Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Meninggal Karena Bertapa

Ronoprawiro, penduduk desa Mojosari, Temanggung, Jawa Tengah, meninggal dunia di Cungkup Makam Kiai Putih ketika sedang melakukan tapa untuk mendapatkan berkah. (ina)

24 Maret 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDAH lebih dari sepuluh tahun Ronoprawiro, penduduk Desa Mojosari, Kabupaten Temanggung, Ja-Teng, rajin bertapa. Tempatnya masih di sekitar desa itu, di makam Kiai dan Nyai Putih, yang dipercaya masyarakat sebagai cikal bakal berdirinya Mojosari. Banyak berkah yang sudah diterima keluarga Ronoprawiro ini, antara lain hasil panen padinya meningkat. Konon, jika Ronoprawiro absen bertapa, seperempat hektar padi yang ditanam di ladangnya hanya menghasilkan tiga kuintal beras. Kalau bertapa, bisa mencapai lebih dari empat kuintal. Keluarga ini pun berhasil membangun rumah tembok. Tetapi belakangan ini Ronoprawiro malas bertapa. Menurut Ny. Tukul, istrinya, sudah ada empat tahun suaminya tak bertapa. "Hanya ziarah menabur bunga di makam Kiai Putih saja," kata Ny. Tukul. Akibatnya? Hasil padi merosot. Bahkan juga hasil tembakau. Sedihnya lagi, jika tembakau tetangga laku Rp 4.000/kg, tembakau Ronoprawiro hanya laku Rp 1.500. Tak habis pikir, kenapa bisa begitu. "Mungkin ada hubungannya dengan suami saya yang malas bertapa," kata Ny. Tukul. Bukan saja hasil panen merosot. Ny. Tukul mengalami kecelakaan persis di depan makam Kiai Putih. Akhirnya, sepakatlah keluarga itu, Kiai Putih tak cukup hanya ditaburi bunga, tetapi perlu ditirakati dengan puasa. Rabu, akhir bulan lalu, Ronoprawiro berangkat bertapa lagi. Kali ini ia berpesan kepada istrinya agar merawat anak baik-baik, seraya memberi bekal Rp 1.000. Ayah tiga anak ini merencanakan puasa selama seminggu. Minggu, awal bulan ini, bagai disambarpetir, Ny. Tukul mendapat berita: suaminya meninggal dunia di cungkup makam Kiai Putih. Tak ada yang tahu pasti kapan persisnya meninggal. Tubuhnya dalam posisi teIentang, tangan berdekap. "Minta berkah malah meninggal dunia," ujar Ny. Tukul sedih. Mayat Ronoprawiro dimakamkan hanya 10 meter dari makam keramat itu, esok harinya. "Biar lebih tenang," ujar Ny. Tukul. Tragedi pertapa itu tak mengurangi kekeramatan makam Kiai Putih. Setiap malam Jumat atau malam Selasa Kliwon, makam itu tetap ramai dikunjungi pertapa. Dua buah anglo tersedia untuk membakar kemenyan. Siapa lagi yang ingin berkah?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus