Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Robohnya plang nama Blok C5 yang sudah keropos dari ketinggian lantai 6 di Rusun Sederhana Sewa Marunda, Jakarta Utara, pada Rabu, 30 Agustus 2023, mengirim pesan sangat jelas. Plang yang menimpa hingga menghancurkan kanopi di depan pintu di bagian belakang Rusun Marunda Blok C itu memberi bukti bangunan sudah tak layak huni dan harus menjalani revitalisasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Alhamdulillah kejadiannya malam sehingga tidak ada korban jiwa. Ceritanya jadi lain jika siang di mana itu tempat anak-anak bermain, ibu-ibu ngerumpi, dan tempat kami ngopi," kata Saharuddin Samad (40), Ketua RT 05/12, warga Rusun Marunda Blok C saat ditemui pada Senin, 4 September 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dibangun hampir 20 tahun lalu, rusun yang dibangun pemerintah pusat ini memang pernah dianggap proyek gagal. Rusun sempat telantar beberapa tahun sebelum akhirnya mulai dihuni 2014. Renovasi pun mewarnai masa-masa awal relokasi warga Jakarta dari berbagai lokasi ke rusun itu.
Kini, dikuatkan hasil penelitian melibatkan tim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN, Gedung Blok C Rusun Marunda hendak direnovasi total. Struktur bangunan dinilai sudah tak layak lagi dan relokasi sementara warga penghuninya mutlak dibutuhkan. Relokasi telah ditetapkan ke Rusun Nagrak di Cilincing yang berjarak sekitar enam kilometer dari Rusun Marunda.
Sempat terhambat oleh keengganan warga penghuninya, yang disertai sejumlah tuntutan seperti soal besaran harga sewa unit, upaya Dinas Perumahan Rakyat DKI Jakarta untuk relokasi itu akhirnya bersambut. Suasana sosialisasi yang digelar pada 31 Agustus lalu bahkan kontras dengan yang pertama digelar pada Maret lalu.
Rusunawa Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. DOK/TEMPO/Adri Irianto
“Setelah kejadian robohnya atap, UPRS (Unit Pengelola Rumah Susun) II telah sosialisasi kembali kepada warga Klaster C yaitu Blok C1-C5 dan warga dengan kooperatif langsung bersedia untuk direlokasi atas alasan keselamatan,” kata Pelaksana tugas Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta Retno Sulistyaningrum dalam keterangan tertulis, Rabu 6 September 2023.
Karenanya relokasi pun telah langsung direalisasikan secara bertahap. Tenggatnya, akhir pekan ini seluruh unit hunian dan kios telah kosong serta meteran air dicabut dan aliran listrik diputus. Persiapan lain juga dibuat, termasuk untuk sumber pendanaan renovasi lima blok rusun yang selama ini menjadi hunian 451 keluarga tersebut.
Saat ditemui pada Jumat, 8 September 2023, Sekretaris Daerah DKI Jakarta Joko Agus Setyono mengatakan belum bisa merinci besaran anggarannya. Tapi dia memastikan sumbernya dari APBD DKI. “Ya pakai APBD, nanti saya lihat dulu ya karena lagi dihitung secara teknis,” kata Joko Agus sambil menjanjikan renovasi akan dilakukan dalam waktu dekat, "Karena penghuninya telah direlokasi ke Rusun Nagrak."
Relokasi Terealisasi
Saharuddin Samad membenarkan relokasi bertahap yang sudah dilakukan. Dimulai dari warga penghuni Blok C5 sebanyak 93 keluarga. Selain proses sosialisasi, relokasi juga dilakukan setelah melalui pengundian unit hunian sementara di dua tower 16 lantai di Nagrak.
Kepala UPRS Wilayah II Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta, Uye Yayat Dimiati, mengatakan Pemerintah Provinsi mengerahkan bantuan mobil dan tenaga pengangkutan bagi relokasi keluarga-keluarga penghuni Cluster C Rusun Marunda ke Rusun Nagrak.
Tidak hanya itu, Pemprov DKI nantinya akan turut memfasilitasi transportasi bagi anak penghuni rusun yang bersekolah di kawasan tempat tinggal sebelumnya. Hal ini akan berlangsung hingga revitalisasi Cluster C Rusun Marunda rampung.
Bagaimana Soal Biaya Sewa di Rusun Nagrak?
Sedangkan soal uang sewa, untuk sementara ini, Uye mengatakan, "warga hanya menanggung biaya penggunaan listrik ke PLN dan penggunaan air ke PAM."
Pernyataan itu belum disertai dengan kejelasan kelanjutan dari negosiasi sebelumnya di mana warga ingin harga sewa di Nagrak disamakan dengan di Marunda. Biaya sewa untuk warga relokasi di Rusun Marunda ditetapkan bersubsidi sehingga menjadi Rp 150 ribu per bulan untuk lantai 1. Harga masih akan berkurang Rp 8 ribu setiap lantainya, makin atas makin berkurang. Sedangkan untuk penghuni umum atau bukan warga relokasi, biaya sewa per bulan sebesar 250 ribu.
Petugas BPBD DKI Jakarta melintas di Rumah Susun Nagrak, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa 15 Juni 2021. Pemprov DKI Jakarta menyiapkan penambahan 2.500 tempat tidur di rusun tersebut apabila pasien rawat inap di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran terus bertambah.ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Sementara di tempat relokasi baru Rusun Nagrak, penyewa yang korban relokasi diberikan subsidi sehingga cukup membayar 500 ribu per bulan. Untuk penyewa umum 700 ribu rupiah per bulan.
Jana Didi, Ketua RW 12 Blok C Rusun Marunda, bahkan masih mengajukan uang jaminan untuk tiga bulan pertama bisa diangsur selama satu tahun. Lalu, juga meminta Dinas Perumahan menyediakan tempat atau lahan untuk mereka membuka usaha di tempat baru. Jana juga menambahkan permintaanya untuk tidak mengganti atau mengubah alamat KTP dan Surat-surat dengan alamat baru.
Tentang sejumlah tuntutan tersebut, Retno Sulistyaningrum mengatakan uang jaminan yang dibebankan kepada penghuni Rusun Marunda yang direlokasi ke Rusun Nagrak sudah sesuai Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 55 Tahun 2018 tentang Penyesuaian Tarif Retribusi Pelayanan Perumahan.
Menurut dia, besaran uang jaminan Rusun Nagrak sesuai pergub itu tiga kali dari harga sewa. “Deposit ini juga udah sesuai dengan peraturan Pergubnya. Lalu besarannya itu tiga kali sebesar uang sewa, jadi bukan Rp 1,5 juta atau Rp 2 juta,” ujarnya menjelaskan.
Menjauh dari Bom Waktu di Rusun Marunda
Saharudin sekarang lebih fokus ke proses relokasi. Sebabnya, mereka merasa seperti ada bom waktu di Rusun Marunda saat ini, yang bisa kapan saja menyebabkan bencana.
Dalam peristiwa kanopi jebol, dia memastikan tidak ada korban, tetapi beberapa hunian sejajar dengan reruntuhan. “Ada empat unit itu, kena juga," katanya, "Bahkan kemarin sore ada warga hampir tertimpa reruntuhan yang masih terjadi."
Dari pantauan TEMPO ke sejumlah bagian Blok C Rusun Marunda sudah banyak yang bocor di setiap lantainya. Saharudin tak menyangkal dan mengungkap rencana perbaikan telah lama disampaikan. Dia berdalih penundaan lama akibat pandemi Covid-19 yang mulai mewabah pada 2020 lalu. Hingga akhirnya peristiwa robohnya kanopi beton pada 30 Agustus lalu.
OHAN. B.SARDIN
Baca berita-berita tentang Rusun Marunda, Rusun Nagrak, dan berbagai kebijakan Pemerintah Provinsi Jakarta di sini.