Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Menyantet lurah

Jumain, tukang kayu dari desa seputih, kecamatan mayang, jawa timur, ditahan polisi karena dituduh menyantet kepala desa. (ina)

18 Februari 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI kisah tukang kayu yang malang. Juma'in namanya, dari Desa Seputih, Kecamatan Mayang, Jember, Jawa Timur. Suatu hari, pertengahan Januari lalu, ia ditangkap. Tuduhannya: menyantet kepala desa, Akhuwi, hingga sakit. Ditahan sepuluh hari di balai desa dan diinterograsi pamong desa, Juma'in tak mengaku berbuat begitu. Akhirnya, ia diserahkan kepada polisi. Nah, baru tiga hari di kantor polisi, ia mengaku, "Sayalah yang mengirim santet ke Pak Lurah." Siapa yang menyuruh? Juma'in lancar saja mengaku. Ia dibayar Rp 10.000 oleh pemesannya, Niti, tetangganya. Ketika Niti diciduk dan diusut polisi, ia gemetar dan langsung mengaku, "Benar, Pak. Saya yang menyuruh Juma'in bikin santet untuk Pak Lurah. Tapi bukan hajat saya sendiri, itu maunya orang sekampung." Tak mungkim mengusut orang sekampung. Capek 'kan? Anehnya, Camat Mayang menyusun pengakuan ini secara tertulis. Dan Juma'in membubuhkan cap jempolnya, juga tanda tangan. Kemudian digiring ke rumah Pak Lurah - maksudnya untuk menyembuhkan penyakit itu. Juma'in bingung sebentar. Lalu ia mengucapkan penggalan ayat dari Quran: "Alif-lam-mim, dzalikal kitabu .... " Pada ujung ayat itu ditambahkan, "demi kitab Allah, sembuhkan Akhuwi ini." Orang yang berkerumun tercengang, kok gampang amat mantera santetnya? "Ya, gampang, soalnya ayat santet itu begini: alif-lam-mim dzalikal, kek tabuk," ujar Juma'in. Orang yang mengerti lantas ketawa, karena kek tabuk bahasa Madura, artinya sakit perut. Lurah Akhuwi pun tertawa, sambil menahan sakit. Dari adegan itu ia punya keputusan lain tentang tukang kayu ini. Setelah orang-orang yang "tak berkepentingan" disuruh pulang, Pak Lurah menyampaikan rasa penyesalannya, telah melaporkan Juma'in sebagai dukun santet. Pak Lurah berbuat begitu, karena rikuh. Soalnya, yang membisiki begitu anggota Koramil. "Kata dokter, sakit saya ini kena liver," kata Lurah Akhuwi berterus terang. Juma'in, yang memang bukan dukun santet, langsung lega. Tak terpikir lagi untuk mempersoalkan penahanannya yang 13 hari itu. Diizinkan pulang ke rumah saja sudah bukan main senangnya. Tapi kok beraninya ia mengaku dukun santet di kantor polisi? "Bagaimana nggak ngaku, wong kaki Juma'in disaduk sepatu tentara," ujar istrinya, Nuriati.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus