Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Euforia penikmat musik membuncah ketika pengumuman konser Coldplay di Indonesia disampaikan pada Selasa, 9 Mei 2023. Band asal Inggris yang dimotori Chris Martin itu dijadwalkan tampil di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada 15 November 2023. Sepekan kemudian, penjualan tiket dibuka. Tanggal 17-18 Mei 2022 dikhususkan untuk nasabah PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA. Sedangkan tiket untuk publik dijual pada Jumat, 19 Mei 2023.
Viotty Danar Ganesya Pusung, fans Coldplay asal Jakarta, pun ogah ketinggalan. Dia sangat antusias menyambut kedatangan band yang dia gemari sejak 2006 silam. Pria berusia 31 tahun itu bahkan rela menjual barang-barang, seperti kulkas, sepeda, dan sepeda motor. Segala cara dia lakukan untuk bisa menonton Chris Martin dkk. secara langsung. Danar mengincar tiket ultimate experience yang dibanderol Rp 11 juta sebelum kena pajak.
"Ya, gimana ya, saya ingin sebuah experience yang beda. Kalau saya liat review negara lain, yang ditawarkan dari tiket Rp 11 juta itu memang ekslusif banget." ujar Danar kepada Tempo melalui sambungan telepon pada Rabu, 17 Mei 2023.
Dari hasil menjual barang dan mengumpulkan tabungan, Danar mendapat uang Rp 5 juta. Uang itu masih belum cukup, sehingga dia masih menawarakan barang-barang lain, seperti sepeda. Toh, dalam war tiket Rabu kemarin, dia belum menang.
"Kemarin memang war di kategori ultimate sama festival. Di ultimate, nggak tahu kenapa nge-lag, terus tiba-tiba full," kata Danar.
"Saya kira cuma saya doang yang ingin ultimate. Tapi ternyata banyak yang ingin nyanyi dibisikin sama Chris Martin," ujar Danar terkekeh.
Selanjutnya: Danar sebenarnya pesimistis bisa mendapat tiket....
Danar sebenarnya pesimistis bisa mendapat tiket hingga batas akhir besok Jumat. Selain uangnya belum terkumpul Rp 11 juta, dia juga menyadari persaingan ketat yang terjadi selama war. Buktinya, dari tiga perangkat komputer yang dia gunakan bersama temannya untuk war, hasilnya belum sesuai harapan. Namun, dia meyakini ada jalan lain yang bisa mengantarkan menyaksikan Coldplay di GBK.
Di sisi lain, Danar mengkritisi langkah promotor yang terlalu buru-buru membuka penjualan tiket. Sejak pengumuman, hanya ada jeda sepekan hingga penjualan tiket dibuka. Walhasil, dia kurang siap dari pendanaan. Terlebih, penjualan tiket dibuka sebelum gajian.
"Padahal kan bisa bulan depan (jual tiketnya)," kata Danar. "Mana ini tanggal belasan. Pusing banget, belum gajian. Tanggal tua. Yang pengin banget nonton Coldplay dan menunggu sejak lama, pasti bakal menghalalkan segala cara," ujar Danar.
Danar juga meyayangkan praktik calo yang sempat dia dapati dari penawaran tiket di marketplace. "Terakhir lihat ada yg Rp 13 juta jadi Rp 16 juta," tuturnya.
Menurut Danar, perkara calo ini mesti menjadi bahan evaluasi bersama. Selain promotor, ia menilai pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), seharusnya bisa mengantisipasi dan punya cara jitu untuk menutup peluang percaloan.
"Kalau satu orang dibatasi maksimal empat tiket, ya calo bisa saja beli. Ada bosnya. Untungnya juga pasti banyak," kata Danar. "Ini catatan untuk Kemenparekraf. Supaya ada evaluasi agar pergelaran-pergelara event lebih rapi."
Selanjutnya: Geliat Ekonomi dari Special Event....
Geliat Ekonomi dari Special Event
Antusiasme dan upaya keras Danar mendapat tiket konser Coldplay adalah contoh kecil bahwa event konser mampu menggeliatkan perekonomian. Pakar pariwisata dari Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari menyebut konser Coldplay salah satu bentuk special event.
Subsektor ini, kata dia, menimbulkan multipplier effect yang besar. Konser band internasional di Indonesia, kata Azril, juga sangat potensial untuk menarik wisatawan mancanegara.
"Selain keuntungan untuk promotor, ada (perputaran ekonomi) yang masuk ke hotel, ke UMKM," tutur Azril kepada Tempo melalui sambungan telepon pada Rabu malam, 17 Mei 2023. "Nilai ekonominya sangat lumayan. Jauh lebih besar ketimbang business event."
Oleh karena itu, Azril berharap pemerintah untuk terus mengembangkan event serupa. Bukan hanya dari konser, tetapi dari sport tourism juga, sehingga pemerintah tidak hanya berfokus mengembangkan business event, seperti meeting ataupun exibition.
"Business event, seperti G20, memang mengangkat kredibilitas pemerintah. Tapi dampak ekonominya lebih besar special event karena cakupannya lebih luas," ujar Azril.
Adapun soal potensi ekonomi dari konser Coldplay, Menparekraf Sandiaga Uno menargetkan kedatangan 10 ribu hingga 12 ribu wisatawan mancanegara. Dengan asumsi pengeluaran untuk konser mencapai US$ 1.000 hingga US$ 2.000 per orang, maka dampak ekonominya bisa US$ 20 juta hingga US$ 25 juta. Terlebih, Sandiaga mencatat reservasi hotel di area GBK, Jakarta Pusat, pada sekitar 15 November 2023 sudah mencapai 98 persen.
Selanjutnya: Sandiaga pun optimistis event ini dapat berkontribusi....
Sandiaga pun optimistis event ini dapat berkontribusi mencapai target penciptaan 4,4 juta lapangan kerja baru. Selain itu, Sandiaga menilai konser Coldplay akan mendorong peningkatan kesejahteraan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Karena itu, Sandiaga meminta promotor konser Coldplay, yaitu PK Entertainment, untuk menambah satu hari lagi penyelenggaraan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Hal tersebut lantaran peminat konser ini begitu besar.
"Peminatnya begitu besar. Saya sudah sampaikan pada promotor, jika mereka akan menambah satu hari lagi, maka kami akan membantu memfasilitasi," kata Sandiaga di kantornya pada Senin malam, 15 Mei 2023.
Namun, Sandiaga meminta masyarakat jangan terlalu berharap mengingat jadwal konser band asal Inggris tersebut sangat padat.
Tak Ada Persiapan Khusus, PHRI DKI Jakarta: Jangan Lebay
Di tengah euforia perburuan tiket konser Coldplay, Ketua Perhimpunan Hotel Indonesia (PHRI) DKI Jakarta Sutrisno Iwantoro justru bersikap santai. Sutrisno mengaku tidak ada persiapan khusus. Toh, kata dia, pengusaha hotel sudah terbiasa menyambut lonjakan tamu.
Ketika ditanya soal lonjakan okupansi hotel di area GBK pada sekitar 15 November, Sutrisno tidak berbicara banyak. “Saya tidak punya data karena nggak ada yang lapor,” ujar Sutrisno ketika dihubungi Tempo pada Rabu, 17 Mei 2023.
Selanjutnya: Kalaupun terjadi demikian, Sutrisno juga tidak punya....
Kalaupun terjadi demikian, Sutrisno juga tidak punya strategi untuk menyebar pemerataan tamu, sehingga turut menginap di hotel yang jauh dari kawasan GBK. “Tamu enggak bisa dipaksa. Mereka punya pilihan sendiri."
Lebih jauh, Sutrisno mengaku enggan heboh menyambut event singkat ini. Ketika konser digelar sehari, menurut dia, dampak ke hotel hanya terjadi hingga tiga hari. Dia menilai hal tersebut tidak terlalu signifikan. Terlebih, pada hari-hari biasa, okupansi hotel rata-rata mencapai 60 persen.
“Setinggi-tingginya kan 100 persen. Cuma tambah 40 persen. Itu pun paling Cuma sekitar tiga hari,” kata dia. “Jadi, jangan lebaylah.”
Kendati demikian, Sutrisno mengapresiasi keberhasilan pihak yang menggaet Colplay untuk manggung di Indonesia. Sebab biar bagaimanapun, akan memberi dampak perekonomian. Hanya saja, Sutrisno mengingatkan bahwa ada hal lain yang mesti menjadi perhatian untuk kebangkitan sektor perhotelan. Terlebih, setelah terguncang pandemi Covid-19.
“Kami berterima kasih sudah ada event ini. Tapi yang perlu diingat, kemarin kita agak krisis ekonomi. Itu yang harus dipikirkan,” ucap Sutrisno. Menurutnya, hal lain yang perlu diperhatikan adalah keberlanjutan usaha di sektor perhotelan untuk jangka panjang. “Jadi, bukan cuma heboh dari event 3 harian saja.”
RIRI RAHAYU | RIANI SANUSI PUTRI
Pilihan Editor: Sebut Kopi Lampung Paling Diminati di Mesir, Mendag: Peluang Harus Dimanfaatkan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini