Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Kebudayaan DKI Jakarta membuka Ruang Pameran Garis Nol (Titik Nol) Meridian Batavia di Museum Bahari yang dimukai sejak Rabu, 6 Juli 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pameran ini untuk mengingat sekaligus menyebarkan informasi penting mengenai aktivitas pelayaran di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa pada masa lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peresmian ruang pameran tersebut sekaligus bertepatan dengan Hari Jadi Ke-45 Museum Bahari Jakarta.
Kepala Dinas Kebudayaan Iwan Henry Wardhana mengatakan pada pameran ditunjukkan sejumlah koleksi navigasi mengenai Garis Nol (Titik Nol) Meridian Batavia beserta penjelasan lengkap seputar aktivitas pelayaran tempo dulu.
“Kehadiran ruang pameran ini menjadi bukti bagi masyarakat bahwa keberadaan aktivitas yang berada di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa pada masa lalu di garis nol (titik nol) meridian tersebut,” ujar Iwan seperti dikutip dari Antara.
Sistem referensi koordinat untuk pelayaran di Jakarta tempo dulu menggunakan bujur nol derajat atau meridian di menara sinyal yang dibangun pada 1839, tepatnya saat ini ada di kawasan Museum Bahari, Jalan Pasar Ikan Nomor 1, Penjaringan, Jakarta Utara.
Garis nol (titik nol) meridian Jakarta tempo dulu itu masih digunakan untuk produksi peta Indonesia hingga tahun 1942, meski meridian Greenwich di London, Inggris, sudah diterima secara universal sebagai meridian utama sejak 1883 hingga kini.
Kepala Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta, Mis'ari mengatakan, penyelenggaraan pameran itu juga ditujukan untuk menjelaskan persepsi dan narasi yang beredar di masyarakat mengenai titik nol di Menara Syahbandar adalah acuan waktu kapal.
Mis'ari mengatakan, pemahaman masyarakat selama ini mengenai titik nol atau garis nol sebagai acuan waktu perahu itu seperti yang ada di tugu nol kilometer Yogyakarta dan titik nol kilometer Indonesia di Pulau Weh, Sabang, Aceh.
Padahal, garis nol yang dimaksud merupakan garis bujur nol yang sangat diperlukan pada masa aktifnya perdagangan di kawasan Sunda Kelapa saat itu.
Dengan demikian, Museum Bahari berinisiatif menyajikan informasi yang lebih akurat terkait sejarah garis nol (titik nol) meridian tersebut melalui ruang pameran ini.
"Sebenarnya, titik nol atau garis nol yang berada di Museum Bahari ini merupakan keinginan waktu yang benar saat berlayar," kata Mis'ari.
Harapannya, pameran itu nantinya dapat menjadi pengingat sejarah bagi masyarakat serta memberikan manfaat bagi keberlangsungan informasi seputar sejarah di Jakarta.
Gedung Menara Sinyal berlokasi di kawasan Menara Syahbandar, tepatnya ada di atas bekas Bastion (Selekoh) Culemborg atau benteng sekaligus tembok pertahanan Kota Batavia yang dibangun sekitar tahun 1645, seiring dengan pembuatan tembok keliling Kota Batavia di tepi Barat.
Pada gedung itu tersimpan sebuah jam yang paling akurat beserta perlengkapannya. Kemudian pada atapnya didirikan sebuah sinyal waktu tetap yang dapat dilihat dari jarak dekat.
Dengan mengamati sinyal harian itu, awak-awak kapal yang berlabuh di Teluk Batavia bisa menyesuaikan jam kapal mereka.
Pada masa itu, penjaga waktu tetap sangat dibutuhkan oleh pelayar untuk menentukan posisi mereka selama perjalanan di laut.
Kemudian, di sebelah kanan gedung di mana garis nol (titik nol) itu berada, dibangun Menara Syahbandar. Menara ini dibangun pada tahun 1839, yang berfungsi sebagai menara pengawas dan pengatur lalu lintas bagi kapal-kapal yang keluar-masuk Kota Batavia melalui jalur laut.
Sebelum aktivitas berpindah ke Pelabuhan Tanjung Priok, Menara Syahbandar memiliki fungsi sebagai pabean atau tempat orang-orang mengumpulkan pajak atas barang-barang yang dibongkar di Pelabuhan Sunda Kelapa.