ASAP hitam tiba-tiba mengepul di banyak bagian kota Samarinda
Bukan kebakaran. Itu hanya asap yang keluar dari dapur
pembakaran aspal yang memang digalakkan di sana. Maklumlah 28
Juli sampai 4 Agustus Samarinda akan dilanda kemeriahan MTQ
tingkat Nasional.
Dengan tempo kurang 3 bulan DPU Kaltim diserahi tugas untuk
mengafdruk kilat jalan sepanjang 40 Km dengan biaya Rp 300 juta.
Dengan uang APBD tahun 1976/77 itu DPU sendiri tidak bisa banyak
berkutik. "Perbaikan yang dilakukan sekarang ini hanya tahan
sampai Pemilu" begitu tutur ir Priatman Padmadiredja Kepala DPU
Kaltim. Adakah setelah itu jalan di sana akan kembali brengsek?
Jawabnya tentu tergantung ada tidaknya pos pemeliharaan.
Urusan jalan sementara ini memang sudah tidak mengecewakan.
Artinya tamu-tamu yang bakal datang dari seantero Nusantara
tidak bakalan lagi menemui kubangan di tengah jalan. Bahkan
bangunan-bangunan reot dan kaki lima yang berada di bibir jalan
harus dibongkar sendiri -- kalau tak mau dibongkar paksa oleh
OK-3, itu polisi kota. Pasar Pagi yang pengap dan jorok sudah
dibongkar hingga para tamu bisa menikmati sungai Mahakam dengan
leluasa .
Yang tampak membawa berkah adalah diperbaikinya jalan raya yang
menghubungkan Samarinda dengan Tenggarong, ibukota Kab. Kutai.
Sampai-sampai seorang penduduk bilang: "untung ada MTQ!" Yah,
kalau tidak, tidak ada yang tahu kapan jalan sepanjang 50 km itu
bisa dilalui. Tidak hanya itu, jalan tembus Samarinda-Balikpapan
yang panjangnya 110 Km juga dilembur siang malam. Sebab lewat
jalan yang dibikin sejak tahun 1947 -- dan baru akan selesai
menjelang MTQ -- itulah kontingen akan memasuki Samarinda.
LTS Juga
Itu yang menggembirakan. Tapi yang mendebarkan juga ada.
Misalnya, itu rencana panitia yang akan meliburkan semua tempat
bilyar, bioskop dan komplek WTS Banyu Biru yang masih baru.
Belum jelas benar apakah rencana itu benar-benar akan
dilaksanakan. "Terserah pemerintah saja", ujar Abubakar Yahya,
direktur bioskop Mahakama kepada TEMPO . Tentu saja ucapan itu
nadanya tidak ikhlas. Bukan saja rencana meliburkan bioskop
selama MTQ dipandang terlalu ekstrim, tapi dari loket bioskop
tidak sedikit panitia MTQ menggaruk dana. Tidak kurang Rp 35
juta. Begitu.
Kalau pengusahanya masa bodoh tidak demikian pendapat Aziz Said
BSc Kasubdit Perekonomian Kodya Samarinda yang juga Ketua KNPI.
"Saya kurang setuju bilyar dan bioskop ditutup selama MTQ. Sebab
izin usaha mereka itu memang untuk berdagang hiburan", katanya.
"Yang bisa dilakukan, saya kira terbatas pada anjuran saja",
tambah anak muda itu.
Akan hal komplek WTS, Hudrie tardi -- itu Kepala Sosial yang
jadi ketua team rehabilitasi WTS -- juga kurang setuju. "Sebab
kalau diliburkan dari mana mereka dapat makan. Kecuali
pemerintah meransum 200 orang WTS yang ada", ujarnya. Hanya saja
Hudrie sudah merencanakan sebelumnya untuk selama MTQ
berlangsung melarang izin keluar para WTS -- maksudnya supaya
jangan ada kesempatan penonton main mata dengan maksiat.
Mendengar alasan itu, seorang pembaca surat kabar daerah, Zainal
Arifin namanya, protes. Bukan dia suka WTS tapi demi kemanusiaan
semata. "Siapa tahu dengan menonton MTQ mereka insyaf. Dan lagi
sementara WTS dilarang tapi LTS (Lelaki Tuna Susila)
diperbolehkan, tidak adil bukan?" kilahnya. Entah bagaimana pula
pelaksanaannya kelak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini