Mendorong Harapan Ekonomi Digital

BERAWAL dari forum obrolan yang berlanjut ke ajang jual-beli, industri berbasis Internet mampu melahirkan empat perusahaan dengan valuasi lebih dari US$ 1 miliar. Sejak itu, aneka perusahaan rintisan bermunculan. Berbagai inovasi pun bertaburan. Dibanding negara lain, tentu negeri ini ketinggalan. Tapi, melihat pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir, tak salah bila Indonesia diproyeksikan menjadi raksasa ekonomi digital, setidaknya di Asia Tenggara.

Target Ekonomi Digital

2020
Valuasi Bisnis : Rp 135,364 triliun
Nilai Transaksi: Rp 1.759 triliun

2016
52% (132,7 juta pengguna dari 256,2 juta populasi.)
98,6% (130,8 juta tahu Internet buat jual-beli barang dan jasa.)
47,6% memakai telepon seluler
50,7% telepon seluler dan komputer pribadi
1,7% menggunakan komputer
63,5% pengguna Internet pernah bertransaksi via online.
4,7% di bawah seminggu sekali
3,8% lebih dari 1 minggu sekali
14,2% di bawah sebulan sekali
34,8% lebih dari sebulan sekali

Pertumbuhan Transaksi Digital

e-Commerce
» Pendapatan 2017 ditaksir Rp 95,480 triliun. Pendapatan dari produk fashion Rp 33,363 triliun.
» Rasio pertumbuhan tahunan 18,5%. Pada 2022, nilai transaksi diprediksi Rp 222,899 triliun.

Pangsa e-commerce terhadap retail naik
2014 : 0,8%
2015 : 1,4%
2016 : 2,2%
2017 : 3,1%
2018 : 3,1%
2019 : 4,4%

Jumlah pembeli aktif via online meningkat
2014 : 9%
2015 : 10,6%
2016 : 11,8%
2017 : 13,1%
2018 : 14,3%
2019 : 15,2%

Penetrasi Internet Makin Dalam

2014
34% (88,1 juta pengguna dari 252,4 juta populasi.)

Teknologi Finansial (Fintech)
» Nilai transaksi 2017 Rp 252 triliun. Porsi terbesar dari sistem pembayaran digital Rp 251,8 triliun. Sisanya dari peer-to-peer lending.
» Nilai transaksi diharapkan tumbuh 18,8% sehingga transaksi mencapai Rp 502,681 triliun pada 2022.

e-Travel
» Nilai transaksi 2017 diperkirakan Rp 105,798 triliun. Layanan mobilitas, seperti Go-Jek dan Uber, menyumbang pendapatan Rp 73,107 triliun.
» Diharapkan tumbuh 16,1% dengan volume transaksi Rp 223,531 triliun pada 2022.

Tren Investasi
Investasi Digital Dibanding Sektor Lain (kuartal I 2017, Rp triliun)

Tren Investasi Startup

Investasi Besar 2017
-gojek Rp 16,244 triliun
-toko pedia Rp 14,890 triliun
-traveloka Rp 6,768 triliun
-bukalapak Tidak dipublikasikan

Bonus Demografi 2016 ð2021
Produk Domestik Bruto per Kapita Rp 48,7 juta - Rp 48,7 juta
Masyarakat Menengah-Atas 63 juta - 128 juta
Pemilik Rekening Bank 88 juta - 150 juta ((target pemerintah 75% pada 2019)
Pengguna Ponsel Pintar 85 juta - 148 juta
Pembeli Online 11 juta - 42 juta
Warga Berpendidikan Tinggi 13 juta - 23 juta

Tantangan Ekonomi Digital
- Kekurangan Teknisi Digital

Perbandingan Produksi Teknisi Digital Asia (per 1 juta populasi)
- Market place Dibanjiri Barang Impor

Pada 2016, sekitar 60 persen barang yang dijual merupakan barang impor.

- Kelemahan Regulasi
» Peraturan menteri tentang angkutan khusus berbasis aplikasi belum optimal terlaksana. Kehadiran angkutan berbasis platform memicu konflik horizontal dengan pelaku angkutan non-platform.
» Belum ada insentif pajak bagi pelaku usaha rintisan berbasis digital dan sektor ekonomi digital lain.
» Sesuai dengan peta jalan e-commerce, pemerintah masih menyiapkan skema insentif investor e-commerce dan kebijakan pajak bagi kompetitor asing untuk menciptakan level persaingan ekonomi yang sama.
» Semua inisiatif, termasuk insentif pajak, ditargetkan baru akan rampung kuartal ketiga 2018.

Peringkat Kompetisi Digital Rendah
» Indonesia berada di peringkat ke-59 dalam hal kemampuan digital. Jauh tertinggal dari Thailand (41), Malaysia (24), dan Singapura (1).
» Indonesia tercecer di peringkat ke-115 dalam ICT Development Index 2016.
» Jaringan Internet kecepatan tinggi juga belum merata di semua daerah. Proyek Ring Palapa, yang bakal menyediakan jaringan Internet kecepatan tinggi, baru rampung pada 2019.