Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Geliat Lambat Ekonomi Dunia

Sejumlah negara membuka dunia usahanya dengan beragam tahap. Sangat ditentukan oleh tren infeksi virus corona.

30 Mei 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suasana kota London selama pandemik virus corona, 28 Mei lalu./ Reuters/Henry Nicholls

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Sebagian besar negara bagian Amerika Serikat membuka kembali bisnis di wilayahnya.

  • Jerman mulai mengizinkan bisnis perhotelan kembali beroperasi.

  • Yunani akan menjadi negara Eropa pertama yang akan menerima wisatawan asing.

ORGANISASI Buruh Internasional (ILO) memprediksi efek ekonomi dari tiga bulan pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) setara dengan hilangnya pekerjaan bagi 200 juta orang akibat upaya pencegahan melalui kebijakan tetap di rumah, jaga jarak fisik, dan penutupan wilayah. Sebagian besar negara berhati-hati membuka kembali bisnisnya karena khawatir akan ada gelombang kedua wabah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Reuters, sebagian besar dari 30 negara sudah mengizinkan bisnis kembali buka, seperti toko, bar, restoran, dan transportasi umum. Sebagian besar usaha yang masih ditutup atau dibuka hanya untuk kebutuhan penting antara lain penerbangan dari luar negeri dan sekolah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mayoritas pemerintah negara bagian di Amerika Serikat sudah membuka bisnis di wilayahnya dengan memberlakukan pelonggaran dan tak memperpanjang perintah tetap tinggal di rumah. Pelonggaran umumnya dilakukan di negara bagian yang tingkat kasus infeksinya rendah atau cenderung turun. Hingga 29 Mei lalu, di Amerika tercatat 1.768.868 kasus Covid-19 dengan 103.345 orang meninggal. Amerika tercatat sebagai negara dengan kasus infeksi terbanyak di dunia.

Menurut New York Times, bisnis di 38 negara bagian sudah dibuka. Bisnis di negara bagian lain belum atau baru sebagian dibuka. Salah satu yang sudah membuka bisnis secara penuh adalah Alaska, negara bagian dengan populasi 710.231 jiwa dan mencatat 425 kasus infeksi dengan 10 orang meninggal sampai 29 Mei lalu. Gubernur Alaska Michael Dunleavy tak memperpanjang perintah tetap di rumah yang berakhir pada 24 April lalu. Semua jenis usaha dibuka penuh sejak 22 Mei.

Kepolisian New York menindak pemilik toko yang berniat membuka bisnisnya, selama pandemic virus corona di Staten Island, New York, Amerika Serikat, 28 Mei lalu./ Reuters/Brendan Mcdermid

Namun di sejumlah negara bagian yang jumlah kasus infeksinya masih tinggi, seperti New York, bisnis belum dibuka. New York tercatat sebagai negara bagian dengan angka kasus tertinggi, yakni 376.309, dengan 29.653 orang meninggal. Gubernur New York Andrew Cuomo menetapkan kebijakan tetap di rumah mulai 22 Maret hingga 28 Mei. Ia mengumumkan pelonggaran secara terbatas pada 15 Mei lalu. Namun daerah pinggiran, yang masih dikepung virus, mungkin akan menjadi tempat terakhir yang aktivitas ekonominya bisa kembali berputar.

Benua lain yang juga mulai membuka bisnis secara perlahan adalah Eropa, khususnya di negara yang jumlah kasus infeksinya menunjukkan tren penurunan. Salah satunya Jerman. Negara yang dipimpin Angela Merkel ini mencatat 182.572 kasus dengan 8.574 orang meninggal hingga 29 Mei lalu. Jumlah itu masih di bawah Prancis, Italia, Spanyol, dan Inggris.

Sejak 25 Mei lalu, hotel di Ibu Kota Berlin, negara bagian sekitar Brandenburg, dan negara bagian barat laut Lower Saxony sudah buka. Kota-kota lain akan mengikuti langkah serupa dalam pekan-pekan mendatang. Tapi beberapa ketentuan untuk mengurangi potensi penularan wabah tetap berlaku, seperti pembatasan hunian hotel hanya 60 persen dari kapasitasnya.

Pemerintah negara-negara bagian Jerman yang tidak memiliki kasus Covid-19 selama lima hari kini memberikan izin tinggal kepada pengunjung dari negara bagian lain. Sebelumnya, hotel hanya dibuka untuk penduduk setempat. Di negara bagian ini, staf hotel juga diminta mengenakan masker untuk mencegah penularan.

Eropa, yang menyumbang 50 persen pasar pariwisata global, sangat terpukul oleh berbagai pembatasan karena pandemi. Kota yang biasanya ramai, seperti Venesia, Roma, Paris, dan Barcelona, kosong sejak wabah merebak. Menurut CNN, Uni Eropa saat ini masih merekomendasikan semua negara anggotanya membatasi kunjungan wisatawan dari luar.

Di negara dengan tingkat kasus infeksi yang masih tinggi, seperti Inggris, belum ada jadwal kapan wisatawan boleh datang. Meski melonggarkan pembatasan bagi penduduknya, Inggris memberlakukan karantina 14 hari untuk semua pendatang. Warga Inggris juga belum dibolehkan berlibur ke luar negeri. “Saya katakan, saat ini Anda tidak dapat bepergian ke luar negeri,” ujar Menteri Transportasi Grant Shapps.

Berdasarkan rencana saat ini, hotel-hotel akan mulai dibuka pada awal Juli. Tapi, karena pembatasan perbatasan Uni Eropa masih berlaku, diharapkan Inggris akan berfokus pada perjalanan domestik. “Dengan hampir 40 juta pengunjung masuk per tahun, pengunjung internasional menjadi bagian sangat penting bagi ekonomi Inggris. Kami berharap dapat menyambut wisatawan ketika situasi cukup aman,” tutur Menteri Pariwisata Nigel Huddleston.

Menurut CNN, Yunani mungkin akan menjadi salah satu negara tujuan wisata Eropa pertama yang kembali menerima wisatawan. Negara di kawasan Mediterania itu telah menjaga angka kematian akibat virus corona sangat rendah, yakni kurang dari 170 kematian, dan memberlakukan karantina wilayah secara ketat sejak dini.

Di Asia, Jepang salah satu negara yang mulai melonggarkan pembatasan untuk mencegah penyebaran virus. Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis mengumumkan bahwa negaranya akan dibuka kembali untuk turis pada 15 Juni. “Periode pariwisata dimulai pada 15 Juni, ketika hotel-hotel musiman dapat dibuka kembali,” katanya dalam pernyataan yang disiarkan di televisi pada 20 Mei lalu. “Mari kita jadikan musim panas ini sebagai epilog krisis.”

ABDUL MANAN (CNN, NEW YORK TIMES, DW, NATIONAL.DE)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Abdul Manan

Abdul Manan

Meliput isu-isu internasional. Meraih Penghargaan Karya Jurnalistik 2009 Dewan Pers-UNESCO kategori Kebebasan Pers, lalu Anugerah Swara Sarasvati Award 2010, mengikuti Kassel Summer School 2010 di Jerman dan International Visitor Leadership Program (IVLP) Amerika Serikat 2015. Lulusan jurnalisme dari kampus Stikosa-AWS Surabaya ini menjabat Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen Indonesia 2017-2021.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus