Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Laku Digital Mengail Cuan

Pendekatan digital dinilai merupakan kunci berbisnis pada era normal baru. Perbankan dianggap paling siap.

30 Mei 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Wakil Direktur Utama BNI Anggoro Eko Cahyo (kiri) berbincang dengan nasabah yang menggunakan Pelayanan Pembukaan Rekening BNI secara Digital (BNI Sonic) dan Aplikasi BNI Mobile Banking di Kantor BNI Cabang Rawamangun, Jakarta, 26 Mei lalu./ANTARA/Indrianto Eko Suwarso

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pandemi Covid-19 memaksa industri dan pelaku bisnis mengatur ulang rencana bisnis mereka.

  • Pemanfaatan teknologi digital menjadi kunci bisnis di era normal baru.

  • Perbankan menggandeng marketplace seperti Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak untuk menyediakan modal bagi pelapak.

MENGGELAR lapak online sejak awal tahun ini, Savitri Amir merasakan asyiknya berdagang. Kerudung-kerudungnya yang dijajakan di dua pasar daring terbesar nasional, Tokopedia dan Shopee, diminati pembeli. Lima bulan berjalan, omzetnya sudah jutaan rupiah per bulan. Ia berpikir untuk memperbesar usahanya, tapi modalnya cekak. “Selama ini saya pakai modal sendiri,” kata ibu dua anak itu ketika dihubungi pada Jumat, 29 Mei lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baru belakangan Savitri tahu, pasar tempatnya berjualan tersebut bekerja sama dengan bank untuk menyediakan modal bagi pedagang. Savitri melihat peluang. “Siapa tahu bisa buat ngembangin usaha,” ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satu bank tersebut adalah Bank Rakyat Indonesia. Sejak pertengahan Mei lalu, bank terbesar nasional ini mulai merambah pasar online dengan menyediakan modal kerja bagi pedagang daring, ceruk bisnis yang semula digarap perusahaan rintisan (startup) teknologi finansial. Pada tahap awal, BRI berkongsi dengan Shopee dan Grab. “Tahap selanjutnya, BRI akan bekerja sama juga dengan Tokopedia dan Gojek,” tutur Direktur Utama BRI Sunarso pada pertengahan Mei lalu.

Saat meluncurkan Kredit Usaha Rakyat Digital—begitu BRI menyebut programnya—Sunarso mengatakan langkah itu bagian dari terobosan perusahaan dalam menyalurkan kredit. BRI menyusul gerak Bank Mandiri, yang terjun lebih dulu mendanai pedagang online sejak Februari lalu.

Pelaku industri keuangan sudah lama meyakini inovasi digital akan menjadi kunci bisnis sektor ini. Mereka menyiapkan strategi, terutama dalam menggunakan teknologi digital sebagai alat bantu transaksi. Pandemi virus corona meringkas waktu rencana penerapannya. Bukan hanya sebagai alat bantu transaksi, teknologi digital juga menjadi model bisnis baru.

 

•••

MENTERI Keuangan Sri Mulyani menjabarkan desain pemulihan ekonomi nasional yang dihantam pandemi pada 18 Mei lalu lewat konferensi virtual. Pada kuartal ketiga atau mulai Juli 2020, pemerintah memprediksi perekonomian kembali bergeliat seiring dengan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar. Pada saat bersamaan, pemerintah memperluas stimulus ekonomi untuk mengerek konsumsi kelas menengah. Salah satunya dengan menebar kupon diskon makan dan perjalanan lewat aplikasi. Lalu, pada kuartal keempat, pemerintah berharap angka pengangguran dan tingkat kemiskinan yang naik gara-gara Covid-19 mulai membaik.

Sementara pemerintah menebar stimulus dan mengatur protokol kesehatan di era normal baru (new normal), industri bersiap-siap berbisnis dengan cara anyar. Sejumlah firma konsultan manajemen menganalisis, bisnis akan bertumpu pada penggunaan teknologi digital. Menurut Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro, selain perusahaan teknologi, yang paling siap beradaptasi dengan penggunaan teknologi digital di era normal baru di Indonesia adalah industri keuangan, seperti perbankan. Sebab, Asmoro menjelaskan, selama ini arah pengembangan bisnis perbankan telah menuju era digital. “Momen Covid-19 ini mempercepat ke arah sana,” kata Asmoro pada Kamis, 28 Mei lalu.

Perbankan, terutama bank-bank besar yang punya dana jumbo untuk belanja teknologi, Asmoro melanjutkan, terlihat menikmati keunggulan layanan digital mereka di tengah pandemi. Memang, layanan digital itu akan mengendur setelah vaksin Covid-19 ditemukan. “Tapi ke depan digital tetap akan jadi andalan perbankan,” ujarnya. “Hanya di daerah-daerah terpencil layanan tatap muka tetap diperlukan.”

Strategi bank mengandalkan layanan digital selama pandemi tecermin dari peningkatan lalu lintas transaksi. Pertumbuhan transaksi digital Bank Negara Indonesia pada kuartal pertama 2020 meningkat 31 persen dibanding periode yang sama 2019. Pertumbuhan transaksi di BNI Mobile Banking bahkan mencapai 84,4 persen dibanding kuartal pertama 2019, menjadi 63 juta transaksi dengan nilai Rp 103,4 triliun. Kenaikan penggunaan layanan digital juga tercatat di kalangan nasabah korporasi dengan volume transaksi di BNI Direct pada kuartal pertama 2020 naik 55 persen ketimbang periode yang sama 2019.

Di BRI, transaksi nasabah pada Maret 2020 lewat Internet banking ataupun BRI Mobile meningkat 61 persen dibanding Januari 2020. Adapun di Bank Mandiri, jumlah transaksi finansial lewat platform digital mencapai 393 juta sepanjang kuartal pertama 2020. “Ke depan, interaksi nasabah dan bank akan menurun. Karena itu, perbankan harus terus mengembangkan teknologi digital mengikuti keinginan nasabah,” ucap Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar dalam acara Ngobrol Tempo pada Jumat, 29 Mei lalu.

Kenaikan transaksi digital juga terjadi di bank swasta. Bank Central Asia, misalnya, mengalami pertumbuhan transaksi mobile banking hingga 91 persen secara year on year atau sebanyak 1,286 miliar transaksi pada kuartal pertama 2020. Transaksi Internet banking juga naik 24 persen menjadi 740 juta transaksi. “Sekitar 98 persen transaksi perbankan di BCA kini telah menggunakan layanan digital banking,” tutur Executive Vice President of Secretariat and Corporate Communication BCA Hera F. Haryn, Kamis, 28 Mei lalu. 

 

•••

SEBELUM pandemi, platform digital lebih banyak digunakan sebagai alat bantu layanan perbankan. Sekarang, platform tersebut menjadi fondasi baru bisnis perbankan. Perubahan itu bisa dilihat dari keputusan BRI terjun ke bisnis kredit usaha rakyat (KUR) digital untuk mendanai para pelapak di Shopee dan Grab. “Inisiatif ini diharapkan dapat memudahkan masyarakat mengakses pembiayaan KUR serta meningkatkan penyerapan KUR sehingga membantu usaha mikro, kecil, dan menengah terus bertahan di masa pandemi,” kata Direktur Utama BRI Sunarso.

Kredit Usaha Rakyat Digital merupakan langkah lanjutan BRI dalam menggeser cara bisnisnya ke alam digital. Pada Desember tahun lalu, BRI meluncurkan platform pinjaman online Ceria yang bisa digunakan untuk bertransaksi di Tokopedia, Panorama JTB, dan Dinomarket. Peluncuran Ceria hanya berselang tiga bulan setelah BRI bersama Traveloka meluncurkan PayLater Card, layanan “belanja sekarang bayar kemudian” seperti Ceria.

Dalam waktu dekat, BRI juga bersiap meluncurkan Web Pasar, platform yang memfasilitasi pedagang pasar tradisional berjualan lewat dunia maya. Kantor bank yang paling dekat dengan pasar akan ditambah fungsinya sebagai tempat pengumpulan barang belanjaan konsumen yang kemudian akan diantar oleh penyedia jasa pengiriman. “Sampai September nanti, semoga sudah ada 5.000 pasar yang masuk ekosistem ini,” tutur Direktur Bisnis Mikro BRI Supari, Kamis, 28 Mei lalu.

Bank Mandiri bergerak lebih dulu. Mandiri menyediakan layanan kredit modal kerja di marketplace sejak Februari lalu, yang mereka sebut Kredit Usaha Mikro, dengan menggandeng Tokopedia dan Bukalapak. Targetnya menyalurkan kredit hingga Rp 1 triliun kepada pedagang online. “Sejalan dengan rencana lima tahun ke depan, kami akan mendukung UMKM secara besar-besaran di digital,” kata Direktur Utama Mandiri Royke Tumilaar.

KHAIRUL ANAM

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Khairul Anam

Khairul Anam

Redaktur ekonomi Majalah Tempo. Meliput isu ekonomi dan bisnis sejak 2013. Mengikuti program “Money Trail Training” yang diselenggarakan Finance Uncovered, Free Press Unlimited, Journalismfund.eu di Jakarta pada 2019. Alumni Universitas Negeri Yogyakarta.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus