Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
SUATU senja. Di rumah pelukis Dullah. Sepi. Beberapa tahun menjelang kematiannya, sekitar 1993-an. Tatapan mata Dullah berfokus ke depan. Merenung. Khusyuk. Sesekali ia menggaruk ubun-ubunnya. Rambutnya saat itu menipis. Juga memutih. Empat kanvas bertengger di hadapannya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo