Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INILAH tradisi purba dalam politik dan kekuasaan. Seorang pemimpin tak cuma membutuhkan ambisi, kecakapan, dan taktik, tapi juga para punggawa.
Apalagi kalau kekuasaan itu adalah posisi wakil presiden—sesuatu yang di mata Muhammad Jusuf Kalla bukan sekadar ban serep. Kalla tahu kapan dan bagaimana harus merekrut pendamping.
Maka, segala kisah tentang kesetiaan dan masa lalu pun terkuak. Beberapa orang yang menjadi ”penasihatnya” adalah kelompok Makassar, yang sudah menjalin cerita dengannya puluhan tahun lamanya.
Tersebutlah Hamid Awaludin, aktivis mahasiswa yang kini jadi Menteri Kehakiman. Juga Farid Wadji Husain, Mohammad Alwi Hamu, dan Muhammad Abduh. Juga Aksa Mahmud, Halim Kalla, dan Achmad Kalla. Tiga yang terakhir adalah anggota keluarga Jusuf Kalla.
Inilah anggota kelompok yang kerap digunjingkan orang sebagai geng Makassar. Orang-orang yang secara informal membantu, mendampingi, dan memberi nasihat kepada Wakil Presiden.
Kekuasaan Kalla banyak dipengaruhi oleh kerja dan pemikiran orang-orang itu. Kalla bisa melejit oleh mereka, bisa juga ambruk, jika kelompok itu terjerembap dalam racun purba kekuasaan: korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo