Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Alasan Diet Mediterania Cocok untuk Orang Indonesia

Ahli gizi menyebut diet mediterania menjadi jenis yang paling sesuai dengan kebiasaan atau gaya hidup orang Indonesia.

1 Maret 2023 | 22.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi wanita diet. Freepik.com/Schantalao

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Cut Hafiah, menyebut diet mediterania menjadi jenis yang paling sesuai dengan kebiasaan atau gaya hidup orang Indonesia. Menurutnya, jenis diet ini cenderung lebih sehat dan seimbang sebab tetap mengutamakan makronutrien, mikronutrien, karbohidrat, lemak, hingga protein.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Enggak menghilangkan karbo full, jadi tetap seimbang disesuaikan kebiasaannya. Itu yang paling sesuai sama orang Asia dan Amerika, bahkan," kata Cut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di antara diet mediterania, diet mayo, diet keto, dan intermittent fasting, Cut mengatakan diet mayo memiliki keunggulan paling cepat menurunkan berat badan. Akan tetapi, diet mayo juga cenderung cepat menalami peningkatan berat badan apabila tidak disiplin menjalankannya. Sementara diet keto dapat menurunkan berat badan dengan durasi tidak secepat diet mayo tetapi memiliki efek jangka panjang penumpukan massa lemak yang tidak sejalan dengan berat badan yang dimiliki.

"Karena kita intervensinya, diet ketogenik di Indonesia itu dengan menggunakan lemak yang jenuh. Sedangkan aslinya itu menggunakan lemak tidak jenuh," jelasnya.

Jaga pola makan
Mirip seperti diet keto, penurunan berat badan pada intermittent fasting juga cenderung tidak secepat diet mayo. Namun, jenis diet ini dapat berefek, terutama bagi yang memiliki riwayat GERD. Menurut Cut, kenaikan berat badan pada intermittent fasting juga cenderung tinggi. 

Ia menegaskan diet bukan semata-mata tentang keberhasilan yang ditunjukkan pada perhitungan angka. Yang lebih penting bagaimana menjaga pola makan dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan. Terlepas dari hal tersebut, dia juga mengingatkan program diet sejatinya harus berdasarkan kondisi masing-masing dan tidak bisa disamaratakan untuk seluruh orang mengingat berat badan, tinggi badan, hingga aktivitas fisik setiap orang berbeda.

"Base-nya diet itu kita menganalisis asupan. Jadi bukannya, 'Saya kasih makan pagi, siang malam, kayak begini, ikuti ya. Malah saya yang mengikuti (pasien), kayak gimana makannya biasanya, nanti kita perbaiki," tegas Cut.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus