Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Menyemai Konglomerasi dari Makassar

13 Oktober 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Semua berawal dari usaha keluarga yang hampir mencapai titik nadir. Bisnis H. Kalla babak-belur dihajar krisis ekonomi pada 1966. Perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan hasil bumi ini terbelit utang di mana-mana. ”Apakah ditutup saja?” tanya sang ayah waktu itu. Si anak, Jusuf Kalla, menggeleng. Dia memilih melanjutkan tongkat estafet usaha milik orang tuanya lewat kendaraan bisnis NV Hadji Kalla.

Lewat tangan Ucu—panggilan kecil Jusuf Kalla—perusahaan yang dibangun sang ayah pada 1952 itu berangsur pulih, bahkan makin berkibar setelah melebarkan sayap bisnisnya. Pada 1969, NV Hadji Kalla dipercaya oleh PT Toyota Astra Motor—unit PT Astra International—menjadi penyalur tunggal Toyota di kawasan Indonesia Timur. ”Ini yang menjadi tambang emas kami,” kata Halim Kalla, adik Ucu.

Waktu seakan terus berpihak pada Kalla. Kelompok usahanya kian menggurita sehingga menjadi satu di antara kelompok bisnis yang disegani di Indonesia Timur. Tak puas hanya menjadi penguasa ”lokal”, Jusuf menyemai kerajaan bisnis baru di luar Sulawesi. Bersama beberapa koleganya, seperti Fadel Muhammad, Kalla membangun Bukaka.

Bersama Bukaka, Kalla merambah banyak sektor, mulai dari usaha perdagangan, konstruksi, properti, transportasi, agroindustri, sampai ke telekomunikasi. Salah satu yang membuat nama Bukaka berkibar adalah garbarata, jembatan yang menghubungkan bandara dengan pesawat terbang.

Namun, Bukaka juga sempat tersandung tudingan kasus KKN ketika Presiden Abdurrahman Wahid pada tahun 2000 meminta kemenangan perusahaan ini dalam tender pembangunan transmisi Jawa Tengah-Jawa Barat dibatalkan. Ketika itu, Bukaka kehilangan proyek senilai US$ 75 juta.

Pada Oktober 2004, Jusuf Kalla terpilih menjadi wakil presiden mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono. Dia melepas seluruh posisi orang nomor satu di Grup Kalla. Tapi, roda bisnis harus terus berputar. Fatimah Kalla dan Achmad Kalla, sang adik, giliran meneruskan tongkat estafet Grup Kalla dan Bukaka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus