Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Empat halte Transjakarta akan memiliki desain ikonik.
Sebanyak 11 halte ditutup total selama enam bulan ke depan.
Seluruh halte nanti memiliki toilet dan musala.
JAKARTA – PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) kemarin memulai proyek revitalisasi halte Transjakarta. Revitalisasi ini ditargetkan rampung enam bulan mendatang. Untuk tahap awal, operasional di 11 halte dihentikan total. “Halte akan difungsikan kembali secara bertahap pada Desember 2022,” kata pejabat pelaksana tugas (plt) Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan dan Hubungan Masyarakat Transjakarta, Angelina Betris.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Transjakarta memang telah mencanangkan proyek perbaikan dan pembangunan ulang 46 halte di sejumlah rute bus rapid transit (BRT). Proyek revitalisasi ini menggunakan anggaran penyertaan modal daerah (PMD) sekitar Rp 600 miliar. Sebanyak 38 halte akan diremajakan dan diperluas. Sedangkan delapan halte akan dirombak total, lalu dibangun menjadi dua lantai. Nantinya seluruh halte memiliki toilet dan musala.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada tahun ini, PT Transjakarta menargetkan penyelesaian revitalisasi pada 11 pos perhentian BRT. Lima halte berada di Rute 1 (Blok M-Kota), yaitu Halte Gelora Bung Karno, Dukuh Atas 1, Tosari, Bundaran HI, dan Sarinah. Tiga halte tersebar pada Rute 2 (Pulogadung-Harmoni), yaitu Halte Juanda, Balai Kota, dan Kwitang. Sisanya berada di Rute 5 (Kampung Melayu-Ancol), yaitu Halte Kebon Pala dan Stasiun Jatinegara 2; serta Rute 9 (Pinangranti-Pluit), yaitu Halte Cawang Cikoko. “Kami menyediakan dua rute shuttle bus untuk melayani pelanggan pada halte-halte yang ditutup,” kata Betris.
Direktur Teknik dan Digital Transjakarta, Mohamad Indrayana, mengklaim 11 halte tersebut memenuhi empat parameter skala prioritas revitalisasi pos perhentian bus Transjakarta. Seluruh halte ini tercatat sebagai tempat menunggu bus dengan jumlah penumpang yang paling padat. Pada jam sibuk, di sebagian halte itu kerap mengalami kelebihan jumlah penumpang.
Calon penumpang berjalan menuju Halte TransJakarta Dukuh Atas di Jakarta, 10 April 2022. ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Parameter kedua, usia rata-rata seluruh halte ini telah mencapai 10 tahun. Transjakarta harus memastikan seluruh struktur bangunan dan fasilitas halte telah memenuhi standar keamanan serta kenyamanan. Meski demikian, sejumlah halte sebenarnya baru saja direvonasi, seperti Halte Sarinah, Bundaran HI, dan Tosari. Namun tiga halte ini memenuhi parameter ketiga, yaitu berada di pusat keramaian kota karena dekat dengan pusat belanja.
Sedangkan parameter keempat, Transjakarta mendahulukan halte yang berintegrasi dengan sejumlah moda transportasi lain. Dari 11 lokasi tersebut, tiga halte akan memiliki koneksi dengan kereta Commuter Line Jabodetabek, yaitu Halte Juanda, Kebon Pala, dan Jatinegara 2. Bangunan Halte Cawang Cikoko bahkan memiliki jalur penghubung langsung dengan KRL Jabodetabek dan kereta light rail transit (LRT) Bodebek. “Sejalan dengan fokus Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memang ingin mendorong masyarakat berpindah ke transportasi publik. Mereka bisa mudah berpindah moda,” kata Indrayana.
Secara khusus, Transjakarta juga akan memoles empat halte menjadi bangunan ikonik atau memiliki ciri khas, yaitu Halte Sarinah, Bundaran HI, Tosari, dan Dukuh Atas 1. Halte Sarinah akan dipugar dan diselaraskan dengan Gedung Sarinah baru. Masyarakat nanti dapat melihat dua bangunan tersebut sebagai sebuah kesatuan. Meski demikian, desain halte tak akan menutupi pusat belanja era Presiden Sukarno tersebut. “Lantai dua pada delapan halte (ikonik dan integrasi) adalah area komersial yang juga bisa dimanfaatkan pelanggan untuk beristirahat atau sekadar menikmati pemandangan,” ujar dia.
Direktur Keuangan dan Perencanaan Korporasi Transjakarta, Welfizon Yuza, mengatakan, pada 2016, perusahaannya sudah berencana merevitalisasi 217 halte Transjakarta. Namun rencana itu belum bisa dijalankan karena seluruh pos perhentian bus masih tercatat milik Pemprov DKI Jakarta. Status halte berpindah menjadi aset Transjakarta setelah Gubernur Anies Baswedan meneken Peraturan Gubernur Nomor 20 Tahun 2019. “Selama ini perusahaan dapat mengajukan pembaruan halte melalui inbreng. Tapi, cara ini tak efisien,” ujar dia.
FRANSISCO ROSARIANS | LANI DIANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo