiade masak-masakan. Empat tahun sekali, sejak 1895, para jurumasak andalan dari seluruh penjuru bumi berkumpul di Frankfurt, Jerman Barat. Mereka berjuang memperebutkan medali emas, perak dan perunggu, dalam Pameran Seni Memasak Internasional yang juga disebut Pameran Dagang Hotel dan Restoran. Kerepotan yang sebuah ini memang biasanya dinamakan 'Olimpiade Masakan Internasional '. Jangan keburu menelan ludah. Untuk mereka yang doyan makan, olimpiade ini belum tentu memenuhi selera. Coba: mutu masakan tidak terutama dinilai dari segi 'rasa'. Entah setan apa yang nemplok di benak orang-orang yang seakan kurang kerjaan itu, yang diberi punten tinggi adalah masakan yang bagus dalam "penampilan". Memang, mereka bisa punya alasan: dalam segi yang satu ini penilaian, agaknya, bisa lebih "obyektif". Cobalah lihat yang namanya makanan dingin. Sebagian terbesar tampil dalam bentuk patung-patungan yang dirakit dari roti, lemak babi, kembang gula dan bahan lain yang mudah dibentuk. Bentuk, itulah yang jadi soal. Bahkan majalah Quest menyebutkan bahwa hanya makanan panaslah yang benar-benar bisa disantap. Ketika baru-baru ini olimpiade tersebut diselenggarakan untuk ke-15 kalinya, tak kurang 40 tim dari 23 negara ambil bagian. Itu melibatkan 800 koki terpandai dari pelbagai dapur. Dan setelah mengeluarkan seluruh 'simpanan'dan 'jurus', kemenangan akhirnya diraih tim Amerika Serikat, Kanada, dan tuan rumah. Untuk meliput olimpiade yang musykil ini Quest mengutus Robert Morley, aktor Inggris yang juga penulis sandiwara, dan--terutama-seorang bon vivant. "Di Jerman (Barat)," kata Robert Morley, "selalu ada dua cara untuk melakukan segala sesuatu: cara Jerman dan cara yang salah." Sebagai contoh, misalnya, anda tak bisa naik kereta api tanpa membeli karcis. Kalau toh anda melakukannya, dan ketahuan, anda akan didenda 10 kali harga karcisnya. "Tapi anda telah memberikan egembiraan kepada sang kondektur pada hari anda tak membeli karcis itu." Mengenai olimpiade itu sendiri Robert Morley sejak semula sudah mempersiapkan "fisik dan mental". Ia mengingat-ingat kembali sejumlah tulisan Ludwig Bemelmans yang biasa mengisi majalah The New Yorker. Antara lain tentang seorang bangsawan Austria eksentrik, yang mengundang tamu-tamunya makan malam di rakit, di sebuah telaga buatan. Ketika saatnya tiba untuk mencicipi penganan penutup, dari pantai diluncurkan seekor angsa yang dibuat dari gula. Besarnya bukan buatan. Lebih dari sekedar memancing selera para tamu, angsa raksasa ini sarat dimuati eskrim. Belum sampai mencapai rakit, angsa-angsaan itu tenggelam. Tapi para tamu yang kecewa tak perlu berputus asa. Dari pantai meluncur angsa yang lain, persis sama dengan yang pertama --dan berhasil mencapai mereka. Dan semua tingkah mubazir gila-gilaan ini diperagakan sekedar menggirangkan hati hadirin dengan cara yang tidak lazim . Di 'Olimpiade Frankfurt' kali ini, nasib malang sempat menimpa kontingen Amerika. Akibat kelalaian sopir derek, sebuah patung Indian raksasa yang seluruhnya terbuat dari cokelat hancur berkeping-keping. Padahal 'patung' ini merupakan salah satu karya gemilang Gale. O'Malley, eksekutif penganan terkemuka Plaza Hotel, New York. Untunglah kepingan itu kemudian berhasil dirakit kembali, meski Robert Morley tak menceritakan caranya. Menjenguk dapur pameran, seorang anak muda tampak sibuk dengan bawang, kembang kol dan kentang mentah. Ia sedang mempersiapkan sajian yang diberi nama 'Padang Gandum Texas'. Apa jadinya kalau seorang pengunjung tiba-tiba memereteli "padang gandum" ini untuk sekedar mencicipi? "Tidak akan," jawab sang arsitek. "Hidangan ini disiapkan sebagai makanan dingin. Sebagian besar hidang an jenis ini dimasak sejak beberapa bulan lalu." Pengunjung olimpiade rnemang tak boleh mengharapkan makan enak, kendati sudah membayar 12 mark untuk menonton aneka penganan yang dipajang. "Di sini," kata Robert Morley, "semua yang bisa dilakukan terhadap penganan boleh dilakukan kecuali memakannya." Ambillah umpamanya sebuah adegan dari zaman awal kereta api di Amerika, lengkap dengan koboi, para Indian dan pemburu. Ditempa dari adonan garam, penemu karya ini adalah Lyde Buchtenkirch dari CIA, New York. Bukan CIA kantor mata-mata itu, jangan silap. Melainkan Culinary. Institute of America, alis institut masak-memasak negeri bersangkutan. Hongaria tak mau ketinggalan. Meski belum berhasil meraih sebiji medali pun, penampilan mereka sudah lumayan. Negeri ini diwakili sebuah rumah model Karinthia, terbuat dari keju dengan saus arbei. Inggris mengutus antara lain Mosimann dari Hotel Dorchester, London. Beliau ini tampaknya piawai dalam mendisain hidangan berkuah--khususnya kuah daging. "Kanada memang kuat tahun ini," tulis Robert Morley. Sudah lama hasil dapur negeri itu membanjiri pasaran Jerman. Tapi khusus untuk olympide ini, mereka tampil denan 'Kaviar Emas' yangdiramu dari telur ikan putih yang hidup di air tawar. Merasa kurang afdol, mereka masih menampilkan lagi sejenis masakan sayur. Bahkan sebelum acara itu dimulai tim Kanada sudah memajang dua karya utama itu dalam sebuah jamuan perkenalan. Semacam acara promosilah. Untuk diketahui: tim ini menerbangkan dua ekor kerbau utuh dari Kanada, untuk dibantai dan diramu sekedar buat memeriahkan acara. Jerman tampaknya beralih ke domba -- khususnya domba Inggris. Tapi beberapa pejabat olimpiade kurang terkesan. Menurut mereka, konon "Makanan masa depan adalah kalkun!" Lebih jauh mereka meramalkan, "Penduduk dunia tak lama lagi harus ikhlas dijejali masakan kalkun " Lho, apa pasal? Karena kalkun, kabarnya, cepat berkembang. Mungkin mereka melupakan kelinci. Karena pertimbangan "makanan masa depan" itulah, agaknya, tim Amerika berhasil meraih medali emas. Mereka memang menampilkan antara lain hidangan kalkun, dengan gaya khas Oklahoma. Resepnya dicetak rapi, malah dibagi-bagikan kepada pengunjung. Sementara olimpiade berlangsung, restoran-restoran Frankfurt tak tinggal diam Mereka mempersolek diri, mendandani etalase, dan menggoda para pelancong dengan bau-bauan masakan yang kali ini benar-benar sedap. Tak ayal lagi, dalam mata rantai bisnis masakan, restoran memegang peranan penting. Perusahaan makanan multinasional - seperti umpmanya L.J. Minor Corp., Cleveland--banyak menggantungkan harapan kepada restoran-restoran ini. Dari antara pengusaha makanan tersebut memang tidak semua bisa menyamai sukses Dr. Minor, seorang ilmuwan makanan. Ia berhasil menciptakan sistem pengadaan bahan masakan yang memberi banyak keuntungan kepada kaum ibu, dengan mengunakan restoran sebagai sarana pemasaran. Dengan sistern ini, bahan masakan jadi dapat dibeli sewaktu-waktu, lengkap dengan bumbunya. Tinggal sebut: mau masak apa. Tapi seorang usahawan lain, yang, disebut Robert Morley 'Tuan Smith yang malang', gagal total ketika mencoba bereksperimen. Ia menemukan alat memisahkan putih telur dari kuningnya - dengan kecepatan 27 ribu butir lelur per jam. Penemuan ini ternyata tak laku. Dan Tuan Smith telanjur rugi US$ 8 juta, untuk ongkos eksperimen dan promosi. Mengenai " Olimpiade Frankfurt" sendiri, Robert Morley mencatat berbagai "kekurangan". jenis masakan memang bertambah meriah, bahkan sedikit gila-gilaan. Di samping ruang peragaan yang "kurang ideal", dibanding olimpiade sebelumnya, panitia tampak "agak kacau". Tak ada karpet dan bunga, misalnya, seperti masa-masa yang lalu. Dan penting sekali dicatat: Prancis -- raja masakan sedap itu--tak ambil bagian dalam olimpiade kali ini. Entah apa pertimbangannya. Mungkin mereka sependapat dengan Robert Morley: 'Olimpiade Frankfurt' sebetulnya bukan arena yang patut untuk "masakan serius". Bagi Prancis, agaknya, memasak ya memasak. Yang penting enak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus