Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kota Tua Jakarta menyimpan banyak sisa peninggalan zaman kolonial. Salah satunya adalah Jembatan Kota Intan yang menghubungkan Jalan Nelayan dan Kalibesar di Kelurahan Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jembatan ini menjadi titik akhir walking tour Pesona Kanal dan Kampung Tua-Sunda Kelapa yang diselenggarakan Unit Pengelola Kawasan Kota Tua pada Ahad, 4 Agustus 2024. Jembatan sepanjang 30 meter dan lebar 4,4 meter ini dipagari dengan seorang penjaga sehingga tidak semua orang bisa masuk ke dalamnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karena dipagari dan dijaga petugas, jembatan ini tampak terawat. Lantai jembatan yang terbuat dari kayu dan besi yang menghubungkannya dicat cokelat. Begitu juga dengan birai atau pagar jembatan yang terbuat dari kayu.
Nama Lain Jembata Kota Intan
Arif, pemandu walking tour Kota Tua mengatakan bahwa jembatan ini memiliki banyak nama lain. Disebut Jembatan Kota Intan karena letaknya berada di bekas Bastion Diamant (intan), salah satu bagian dari Kastil Batavia yang telah runtuh.
"JJembatan Kota Intan di Kota Tua Jakarta. TEMPO/Mila Novitaembatan ini juga sering disebut dengan Jembatan Pasar Ayam karena dekat dengan Pasar Ayam, juga disebut Jembatan Inggris," kata dia.
Disebut Jembatan Inggris karena tidak jauh dari lokasi itu di Kafe Galangan, bekas galangan kapal Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC, dahulu terdapat benteng pertahanan milik Inggris.
Arif mengajak peserta tur untuk masuk dan melihat jembatan dari dekat. Dia juga mempersilakan peserta berfoto. "Boleh dinaiki, tapi jangan terlalu jauh," kata dia.
Sejarah Jembatan Kota Intan
Selama berada di Batavia, VOC, perusahaan dagang Belanda, membangun beberapa jembatan. Namun, kini tersisa hanya Jembatan Kota Intan yang dibangun pada 1628.
Jembatan ini berada di atas Kalibesar yang pada zaman dulu merupakan salah satu lalu lintas yang ramai karena menghubungkan pelabuhan Sunda Kelapa dengan Kota Batavia. Jembatan jungkit ini terdiri dari dua bagian yang masing-masing diletakkan di sisi sungai yang saling berhadapan. Hingga awal abad ke-20, perahu-perahu masih dapat berlabuh di Kalibesar. Ketika perahu lewat, jembatan jungkit ini bisa ditarik ke atas.
Jembatan Kota Intan mengalami beberapa kali mengalami perubahan dan perbaikan. Pada 1655, jembatan ini sempat hancur karena banjir, lalu diperbaiki. Jembatan ini juga dipugar pada 1937 oleh Oudheidskundige Dienst atau Dinas Pubakala. Bentuknya tidak berubah, hanya namanya berganti menjadi Ophaalbrug Juliana. Nama Jembatan Kota Intan digunakan setelah Indonesia merdeka. Setelah kemerdekaan, jembatan ini mengalami revitalisasi pada 1970-an, kedua sisi ujung jembatan diganti dari ramp menjadi tangga.
Pada 7 September 1972, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin menetapkan Jembatan Kota Intan sebagai benda cagar budaya. Jembatan ini kembali mengalami pemugaran oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2000. Tahun lalu, rehabilitasi dilakukan untuk memperkuat struktur bangunan dan penambahan taman pada bagian mulut jembatan.