YANG ini sebuah olimpiade masak-masakan. Empat tahun sekali,
sejak 1895, para jurumasak andalan dari seluruh penjuru bumi
berkumpul di Frankfurt, Jerman Barat. Mereka berjuang
memperebutkan medali emas, perak dan perunggu, dalam Pameran
Seni Memasak Internasional yang juga disebut Pameran Dagang
Hotel dan Restoran. Kerepotan yang sebuah ini memang biasanya
dinamakan 'Olimpiade Masakan Internasional '.
Jangan keburu menelan ludah. Untuk mereka yang doyan makan,
olimpiade ini belum tentu memenuhi selera. Coba: mutu masakan
tidak terutama dinilai dari segi 'rasa'. Entah setan apa yang
nemplok di benak orang-orang yang seakan kurang kerjaan itu,
yang diberi punten tinggi adalah masakan yang bagus dalam
"penampilan". Memang, mereka bisa punya alasan: dalam segi yang
satu ini penilaian, agaknya, bisa lebih "obyektif".
Cobalah lihat yang namanya makanan dingin. Sebagian terbesar
tampil dalam bentuk patung-patungan yang dirakit dari roti,
lemak babi, kembang gula dan bahan lain yang mudah dibentuk.
Bentuk, itulah yang jadi soal. Bahkan majalah Quest menyebutkan
bahwa hanya makanan panaslah yang benar-benar bisa disantap.
Ketika baru-baru ini olimpiade tersebut diselenggarakan untuk
ke-15 kalinya, tak kurang 40 tim dari 23 negara ambil bagian.
Itu melibatkan 800 koki terpandai dari pelbagai dapur. Dan
setelah mengeluarkan seluruh 'simpanan'dan 'jurus', kemenangan
akhirnya diraih tim Amerika Serikat, Kanada, dan tuan rumah.
Untuk meliput olimpiade yang musykil ini Quest mengutus Robert
Morley, aktor Inggris yang juga penulis sandiwara,
dan--terutama-seorang bon vivant.
"Di Jerman (Barat)," kata Robert Morley, "selalu ada dua cara
untuk melakukan segala sesuatu: cara Jerman dan cara yang
salah." Sebagai contoh, misalnya, anda tak bisa naik kereta api
tanpa membeli karcis. Kalau toh anda melakukannya, dan ketahuan,
anda akan didenda 10 kali harga karcisnya. "Tapi anda telah
memberikan egembiraan kepada sang kondektur pada hari anda tak
membeli karcis itu."
Mengenai olimpiade itu sendiri Robert Morley sejak semula sudah
mempersiapkan "fisik dan mental". Ia mengingat-ingat kembali
sejumlah tulisan Ludwig Bemelmans yang biasa mengisi majalah The
New Yorker. Antara lain tentang seorang bangsawan Austria
eksentrik, yang mengundang tamu-tamunya makan malam di rakit, di
sebuah telaga buatan.
Ketika saatnya tiba untuk mencicipi penganan penutup, dari
pantai diluncurkan seekor angsa yang dibuat dari gula. Besarnya
bukan buatan. Lebih dari sekedar memancing selera para tamu,
angsa raksasa ini sarat dimuati eskrim.
Belum sampai mencapai rakit, angsa-angsaan itu tenggelam. Tapi
para tamu yang kecewa tak perlu berputus asa. Dari pantai
meluncur angsa yang lain, persis sama dengan yang pertama --dan
berhasil mencapai mereka. Dan semua tingkah mubazir gila-gilaan
ini diperagakan sekedar menggirangkan hati hadirin dengan cara
yang tidak lazim .
Di 'Olimpiade Frankfurt' kali ini, nasib malang sempat menimpa
kontingen Amerika. Akibat kelalaian sopir derek, sebuah patung
Indian raksasa yang seluruhnya terbuat dari cokelat hancur
berkeping-keping. Padahal 'patung' ini merupakan salah satu
karya gemilang Gale. O'Malley, eksekutif penganan terkemuka
Plaza Hotel, New York. Untunglah kepingan itu kemudian berhasil
dirakit kembali, meski Robert Morley tak menceritakan caranya.
Menjenguk dapur pameran, seorang anak muda tampak sibuk dengan
bawang, kembang kol dan kentang mentah. Ia sedang mempersiapkan
sajian yang diberi nama 'Padang Gandum Texas'. Apa jadinya kalau
seorang pengunjung tiba-tiba memereteli "padang gandum" ini
untuk sekedar mencicipi? "Tidak akan," jawab sang arsitek.
"Hidangan ini disiapkan sebagai makanan dingin. Sebagian besar
hidang an jenis ini dimasak sejak beberapa bulan lalu."
Pengunjung olimpiade rnemang tak boleh mengharapkan makan enak,
kendati sudah membayar 12 mark untuk menonton aneka penganan
yang dipajang. "Di sini," kata Robert Morley, "semua yang bisa
dilakukan terhadap penganan boleh dilakukan kecuali memakannya."
Ambillah umpamanya sebuah adegan dari zaman awal kereta api di
Amerika, lengkap dengan koboi, para Indian dan pemburu. Ditempa
dari adonan garam, penemu karya ini adalah Lyde Buchtenkirch
dari CIA, New York. Bukan CIA kantor mata-mata itu, jangan
silap. Melainkan Culinary. Institute of America, alis institut
masak-memasak negeri bersangkutan.
Hongaria tak mau ketinggalan. Meski belum berhasil meraih sebiji
medali pun, penampilan mereka sudah lumayan. Negeri ini diwakili
sebuah rumah model Karinthia, terbuat dari keju dengan saus
arbei. Inggris mengutus antara lain Mosimann dari Hotel
Dorchester, London. Beliau ini tampaknya piawai dalam mendisain
hidangan berkuah--khususnya kuah daging.
"Kanada memang kuat tahun ini," tulis Robert Morley. Sudah lama
hasil dapur negeri itu membanjiri pasaran Jerman. Tapi khusus
untuk olympide ini, mereka tampil denan 'Kaviar Emas'
yangdiramu dari telur ikan putih yang hidup di air tawar. Merasa
kurang afdol, mereka masih menampilkan lagi sejenis masakan
sayur.
Bahkan sebelum acara itu dimulai tim Kanada sudah memajang dua
karya utama itu dalam sebuah jamuan perkenalan. Semacam acara
promosilah. Untuk diketahui: tim ini menerbangkan dua ekor
kerbau utuh dari Kanada, untuk dibantai dan diramu sekedar buat
memeriahkan acara.
Jerman tampaknya beralih ke domba -- khususnya domba Inggris.
Tapi beberapa pejabat olimpiade kurang terkesan. Menurut mereka,
konon "Makanan masa depan adalah kalkun!" Lebih jauh mereka
meramalkan, "Penduduk dunia tak lama lagi harus ikhlas dijejali
masakan kalkun " Lho, apa pasal? Karena kalkun, kabarnya, cepat
berkembang. Mungkin mereka melupakan kelinci.
Karena pertimbangan "makanan masa depan" itulah, agaknya, tim
Amerika berhasil meraih medali emas. Mereka memang menampilkan
antara lain hidangan kalkun, dengan gaya khas Oklahoma. Resepnya
dicetak rapi, malah dibagi-bagikan kepada pengunjung.
Sementara olimpiade berlangsung, restoran-restoran Frankfurt tak
tinggal diam Mereka mempersolek diri, mendandani etalase, dan
menggoda para pelancong dengan bau-bauan masakan yang kali ini
benar-benar sedap. Tak ayal lagi, dalam mata rantai bisnis
masakan, restoran memegang peranan penting. Perusahaan makanan
multinasional - seperti umpmanya L.J.
Minor Corp., Cleveland--banyak menggantungkan harapan kepada
restoran-restoran ini.
Dari antara pengusaha makanan tersebut memang tidak semua bisa
menyamai sukses Dr. Minor, seorang ilmuwan makanan. Ia berhasil
menciptakan sistem pengadaan bahan masakan yang memberi banyak
keuntungan kepada kaum ibu, dengan mengunakan restoran sebagai
sarana pemasaran. Dengan sistern ini, bahan masakan jadi dapat
dibeli sewaktu-waktu, lengkap dengan bumbunya. Tinggal sebut:
mau masak apa.
Tapi seorang usahawan lain, yang, disebut Robert Morley 'Tuan
Smith yang malang', gagal total ketika mencoba bereksperimen. Ia
menemukan alat memisahkan putih telur dari kuningnya - dengan
kecepatan 27 ribu butir lelur per jam. Penemuan ini ternyata tak
laku. Dan Tuan Smith telanjur rugi US$ 8 juta, untuk ongkos
eksperimen dan promosi.
Mengenai " Olimpiade Frankfurt" sendiri, Robert Morley mencatat
berbagai "kekurangan". jenis masakan memang bertambah meriah,
bahkan sedikit gila-gilaan. Di samping ruang peragaan yang
"kurang ideal", dibanding olimpiade sebelumnya, panitia tampak
"agak kacau". Tak ada karpet dan bunga, misalnya, seperti
masa-masa yang lalu.
Dan penting sekali dicatat: Prancis -- raja masakan sedap
itu--tak ambil bagian dalam olimpiade kali ini. Entah apa
pertimbangannya. Mungkin mereka sependapat dengan Robert Morley:
'Olimpiade Frankfurt' sebetulnya bukan arena yang patut untuk
"masakan serius". Bagi Prancis, agaknya, memasak ya memasak.
Yang penting enak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini