Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Menipu dengan bersulap

Dengan mengaku bisa melipat gandakan uang, M. Sukro pendatang dari jakarta, berhasil menggaet uang Rp 5 juta milik orang-orang dari desa kertanegara, purbalingga. (ina)

24 Maret 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIBA-TIBA saja, Ngidah, 27, yang mengaku bekerja di Jakarta - entah sebagai apa - pulang ke kampungnya, Desa Kertanegara, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Ia bersama M. Sukro, yang diperkenalkannya sebagai suami. Tak ada penduduk yang curiga, juga keluarga Ngidah. Apalagi Sukro, 37, mengaku seorang santri dari Banten. Pertengahan Februari lalu, Chaeroji, saudara kandung Ngidah, bermaksud pergi ke Cilacap. Karena hanya punya uang Rp 1.000 ia hendak meminjam kepada Ngidah. Perempuan ini meneruskan kepada suaminya. Santri ini kemudian meminta uang Chaeroji yang Rp 1.000 itu, yang terdiri dari pecahan Rp 500. Yang Rp 500 dikembalikan segera, yang Rp 500 lainnya dibungkusnya dengan kertas koran, kemudian juga diberikan kepada Chaeroji. "Uang yang dibungkus ini akan berlipat banyak. Baru boleh dibuka setelah naik kendaraan. Berangkatlah ke Cilacap," kata Sukro. Ternyata benar. Sebelum memasuki Purwokerto, Chaeroji membuka bungkusan itu. Ia ternganga. Uang itu menjadi Rp 5.000. "Saya betul-betul percaya, Sukro bisa melipatgandakan uang. Maklum, ia santri," kata Chaeroji. Kisah itu pun lantas diberitahukan kepada tetangga. Dan berbondong-bondonglah warga desa yang sederhana dan lugu itu menitipkan uang untuk dilipatgandakan. Banyak yang sampai menjual ternak. Setoran pun cukup besar. Sapari menyetor Rp 50.000, Marzuki Rp 100.000, Ibu-Ibu bakul, murid sekolah, haji, ikut menyetor uang. Dalam seminggu saja, terkumpul uang lebih dari Rp 5 juta dari sekitar 50 penyetor. "Uang ini begitu banyak. Untuk melipatkannya harus digarap di Jakarta," kata Sukro. Penduduk tak ada yang curiga, apalagi Sukro meminta tiga orang wakil ikut ke Jakarta. Salah seorang wakil penyetor itu, Admingun, yang menyerahkan uang Rp 60.000. Sesampai rombongan di Jakarta, menurut Admingun, singgah sebentar di daerah Kuningan. Kemudian berjalan lagi, entah di daerah mana. Pada saat ketemu pasar, tiba-tiba Sukro dan Ngidah bermaksud membeli rokok. Sim sa la bim, keduanya menghilang terus. "Ternyata, saya bertiga ditinggal pergi entah ke mana," tutur Admingun. Sadar kena tipu, ketiganya pulang ke Purbalingga. Di sini penyetor uang menunggu dengan wajah gembira. Baru setelah Admingun menceritakan apa yang terjadi, mereka terbengong-bengong. "Kasus ini sudah ditangani Polsek Karanganyar. Mudah-mudahan dalam waktu dekat penipunya bisa ditangkap," kata Ikhsan, polisi yang bertugas di Kertanegara, pekan lalu. Aneh, Bapak Polisi ini sebelumnya juga tak menaruh curiga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus