Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketogenik atau diet keto menjadi pilihan yang banyak dilakukan orang untuk menurunkan berat badan yang berlebihan. Seiring waktu berjalan, muncul varian diet keto yaitu ketofastosis. Varian baru ini dianggap lebih efektif dalam menurunkan berat badan. Meski ketofastosis seringkali dianggap sama dengan diet ketogenik, keduanya merupakan hal yang berbeda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Diet ketofastosis menggabungkan diet ketogenik (rendah karbohidrat) dengan fastosis (fasting on ketosis). Jadi, pada diet ini, Anda akan menjalankan puasa dalam keadaan ketosis karena hanya mengonsumsi sedikit karbohidrat, atau bahkan tidak sama sekali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ketosis merupakan keadaan di mana tubuh tidak memiliki cukup karbohidrat untuk membakar energi. Oleh karena itu, tubuh akan membakar lemak sebagai gantinya dan memproduksi zat yang disebut keton sebagai energi.
Ketika melakukan diet ketofastosis, tubuh Anda akan membakar lebih banyak lemak daripada diet keto biasa. Hal ini bukan tanpa alasan karena puasa dalam diet ketofastosis dapat meningkatkan metabolisme sehingga tubuh mulai menggunakan simpanan lemak yang ada untuk dibakar.
Selain itu, beberapa penelitian juga mengungkap bahwa puasa dalam diet ketofastosis aman menurunkan kelebihan berat badan, mampu mempertahankan massa otot selama penurunan berat badan, dan meningkatkan energi.
Berbeda dengan diet ketofastosis yang melibatkan puasa, dalam diet ketogenik Anda tidak perlu melakukan puasa. Diet ketogenik merupakan diet rendah karbohidrat dan tinggi lemak. Ketika menjalani diet ini, Anda hanya akan dibatasi untuk mengonsumsi karbohidrat dan menggantinya dengan lemak.
Diet ketogenik yang biasa dilakukan adalah diet keto standar, di mana perbandingan asupan yang dapat Anda konsumsi mengandung 75 persen lemak, 20 persen protein, dan 5 persen karbohidrat.
Meski diet ketogenik dan ketofastosis sama-sama dapat menurunkan berat badan, diet ketogenik memiliki manfaat lain, seperti untuk pengobatan penyakit neurologis (misalnya epilepsi).
Selain itu, studi menunjukkan diet ketogenik dapat meningkatkan sensitivitas insulin pada sebagian penderita diabetes tipe 2. Lalu, mampu menghentikan atau mengurangi penggunaan obat diabetes.
Sementara, penderita diabetes yang ingin melakukan diet ketofastosis dikhawatirkan berisiko mengalami kontrol gula darah yang buruk, kelelahan, energi rendah, dan hipoglikemia karena berpuasa.
SEHATQ.COM