Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Meminta Maaf Sampai Merapi

Keluarga Cendana mengirim bantuan ke pengungsi Gunung Merapi. Di situlah Soeharto meminta maaf lewat anaknya.

29 Mei 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PULUHAN pengungsi menundukkan wajah sembari membungkuk menekukkan kaki, lalu menyala-mi tangan Siti Hedijati. Mer-eka m-enyambut mantan istri Prabowo Su-bianto ini ketika datang di Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu dua pekan lalu.

Satu pengungsi tergopoh ke arah Si-ti He-dijati. ”Ooo, ini putri Pak Harto, ba-gaimana kondisi Bapak? Saya dan warga di sini selalu mendoakan agar Bapak lekas sembuh,” perempuan 60-an tahun itu berucap memakai bahasa Jawa. Putri Soeharto yang akrab dipanggil Titiek ini pun membalas dengan senyum.

Titiek menerima sambutan hangat peng-ungsi ini ketika berkunjung ke pos ke-sehatan di barak Desa Tanjung. Dia menyerahkan bantuan cek senilai Rp 100 juta melalui pejabat bupati. Dana itu di-ambil dari Yayasan Gotong Royong Ke-manusiaan Siti Hartinah. Yayasan ini adalah satu dari tujuh yayasan yang dipersoalkan Kejaksaan Agung dalam kasus korupsi Soeharto.

Titiek dan keluarganya di Yogyaka-r-ta rencananya akan bertemu Mbah Ma-ridjan. Tetapi niat itu batal karena ju-ru kunci Gunung Merapi ini sedang menghadiri hajatan. Seusai menjenguk- peng-ungsi, Titiek sempat menjawab perta-nya-an juru warta soal kesehatan Soeharto. Titiek meminta masyarakat mendoakan ayahnya agar sehat.

”Meski Bapak dulu sudah meminta maaf, saya kembali memintakan maaf, sebab Bapak juga manusia biasa. Kalau Bapak mempunyai kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak diseng-aja, baik saat menjadi presiden maupun se-karang ini, saya memohonkan maaf untuk beliau,” tuturnya. Soeharto pernah min-ta maaf pada 21 Mei 1998. Saat itu dia mengucapkan pidato pengunduran diri sebagai presiden.

Menurut Aryo Noto Soewito, Soeharto- minta agar keluarganya menyumbang pengungsi di Merapi. Aryo adalah putra- Noto Soewito—adik tiri Soeharto—yang tinggal di Yogyakarta. Permintaan itu di-sampaikan ketika Soeharto tengah menonton televisi pada sekitar April la-lu. Sambil duduk dan memegang remote yang selalu di tangannya, Soe-har-to tergugah membantu pengungsi Merapi. Saat itu Soeharto masih sehat. ”Beliau minta Titiek yang mengirim,” kata Aryo.

Soeharto jatuh sakit pada 4 Mei lalu. Waktu itu bantuan belum dikirimkan.- Selama dia sakit, ketiga putrinya: Titiek, Siti Hutami Endang Adiningsih, dan Siti Hardijanti Rukmana, tak sempat memenuhi kemauan Soeharto. Mereka harus bergantian menjaga sang ayah di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta.

Delapan hari seusai operasi, kondisi- Soe-harto sempat membaik. Dia berta-nya- kepada Titiek perkembangan penya-luran bantuan ke pengungsi. Titiek pun- bergegas untuk mencarikan dana ta-di. Tetapi lima hari kemudian kondi-si Soeharto makin buruk. Pejabat berdatangan,- dari Wakil Ketua DPR Zaenal Maarif, mantan pejabat era Orde Baru, sampai Presi-den Susilo Bambang Yudhoyono.

Ketika Zaenal di rumah sakit, Titiek ber-cerita tentang rencana memba-ntu pengungsi. Mantan Ketua Partai Bi-n-tang Reformasi ini pun menyetujui rencana tadi. Selang sepekan Titiek terbang ke Yogyakarta. ”Tidak ada cerita dia mau meminta maaf. Itu hanya spontanitas,” ujar Zaenal.

Aryo membuat pernyataan senada. Da-lam perjalanan dari Bandara Adi Sucipto sampai kantor Bupati Magelang, Ti-tiek tak pernah bercerita tentang ma-af ta-di. Dia justru banyak menceritakan- per-kembangan kesehatan Soeharto. Kon-disi kesehatan Soeharto waktu itu me-mang sudah parah. Keluarga juga pas-rah.

Meskipun begitu, keluarga berusaha tetap tabah. Kepasrahan itu lebih karena alasan usia Soeharto yang sudah 85 tahun. Apalagi dokter setiap kali memin-ta agar Soeharto dioperasi. Air mata ke-rap menetes di pipi putrinya. Begitu pula Titiek ketika menceritakan masalah itu.

Tetapi pernyataan maaf dari Titiek le-bih dilatarbelakangi prinsip mikul dhuwur mendhem jero. Semua manusia punya salah. Permintaan maaf itu, kata Aryo, ”Merupakan bentuk bakti anak ke-pada orang tuanya.”

Tak hanya sambutan pengungsi yang hangat, permintaan maaf itu bersambut lebih hangat. Banyak kalangan se-perti Ketua MPR Hidayat Nur Wahid dan pimpinan Majelis Ulama Indonesia meminta rakyat memaafkan Soeharto. Te-tapi, bagi Amien Rais, Soeharto tetap harus diadili, meskipun permintaan ma-af itu cukup melegakan. Maaf boleh, kasus korupsi diusut terus.

Purwanto, Syaiful Amin, L.N. Idayanie

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus